Akulturasi Budaya dalam Tarian Campak Bangka Belitung

Akulturasi Budaya dalam Tarian Campak Bangka Belitung
info gambar utama

Penulis: Brigitta Raras

Gabung Telegram Kawan GNFI untuk dapat informasi seputar program dan tulisan terbaru Good News From Indonesia.

Indonesia tak hanya terkenal akan keindahan alamnya saja yang menakjubkan, melainkan kekayaan akan ragam budayanya juga tak kalah menarik. Luas wilayah Indonesia yang membentang dari Sabang sampai Merauke membuatnya memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitungnya jumlah.

Memiliki 1.331 suku bangsa, 801 bahasa daerah, beragam flora dan fauna, ribuan kuliner khas daerah, hingga terdapat lebih dari 3.000 tarian daerah asal Indonesia. Begitu banyaknya kekayaan yang dimiliki Indonesia yang patut kita syukuri dan lestarikan dengan baik.

Rekomendasi Film Perjuangan untuk Merayakan 76 Tahun Kemerdekaan Indonesia

Memiliki wilayah yang sangat luas dan juga sebagai negara yang pernah dijajah, tak menutup kemungkinan adanya akulturasi. Salah satu akulturasi sebagai wujud kebudayaan terlihat dalam salah satu kebudayaan asal Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Bangka Belitung yang terkenal akan keindahan wisata bahari dan kulinernya yang lezat, ternyata menyimpan kesenian yang tak kalah indah dan unik. Kesenian tersebut adalah Tarian Campak. Kesenian tari ini telah masuk dalam rekor muri di tahun 2019, karena pernah dipertunjukkan dengan 1.854 penari.

Mengenal Tari Campak

Tari Campak | Foto: Media Indonesia
info gambar

Tari Campak merupakan sebuah tarian dari Bangka Belitung yang menggambarkan keceriaan para dayang (sebutan untuk remaja putri), dan bujang (sebutan untuk remaja putra). Para penari dari tarian ini tentunya perempuan dan laki-laki yang masih berusia remaja, dengan memperlihatkan ekspresi kegembiraan.

Para penari tari campak juga memiliki sebutan khusus, yakni nduk campak untuk perempuan dan penandak untuk laki-laki. Tarian yang menunjukkan kegembiraan ini tentunya harus ditarikan dengan lincah, gembira, dan mengikuti alunan musik yang mengiringinya. Gerakan khas dalam tarian campak akan terlihat ketika para penari mengibas-ngibaskan selembar sapu tangan dengan jari-jemarinya.

Refleksi Kemerdekaan: Pemuda Pendiri Bangsa

Tarian Campak memiliki 2 jenis, yakni tari Campak Darat dan tari Campak Laut. Tari Campak Darat menampilkan tarian dengan kegembiraan dan pergaulan yang disajikan dengan musik dan nyanyian. Para penari Campak Darat biasanya akan menari secara berpasangan, sedangkan untuk tari campak laut dipertunjukkan sebagai ajang mencari pasangan dan dilaksanakan hingga larut malam.

Pada saat melakukan pertunjukkan, tak jarang para penari akan mengajak penonton ikut menari bersama. Tak hanya itu, mereka juga akan mengajak para penonton untuk membalas pantun bersama. Pantun akan disampaikan secara spontan dan bersahutan berisikan ajakan, candaan, ejekan, dan sindiran yang berhubungan dengan lingkungan masyarakat.

Ketika berbalasan pantun dengan para penonton, tak jarang pula para penonton dan penandak akan memberikan sejumlah uang untuk nduk campak, jika mereka kalah dalam berbalas pantun.

Tari Campak sebagai wujud akulturasi

Tari campak | Foto; https:gpriority.co.id
info gambar

Tari Campak ternyata tak lepas dari hasil akulturasi budaya. Asal mulanya, tari ini diperkenalkan oleh Nek Campak ketika abad ke-18. Pada masa itu, nusantara masih dalam penjajahan bangsa Portugis.

Maka dari itu, dalam perkembangannya, ada beberapa akulturasi dalam Tari Campak ini. Hal tersebut terlihat pada kostum dan musik pengiringnya yang memiliki kesan gaya Eropa. Pada kostum Tari Campak, terlihat penari wanita mengenakan gaun panjang, sepatu hak tinggi, dan topi yang berkesan gaya Eropa.

Kemudian, untuk alat musik pengiring juga menggunakan beberapa alat musik Eropa, seperti akordion dan biola. Tak hanya budaya Eropa saja yang terlihat dalam tarian ini, budaya lokal juga masih menunjukkan keindahannya. Misalnya pada penari laki-laki yang menggunakan pakaian melayu, seperti celana panjang, kemeja polos, selendang, dan kopiah.

Mirip Urap, 5 Sajian Ini juga Ditaburi Kelapa

Pementasan Tari Campak

Tarian Campak pada mulanya dipentaskan pada musim panen padi dan pulang dari ume (berkebun). Namun, hingga kini tarian ini berkembang sebagai pertunjukkan hiburan masyarakat. Tari Campak dapat ditemukan pada pesta rakyat, serta penyambutan tamu penting seperti para pejabat daerah dan tamu yang dihormati.

Tak hanya itu, tarian ini juga kerap dipentaskan pada acara pernikahan. Perkembangan tersebut juga didasari atas keinginan dan antusias para masyarakat, yang ingin melihat gerakan-gerakan semangat dari para penari campak ini.*

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Kawan GNFI Official lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Kawan GNFI Official.

Terima kasih telah membaca sampai di sini