Dari Chevron ke Pertamina, Ini Fakta Pengelolaan Wilayah Penghasil Minyak Blok Rokan

Dari Chevron ke Pertamina, Ini Fakta Pengelolaan Wilayah Penghasil Minyak Blok Rokan
info gambar utama

Sudah bukan menjadi rahasia lagi bahwa tanah Indonesia kaya akan sumber daya alam yang menjadi penopang penghidupan, termasuk minyak bumi dan gas.

Mengenai keberadaannya sendiri, sampai saat ini diketahui ada sejumlah wilayah yang menjadi pusat pengelolaan atau kilang minyak yang memiliki potensi penghasil migas terbesar di Indonesia, salah satunya Riau.

Melansir Theconversation.com, Riau berada di peringkat pertama sebagai kota penghasil minyak bumi terbesar di Indonesia, dengan jumlah minyak mentah diperkirakan mencapai sekitar 365.827 barrel per hari, atau sebanyak sepertiga dari seluruh produksi minyak harian di Indonesia.

Membahas secara spesifik mengenai wilayah kerja pengolahan minyak bumi di Riau, ada satu lokasi yang nyatanya sudah beroperasi jauh sebelum Indonesia merdeka dan hingga saat ini menjadi wilayah kerja minyak bumi tertua sekaligus terbesar kedua di Indonesia, yaitu Blok Rokan.

Belakangan yang mencuri perhatian, Blok Rokan yang nyatanya sudah beroperasi selama 97 tahun di bawah kendali Chevron (perusahaan pengelola energi asal AS), akhirnya resmi berada di bawah kendali perusahaan asli Indonesia yaitu Pertamina per tanggal 9 Agustus 2021 kemarin.

Seperti apa sejarah panjang dan perjalan pengelolaan Blok Rokan sejak pertama kali berdiri hingga saat ini?

Produksi Minyak di Blok Cepu Jadi Andalan Indonesia

Eksplorasi Chevron yang dimulai sejak tahun 1924

Karyawan Chevron di Blok Rokan
info gambar

Berdirinya wilayah kerja migas di Blok Rokan berawal dari eksplorasi yang dilakukan oleh ahli geologi AS dari Standard Oil Company of California (SOCAL), nama awal Chevron, pada tahun 1924, di daerah Sumatra Tengah yang sekarang di kenal sebagai Riau.

SOCAL bersama Texas Oil Company (Texaco) pada tahin 1930 kemudian mendirikan sebuah perusahaan patungan di Sumatra bernama N.V. Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij (NPPM), yang menjadi cikal bakal dari terbentuknya PT Chevron Pacific Indonesia (CPI).

Terus melakukan eksplorasi sumur minyak yang meliputi sejumlah wilayah kerja lapangan pengelolaan migas, Lapangan Duri dan Lapangan Minas menjadi salah dua wilayah lapangan penghasil minyak raksasa.

Sampai saat ini Blok Rokan diketahui memiliki luas wilayah kerja sebesar 6.264 kilometer persegi dengan 115 lapangan sumber migas. Bukan hanya itu, dalam perjalanan panjangnya Blok Rokan juga diketahui berkontribusi sebesar 46 persen terhadap produksi minyak nasional.

Blok Rokan juga pernah ada pada masa kejayaan nan emas dengan produksi minyak di atas 600 ribu barel per hari sekitar tahun 1970 sampai dengan 2003.

Melansir Kumparan, meski saat ini produksi minyaknya mulai menurun, Blok Rokan diketahui tetap diandalkan sebagai tulang punggung produksi minyak nasional dan menjadi penyumbang produksi minyak terbesar nomor dua secara nasional, dengan produksi di tahun 2020 mencapai 174 ribu barel per hari.

Bicara mengenai potensi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan cadangan minyak di Blok Rokan mencapai 500 juta barel hingga 1,5 miliar barel. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DKJN) bahkan menaksir bahwa Blok Rokan menyumbang sebanyak Rp97,78 triliun aset yang dimiliki negara.

Potensi Migas Blok Sanga Sanga 3-4 Kali Lipat dari Produksi Saat Ini

Pengalihan operasional Blok Rokan ke Indonesia melalui Pertamina

Wilayah Blok Rokan
info gambar

Hampir satu abad berada di bawah kendali Chevron, wilayah Blok Rokan akhirnya secara resmi berada di bawah pengelolaan pemerintah Indonesia melalui sub Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pertamina, yaitu PT Pertamina Hulu Rokan (PHR).

Hal tersebut pertama kali terkonfirmasi pada tiga tahun silam, tepatnya pada 31 Juli 2018. Pertamina berhasil mengungguli Chevron yang kala itu sama-sama mengajukan proposal untuk kembali mengelola Blok Rokan setelah kontraknya akan habis di tahun 2021 ini.

Arcandra Tahar--Wakil Menteri ESDM yang menjabat kala itu--mengumumkan bahwa pemerintah menunjuk Pertamina untuk mengelola Blok Rokan selama 20 tahun mulai 2021 hingga 2041, yang mengucurkan dana investasi sekitar 70 miliar dolar AS atau setara Rp1 triliun.

Sejak saat itu, persiapan pengalihan operasional pun mulai dilakukan secara bertahap antara CPI dan PHR yang terus berjalan hingga saat ini, mulai dari segi aset, fasilitas operasional, sampai sumber daya manusia dalam hal ini pengalihan karyawan CPI ke PHR.

Persiapan pengalihan yang sudah dilakukan sejak lama ini rupanya memberi dampak baik berupa jalannya operasional yang normal dan mulus pada saat puncak pergantian kendali di tanggal 9 Agustus lalu.

Dijelaskan bahwa tidak diperlukan adanya penghentian operasional yang besar nan berarti dalam jangka waktu tertentu, hal tersebut dikonfirmasi oleh Lysa Aryanti, Sr Manager Well Development PHR yang menyampaikan proses pengalihan kepada Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka.

"…hari pertama di lapangan tanggal 9 Agustus 2021 jam 00.00 itu rig drilling kita tetap bekerja. Jadi itu benar-benar proses yang seamless sekali, tidak ada harus berhenti dulu kemudian mulai kembali, semua bekerja seperti sebelumnya, tidak ada yang berbeda," jelas Lysa, mengutip Kompas.com.

Membahas lebih detail mengenai peralihan karyawan, diketahui bahwa PHR memang sebagian besar masih mempekerjakan jajaran karyawan yang sebelumnya bekerja dengan CHI. Diketahui ada sebanyak 2.689 orang atau sekitar 98 persen dari total pekerja CPI yang bergabung ke PHR.

Meski begitu, sebelumnya dilaporkan bahwa CPI lebih dulu menyerahkan keputusan kepada tiap karyawan untuk dialihfungsikan ke PHR, atau memilih mengundurkan diri dengan bayaran pesangon yang diketahui mencapai miliaran rupiah.

Wow Pertamina Ekspansi, Garap Blok Migas di Negara Ini

Potensi dan operasional Blok Rokan di waktu yang akan datang

Pengelolaan Blok Rokan oleh Pertamina
info gambar

Menyambut kembalinya wilayah Blok Rokan di bawah kelola perusahaan Indonesia, Jokowi memberikan apresiasi dan arahan serta harapan yang dapat diperoleh dari operasional Blok Rokan.

"Selamat atas kembalinya pengelolaan Blok Rokan ini ke pangkuan Ibu Pertiwi dan selamat bekerja untuk seluruh tim dari Pertamina. Saya percaya bahwa Pertamina mampu mengelola Blok Rokan ini,” ungkapnya dalam keterangan resmi yang dirilis ke publik.

Saat bertemu dengan 10 orang karyawan PHR yang berkunjung ke Istana Merdeka, Jokowi juga memberikan arahan agar Blok Rokan dapat meningkatkan hasil produksinya di waktu yang akan datang.

Jaffee Arizon Suardin, selaku Direktur Utama PHR dalam keterangan resminya juga menyampaikan rencana apa yang akan dilakukan pihak Pertamina dalam mengelola sumber migas di Blok Rokan dalam beberapa waktu yang akan datang.

Menurutnya, saat ini ada sebanyak 25 lokasi baru yang berstatus siap untuk dibor atau dikenal juga dengan istilah Ready for Drilling (RFD). Selain itu, PHR juga menargetkan pengeboran sebanyak 161 sumur minyak baru hingga akhir tahun 2021.

Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk mencapai target produksi minyak yang dicanangkan pemerintah, yakni 1 juta BOPD (Barrel Oil Per Day) pada 2030 mendatang, dan membuat Indonesia mencapai kejayaan sebagai salah satu negara yang memegang peran penting dalam industri minyak bumi dan gas dunia.

Mengenal Metan Hidrat, Harta Karun Migas Indonesia yang Bisa Diproduksi 800 Tahun

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Siti Nur Arifa lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Siti Nur Arifa.

SA
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini