Komitmen Indonesia Lanjutkan Jet Tempur KF-21 "Boramae"

Komitmen Indonesia Lanjutkan Jet Tempur KF-21 "Boramae"
info gambar utama

Indonesia telah menegaskan kembali komitmennya untuk melanjutnya partisipasinya dalam program jet tempur KAI KF-21 bersama dengan Korea Selatan, yang menawarkan alternatif yang lebih murah daripada jet tempur siluman F-35 buatan AS.

Indonesia mengirimkan kembali 100 insinyur untuk bergabung dalam proyek itu. Kantor berita Yonhap yang bebasis di Seoul menulis bahwa saat ini sudah ada 32 insinyur yang sedang dalam pengurusan administrasi seperti visa. Dijadwalkan nantinya 100 insinyur akan tiba dan bekerja pada akhir tahun 2021.

Korea Selatan meluncurkan prototipe KF-21 'Boramae' (Hawk), jet tempur semi-siluman pertama di negara itu, pada bulan April tahun ini. Saat peluncurannya, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto turut hadir langsung di Seoul.

Kementerian Luar Negeri RI juga mempertegas komitmen Indonesia dalam kelanjutan program ini "Indonesia menyambut baik proposal yang dibuat oleh Korea Selatan untuk meningkatkan kerja sama pertahanan kedua negara dan menyatakan harapan atas dukungan Korea Selatan untuk membantu pejabat Indonesia mengejar kesenjangan teknologi dalam proyek pengembangan bersama KF-21/IF-X," kata sumber di Kemenlu.

Program pengembangan pesawat tempur KFX/IFX dimulai di era Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan dilanjutkan oleh Presiden ke-7 RI Joko Widodo sebagai program nasional. Presiden Yudhoyono memutuskan Indonesia bermitra dengan Korea Selatan untuk pengembangan pesawat tempur generasi 4.5 yang dikenal sebagai KFX.

Menteri Pertahanan RI waktu itu, Purnomo Yusgiantoro dan Duta Besar Republik Korea Selatan untuk Indonesia Cho Tai-young, menandatangani joint engineering and development agreement KFX/IFX pada Oktober 2014 di Surabaya, Jawa Timur.

Pemerintah Korsel menanggung 60 persen pembiayaan, 20 persen menjadi beban Korea Aerospace Industries (KAI), sedangkan Indonesia membiayai sisanya, yaitu 20 persen. Sesuai dengan perjanjian pada November 2015 antara pemerintah Indonesia dan KAI, dari 8,8 triliun won Korea (7,9 milyar dolar AS) total nilai program KFX/IFX, Indonesia sepakat menanggung 1,7 triliun won Korea (1,5 miliar dolar AS).

Cost Sharing Agreement (CSA) ditandatangani oleh pemerintah Indonesia dengan KAI pada Januari 2016, begitu pula Work Assignment Agreement (WAA) yang ditandatangani oleh KAI dan PT Dirgantara Indonesia.

WAA memuat tentang scope (lingkup) keterlibatan PTDI pada program KFX/IFX, termasuk desain, pengembangan purwarupa, manufaktur komponen, testing dan sertifikasi. Sesuai dengan WAA, Indonesia memiliki akses pada technical data, spesifikasi, dan performance information.

Indonesia akan terus berpartisipasi dalam program ini karena secara total telah mengeluarkan antara 300 juta dolar AS hingga 500 juta dolar AS, selain alasan menjaga posisi Korsel adalah satu satu investor asing terbesar di Indonesia. Satu hal yang pasti, penguasaan teknologi tinggi memerlukan komitmen politik yang kuat dari pemerintah dan hasilnya tidak dapat dipetik dalam 5 tahun atau 10 tahun.

Di kesempatan yang berbeda, Indonesia dikabarkan juga telah menerima kesepakatan pembelian enam jet latih T-50 buatan perusahaan pertahanan Korea Selatan, Korea Aerospace Industries Co (KAI). Nilai kesepakatan disinyalir mencapai 240 juta dolar AS atau setara Rp3,4 triliun.

Pesawat T-50 Golden Eagle merupakan pengembangan KAI Korea Selatan bekerja sama dengan perusahaan pertahanan AS, Lockheed Martin.

KF-21 merupakan pesawat generasi 4,5 yang akan digunakan bersama dengan F-35 yang dibeli Korea Selatan dari AS. Perangkat lunak onboard dikembangkan oleh perusahaan Korea LIG Nex1 dengan bantuan SAAB dan itu memberi mereka fleksibilitas dalam menyesuaikan muatan, menurut Chacko.

“Orang Korea Selatan dapat mengonfigurasi muatan sesuai kebutuhan pelanggan. Misalnya, MBDA telah diberikan kontrak untuk mengintegrasikan rudal Meteor,” kata Chacko.

Beberapa analis mengatakan, desain KF-21 sangat mirip dengan F-22 Raptor AS meskipun jet Korea Selatan telah diposisikan sebagai alternatif dari F-35 Lightning-II.

KF-21 diharapkan untuk menggantikan F-5E/F Tiger II dan F-4 Phantom Angkatan Udara Korea Selatan serta beberapa F-16C/D dan F-15K Slam Eagles yang lebih tua, yang semuanya mendekati akhir siklus hidup mereka. KF-21 juga untuk melengkapi 60 unit F-35A Amerika yang dibeli Korea Selatan. Diperkirakan 40 KF-21 diharapkan akan mulai beroperasi pada tahun 2028.

Jet tempur baru ini memiliki panjang 55 kaki dengan lebar sayap 36 kaki, membuatnya sedikit lebih panjang dan lebih sempit dari F-35A Joint Strike Fighter, dan terasa lebih kecil dari F/A-18E/F Super Hornet dan F-22 Raptor. Boramae sangat mirip dengan F-22 Raptor, dengan stabilisator vertikal miring, sayap berbentuk berlian, intake udara bersudut, dan mesin jet ganda.

Pesawat memiliki 10 cantelan eksternal untuk membawa senjata, polong sensor, dan bahan bakar. Pesawat memiliki berat lepas landas minimum 17.000 pound dan berat lepas landas maksimum 56.400 pound.

Dua mesin General Electric F414 milik Boramae, mesin yang sama di F/A-18E/F Super Hornet, dapat menghasilkan daya dorong maksimum 44.000 pon. KAI menggambarkan, kecepatan tertinggi jet sebagai 1.400 mil per jam (mph), atau kurang dari Mach 2.

Korea Selatan menyebut Boramae sebagai "jet tempur generasi 4,5". Pesawat tempur ini tidak dimaksudkan untuk menjadi siluman generasi ke-5, seperti F-22 atau F-35, meskipun hampir pasti memiliki tanda radar yang lebih kecil daripada gen ke-4 seperti F-15 dan F-16. Boramae ada di antara keduanya.

Teknologi KF-21 mencakup sistem radar array yang dipindai secara elektronik untuk mendeteksi dan melacak ancaman udara, sistem pencarian dan pelacakan inframerah untuk mendeteksi pesawat secara diam-diam pada jarak yang lebih pendek, dan pod target elektro-optik yang dapat mendeteksi target di darat.

Korea Selatan memiliki rencana besar untuk KF-21. Negara ini memiliki ekonomi yang digerakkan oleh ekspor, dengan merek-merek seperti LG, Hyundai, dan Samsung. Sekarang, negara tersebut mulai meningkatkan industri pertahanannya dengan memperhatikan ekspor senjata.

Sumber:

Ali, Alman Helvas. “Mengurai Sengkarut Program KFX/IFX ANTARA Korsel & Indonesia.” CNBC Indonesia, 9 Apr. 2021, www.cnbcindonesia.com/opini/20210405122936-14-235283/mengurai-sengkarut-program-kfx-ifx-antara-korsel-indonesia.

Banerjee, Aritra. “Asian F-35: South KOREAN KF-21 Fighter Jet Hogs Global Limelight after Key Partner Rejoins Program.” Latest Asian, Middle-East, EurAsian, Indian News, 14 Aug. 2021, eurasiantimes.com/asian-f-35-south-korean-kf-21-fighter-jet-hogs-global-limelight-after-key-partner-rejoins-program/.

Terjemahan. “Jet Tempur KF-21 Boramae KOREA SELATAN, Mirip F-22 Raptor.” Tempo, TEMPO.CO, 19 Apr. 2021, tekno.tempo.co/read/1454025/jet-tempur-kf-21-boramae-korea-selatan-mirip-f-22-raptor/full&view=ok.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

AH
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini