Ardi Novriansyah, Eks Sopir Taksi yang Jadi Relawan Pengantar Jenazah

Ardi Novriansyah, Eks Sopir Taksi yang Jadi Relawan Pengantar Jenazah
info gambar utama

Selama masa pandemi, ambulans menjadi kendaraan yang banyak wara-wiri di jalanan. Belakangan ini pun banyak warganet curhat di media sosial tentang betapa seringnya mereka menyaksikan ambulans lewat di lingkungan rumah, yang tentunya bukan pemandangan yang menyenangkan.

Ambulans memang tengah banyak dicari-cari. Baik untuk mengantar-jemput pasien Covid-19 ke rumah sakit ataupun mengantarkan jenazah ke pemakaman. Bahkan, banyak pula orang-orang yang mengaku kesulitan mengakses ambulans untuk keperluan darurat sekalipun.

Saking sulitnya mencari ambulans, pada akhir Juni 2021, pernah ramai berita soal seorang pasien terpaksa dibawa ke rumah sakit dengan mobil bak terbuka. Bahkan, tak sedikit pula yang berakhir tidak menemukan akses kendaraan untuk pasien Covid-19.

Tugas mulia sopir ambulans di masa pandemi

Melihat kondisi tersebut, seorang mantan sopir taksi tergerak hatinya dan menawarkan keterampilan yang ia miliki untuk menjadi sukarelawan pengemudi ambulans, dan bertugas menjemput jenazah pasien Covid-19.

Adalah Ardi Novriansyah, pria berusia 41 tahun. Sebelumnya, ia bekerja sebagai sopir taksi, tetapi karena adanya pembatasan kegiatan terkait Covid-19, sedikit banyak hal tersebut berdampak pada pekerjaannya.

Akhirnya, ia memutuskan untuk membantu sistem medis di kota asalnya, Bogor, Jawa Barat. Ia pun menjadi salah satu dari 35 sukarelawan di Bogor yang yang menemukan jenazah orang yang meninggal akibat Covid-19 saat mengisolasi diri di rumah.

Selama sebulan terakhir, Ardi telah menerima panggilan sebagai sopir ambulans 24 jam sehari. Dalam bertugas sehari-hari, ia pun harus menyesuaikan dan membiasakan diri untuk melihat mayat. Menurut pernyataan Ardi seperti dikutip dari Reuters.com, minatnya pada kemanusiaan membawanya untuk mengambil pekerjaan yang begitu sulit bersama dengan rekan-rekan sukarelawannya.

"Yang penting kita punya keinginan untuk membantu sebagai sukarelawan, untuk kemanusiaan," ujarnya.

Badar Roedin, Kepala Desa yang Sumbang Gaji dan Wakaf Tanah untuk Makam Jenazah Covid-19

Menjadi saksi dari momen kematian mendadak

Seperti yang kita tahu, Indonesia tengah berjuang mengatasi gelombang kasus Covid-19. Ditambah lagi munculnya varian baru, seperti Delta yang lebih mudah menular, membuat penghuni rumah sakit membeludak, banyak orang terinfeksi yang tak bisa mendapatkan ruangan di rumah sakit, sampai akhirnya meninggal begitu saja di rumah masing-masing.

Baru-baru ini, Ardi mendapat panggilan telepon untuk mengambil jenazah ibu dari Novi Bawazir. Keluarganya mengatakan tidak dapat membawa wanita berusia 64 tahun ke rumah sakit karena kadar oksigennya turun.

Kata Novi, hasil pengecekan oksimeter ibunya ada di angka 97. Kemudian, selang waktu satu jam, berubah menadi 37 dan beberapa kemudian, sang ibu pun meninggal dunia.

Ardi dan anggota kru lainnya pun bergegas menuju rumah Novi, mengambil tubuh pasien yang dibalsem, meletakkannya di peti mati, dan mendoakannya sebelum pergi ke pemakaman. Bagi Ardi dan tim sukarelawan lain, kematian mendadak seperti itu sudah menjadi ciri khas yang sering mereka saksikan sehari-hari.

Menurut data Lapor Covid-19, sejak bulan Juni ada 625 orang, terutama di Jawa, meninggal karena Covid-19 di luar rumah sakit. Sebagian besar mereka meninggal saat isolasi mandiri.

Inisiatif Mulia Ronald Angga, Gratis Pinjamkan Tabung Oksigen Bagi yang Membutuhkan

Perihal pemulasaraan pasien Covid-19

Rino Indira, koordinator pengurus sukarelawan di Bogor, mengatakan bahwa mereka telah menyiapkan hotline pada nomor 0811-1173-165 dan siap menjalankan tugas memakamkan pasien Covid-19 yang meninggal dunia saat menjalani isolasi mandiri di rumah.

Dalam sehari, menurut pernyataan Rino, timnya dapat mengambil sekitar tujuh hingga sembilan mayat saban hari. Setiap hari pula, anggota Tim Pemulasaraan dan Pemakaman Jenazah Pasien Covid-19 Bogor selalu bersiaga di Gedung Wanita, Jalan Sudirman. Saat bertugas, seluruh anggota tim wajib menggunakan alat pelindung diri (APD) yakni baju hazmat, masker, dan sarung tangan.

Menurut penjelasan Achmad Yurianto, juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, tim yang bertugas dalam pemulasaraan jenazah sudah memastikan semua prosedur sesuai ketentuan medis maupun agama. Masyarakat tidak perlu takut bahkan menolak pemakaman pasien Covid-19 di daerahnya. Semua proses yang dilaksanakan sudah sesuai standar baku di dunia kesehatan dan sudah dipastikan keamanannya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia.

DA
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini