Semangat Dewi untuk Indonesia, Dorong Anak Muda Mengabdi Bagi Negeri di Tengah Pandemi

Semangat Dewi untuk Indonesia, Dorong Anak Muda Mengabdi Bagi Negeri di Tengah Pandemi
info gambar utama

Di antara beberapa kisah inspiratif yang sudah GNFI angkat untuk memotivasi perjuangan masyarakat di tengah situasi pandemi, bisa dikatakan Dewi merupakan sosok termuda yang mengisi jajaran tokoh inspiratif tersebut.

Dewi Ratna Sari, perempuan kelahiran tahun 1997 asal Magelang ini merupakan salah satu pendiri sekaligus sosok yang memimpin Indonesia Dedication and Empowerment atau yang lebih dikenal dengan sebutan IDE Indonesia, sebuah organisasi non-pemerintah (NGO) yang memiliki fokus mewadahi semangat anak muda di tanah air yang ingin memberikan dedikasi pembangunan untuk negeri.

Program Merekat Adat IDE Indonesia
info gambar

Kepada GNFI, Dewi bercerita mengenai bagaimana awal mula ia bersama rekannya membangun IDE yang sebenarnya sudah berjalan sejak tahun 2019. Walau Dewi berdomisili di Magelang, IDE sendiri saat ini berlokasi pusat di daerah Tanjung Pinang, Kepulauan Riau (Kepri).

Walau masih terbilang muda untuk sebuah organisasi yang memiliki tujuan mulia, IDE nyatanya sudah melaksanakan berbagai program gerakan sosial lintas disiplin ilmu, lewat empat sub-bidang pengabdian yang meliputi pendidikan, kesehatan, ekonomi pariwisata, dan lingkungan.

Dari setiap program yang berjalan pada rentang waktu tertentu, Dewi menyampaikan bahwa IDE selalu mengajak dan memberikan kesempatan kepada para anak muda di seluruh penjuru Indonesia, dalam memanfaatkan waktu emasnya untuk turut serta memberikan pengabdian ke berbagai penjuru negeri.

Di saat yang bersamaan, pengembangan IDE dapat dikatakan sebagai sesuatu yang tidak mudah, mengingat tumbuhnya organisasi ini dalam menjalankan program pertamanya tak jauh saat ingar bingar kemunculan pandemi Covid-19 di Indonesia.

Program pertama IDE lewat Ekspedisi Penggerak Perbatasan

Program Penggerak Perbatasan
info gambar

Pada kesempatan obrolan yang sama, Dewi memutar kembali ingatannya saat pertama kali IDE menjalankan program pertama dengan nama Penggerak Perbatasan yang berlangsung di awal tahun 2020, tepatnya di bulan Januari.

Sesuai namanya, Penggerak Perbatasan merupakan program yang berjalan pada wilayah dengan lokasi yang berbatasan dengan negara tetangga. Program pertama ini sendiri berlangsung di Anambas, Kepulauan Riau, yang merupakan cross border Indonesia dengan lima negara tetangga.

Kala itu, lewat penggalangan dana yang dilakukan, IDE menyampaikan bantuan berupa buku bacaan, pakaian layak pakai, obat-obatan, sembako, dan uang tunai bagi masyarakat yang membutuhkan di Desa Rewak, Kecamatan Jemaja, Kepulauan Anambas, yang menjadi wilayah terdepan Indonesia dalam perbatasan dengan lima negara ASEAN.

Tidak ada yang menyangka, bahwa Ekspedisi Penggerak Perbatasan ini nyatanya jadi yang terakhir kali aksi sosial dan kemanusiaan yang dilakukan oleh IDE berjalan sebelum situasi pandemi melanda.

Luthfi Kurnia, Motor Relawan yang Sediakan Makanan untuk Nakes dan Warga

Ekspedisi Sahabat Bahari yang terbentur kerisauan kedatangan WNI dari Wuhan

Program pendidikan yang dilakukan IDE Indonesia
info gambar

Saat inilah kekhawatiran dan usaha Dewi serta rekan-rekannya untuk tetap menjalankan aksi sosial di tengah pandemi dimulai. Sesuai namanya, Sahabat Bahari sendiri merupakan program pemberdayaan masyarakat yang dikhususkan bagi wilayah dengan lokasi yang memiliki keunggulan dalam hal kemaritiman.

Ekspedisi Sahabat Bari ini kala itu diagendakan berjalan pada bulan Juli 2020, namun proses pendaftaran bagi para peserta yang ingin berkontribusi ke lapangan sudah dilakukan sejak bulan Februari hingga April.

Dewi mengungkap, saat itulah situasi mulai sedikit diluar harapan. Pasalnya, program kali ini berlangsung di Desa Batu Belubang, Bakung Serumpun Lingga, Kepulauan Riau, wilayah yang lokasinya tidak terlalu jauh dengan Natuna.

Sedikit kilas balik, jauh sebelum kasus Covid-19 pertama kali terdeteksi di Depok pada bulan Maret 2020, satu bulan sebelumnya yakni di bulan Februari, pemerintah memulangkan sebanyak 240 WNI yang berasal dari Wuhan, China, lokasi awal yang diyakini menjadi sumber Covid-19 berasal.

Kala itu, ratusan WNI asal China yang masuk ke Indonesia terlebih dahulu menjalani masa observasi di fasilitas darurat yang dibangun di Natuna selama kurang lebih dua minggu, guna memastikan kesehatannya dan terbebas dari Covid-19 sebelum dipulangkan ke wilayahnya masing-masing.

Kedatangan WNI dari Wuhan
info gambar

Kembali mengingat, saat itu respon masyarakat akan situasi pandemi yang terjadi belum seperti saat ini, masyarakat Natuna yang mendapati kabar bahwa wilayahnya akan kedatangan WNI yang berasal dari China dilaporkan sempat melakukan demo penolakan.

Unjuk rasa penolakan masyarakat kala itu dilakukan di depan Pangkalan Angkatan Laut Ranai, lokasi dibangunnya fasilitas obervasi, dan di halaman kantor DPRD Natuna.

Berangkat dari hal tersebut, Dewi mengungkap bahwa dampak serupa pun dirasakan pada program sosial yang sudah direncanakan jauh-jauh hari oleh tim IDE. Dirinya mengatakan, lokasi Lingga yang masih berada dalam satu kawasan dengan Natuna di Kepulauan Riau membuat partisipan dalam program Sahabat Bahari jauh lebih sedikit.

“Selain isu Natuna, waktu itu juga pembangunan RS Galang (RS khusus infeksi Covid-19 pertama) juga kan di Batam, belum lagi sempet ada isu kalau Gubernurnya Kepri waktu itu meninggal dunia karena Covid,” ungkapnya.

“…kita sudah running program tapi kemudian ada isu Covid, jadi program Sahabat Bahari ini bisa dibilang yang paling sedikit partisipannya, isu-isu Covid pertama muncul itu kan justru banyaknya di Kepri, jadi orang-orang banyak yang berpikir dua kali buat ikut program sosial ini,” tambahnya

Namun, beruntung program tersebut pada akhirnya tetap bisa berjalan walau dengan partisipan yang lebih sedikit.

Bantu Warga Isoman, Ghufron Lana Penjual Bubur di Bandung Bagikan Bubur Gratis

Program sosial yang terus berlanjut di tengah penyesuaian situasi pandemi

Ekspedisi Merekat Adat
info gambar

Terpaan pandemi yang melanda nyatanya tidak menyurutkan semangat Dewi dan rekan-rekannya di IDE untuk melanjutkan semangat pengabdian lewat aksi sosial yang berlangsung. Sempat rehat selama kurang lebih delapan bulan, program yang dilakukan justru menghadirka tajuk baru bernama Ekspedisi Merekat Adat.

Sesuai namanya pula, ekspedisi kali ini memang difokuskan untuk program yang berjalan di wilayah dengan nuansa kekentalan akan budaya. Berlangsung di bulan Maret 2021 lalu, Ekspedisi Merekat Adat berlokasi di Dusun Adat Limbungan Timur, Kecamatan Suela, Lombok Timur.

Masih sama dengan aksi sosial yang dijalankan sebelumnya, fokus utama dalam program ini adalah dengan melakukan pemberdayaan masyarakat yang didalamnya berjalan program-program yang meliputi pendidikan, kesehatan, ekonomi pariwisata, dan lingkungan.

Diungkapkan, keikutsertaan peserta yang berasal dari berbagai latar belakang membuat setiap program yang berjalan tetap bisa terlaksana dengan baik. Pasalnya, ada peserta yang memiliki latar belakang sekolah kedokteran, pendidikan, dan masih banyak lagi.

Dewi dan rekannya di IDE pun terus melakukan penyesuaian dalam hal program pemberdayaan masyarakat dan bentuk pengabdian yang dilakukan, dengan situasi pandemi yang terjadi.

Program kesehatan dalam aksi sosial yang dilakukan IDE Indonesia
info gambar

Salah satunya, Dewi menyatakan bahwa aksi sosial yang dijalani selalu bergandengan dengan pihak Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 di wilayah yang berkaitan. Terlebih, tim IDE memiliki divisi khusus kesehatan yang pada setiap programnya kerap memberikan perhatian khusus di bidang kesehatan dari masyarakat terkait.

Terakhir, saat ini IDE sedang melaksanakan program Ekspedisi Sahabat Bahari yang kedua dengan berlokasi di Desa Mola, Nelayan Bhakti, Sulawesi Tenggara.

Saat ditanya mengenai kriteria peserta yang dapat bergabung dengan program tersebut, Dewi kembali menegaskan bahwa program yang dijalankan oleh IDE memang dikhususkan bagi kalangan muda yang masih memiliki waktu emas untuk memberikan pengabdian kepada negeri.

“…fokus utamanya sebenarnya untuk para generasi muda yang ada di kisaran usia produktif, bisa mahasiswa atau setelahnya, lebih ke memberi mereka wadah dan kesempatan mencari pengalaman, pengabdian, dan tahu Indonesia itu seperti apa,” pungkasnya.

Sutanandika, Inisiator Relawan yang Konsisten Lindungi Lingkungan Meski Pandemi

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Siti Nur Arifa lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Siti Nur Arifa.

SA
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini