Arief Rama, Sosok yang Konsisten Beri Kursus Data Science Secara Gratis di Tengah Pandemi

Arief Rama, Sosok yang Konsisten Beri Kursus Data Science Secara Gratis di Tengah Pandemi
info gambar utama

Di tengah situasi pandemi yang terjadi, masyarakat Indonesia dituntut untuk mengikuti perkembangan yang ada, di mana hampir semua aspek kehidupan secara besar-besaran melakukan transformasi digital dan memiliki keterkaitan yang erat dengan teknologi.

Memang, perubahan yang terjadi pastinya memiliki tujuan untuk memberikan kemudahan akan kehidupan setiap orang di waktu yang akan datang, terutama demi menyesuaikan diri dengan situasi pandemi. Namun, tak dimungkiri pula bahwa nyatanya tidak seluruh masyarakat Indonesia memiliki kesempatan untuk bisa mengimbangi perkembangan yang ada secara cepat untuk bisa bertahan.

Dalam arti kata, pihak yang memiliki sumber daya yang cukup mungkin bisa bertahan bahkan meningkatkan kekuatannya di tengah kondisi pandemi yang terjadi saat ini. Kebalikannya, pihak yang sama sekali tidak memiliki sumber daya atau kesempatan untuk belajar justru semakin jatuh dan terpuruk.

Hal tersebut nyatanya yang menjadi salah satu alasan bagi Arief Rama Syarif, untuk secara konsisten memberikan kesempatan yang sama, kepada setiap orang yang ingin belajar dan memahami dengan baik bagaimana sebenarnya peran teknologi dalam kehidupan di masa kini.

Upaya Amos Yeninar, Membina dan Menjamin Kesehatan Anak Jalanan Papua saat Pandemi

Berikan pengajaran Data Science secara gratis sejak tahun 2015

Arief saat memberikan kursus secara gratis
info gambar

Berbincang kepada GNFI, Rabu malam (18/8/2021), Arief yang diketahui sudah lebih dari 20 tahun bergelut dalam dunia Open Source, Data Science, dan berbagai hal yang berkaitan dengan industri teknologi digital ini mengungkap, bahwa dirinya sudah memberikan pengajaran gratis bersamaan ketika ia menjadi seorang dosen di tahun 2015.

Kala itu, Arief menjadi dosen di salah dua intansi pendidikan yang oleh masyarakat sendiri terlanjur mendapat stigma sebagai perguruan tinggi bagi para mahasiswa/mahasiswi yang berasal dari kalangan ekonomi ke bawah.

Meski tak dimungkiri bahwa pada kenyataannya memang hampir serupa seperti yang disebutkan, tapi bukan itu yang menjadi fokus utama Arief.

Dirinya lebih fokus pada keprihatinan mengenai bagaimana caranya supaya tiap orang yang sebenarnya memiliki tekad ingin untuk tetap belajar walau di tengah kondisi yang serba terbatas, tetap bisa mendapatkan pengetahuan maksimal khususnya di industri teknologi yang saat ini sangat diandalkan.

“Karena pada kenyataannya tidak semua orang punya kesempatan istimewa untuk bisa berkuliah di universitas ternama, misalnya di Binus, atau di UI, selalu ada yang melewatkan kesempatan itu karena berbagai faktor entah karena kondisi ekonomi dan lain sebagainya,” terang Arief.

“Jadi dalam situasi yang saya hadapi saat itu, yang terpikir adalah bagaimana caranya bisa memberikan ilmu yang sama kepada satpam, kasir minimarket, dan orang lainnya yang harus bekerja tapi tetap ingin berkuliah dengan mengikuti shift malam.

Akhirnya, pada tahun 2015, Arief mendirikan Yayasan Komunitas Open Source yang awalnya masih berlangsung di kediamannya yang berlokasi di Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

Dijelaskan, bahwa setiap hari Jumat malam dirinya membuka sesi pengajaran sederhana Open Source mulai dari Linux, Networking, dan Cloud Computing, sampai pada akhirnya mulai memberikan pemahaman tentang Data Science.

Semakin banyaknya orang yang ikut serta dalam kelas gratis yang diberikan, akhirnya di tahun 2018 Arief membangun sebuah tempat berbeda yang berlokasi Jatiwaringin, Pondok Gede, Jakarta Timur, khusus sebagai area untuk menjalankan program pengajaran gratis yang dilakukan oleh Yayasan Komunitas Open Source yang sudah ia rintis.

Sutanandika, Inisiator Relawan yang Konsisten Lindungi Lingkungan Meski Pandemi

Menyediakan tempat singgah dan jamuan untuk peserta kelas

Arief dan Komunitas Open Source | Yayasan Komunitas Open Source/Shutterstock
info gambar

Menyediakan pembelajaran mengenai Open Source dan Data Science secara gratis ternyata bukan satu-satunya hal utama yang menjadi fokus Arief. Dirinya memiliki pandangan bahwa kemampuan seseorang untuk belajar tidak akan berjalan secara maksimal dalam kondisi yang kurang memadai.

Akhirnya, pada yayasan tersebut, Arief juga menyediakan makan dan ruangan untuk tempat beristirahat bagi peserta kelasnya yang berasal dari wilayah terbilang agak jauh.

“Jadi biasanya kalau sampai Jumat malam kondisinya itu kan tidak memungkinan untuk lanjut belajar, jadi kita stop dulu bagi yang ingin beristirahat bisa tidur di ruangan yang sudah disediakan, keesokan harinya baru kita lanjut untuk belajar lagi,” jelasnya.

Mengenai kesediaan Arief untuk menyediakan makanan, ia mengungkap bahwa hal tersebut bermula dari keprihatinan dirinya melihat dua orang peserta yang membeli jajanan berupa cilok senilai Rp5.000, namun membaginya secara bersama-sama.

“Dari keajadian itu awalnya saya bercanda, ini gimana kalian mau pintar di pelajaran saya kalau makan saja cilok Rp5.000 dibagi dua,” kenangnya.

Akhirnya semenjak saat itu, Arief terus menyediakan makan malam, bahkan membuat aturan yang terbilang unik.

Karena biasanya yang datang untuk ikut belajar dalam kelasnya terdiri dari 25 hingga 30 orang, Arief mengungkap bahwa dalam satu waktu yang mengikuti kelasnya kurang dari 10 orang, dia lebih memilih mengajak peserta di hari itu untuk makan bersama ketimbang belajar.

Hal tersebut yang pada akhirnya terus Arief terapkan hingga saat ini, bahkan di tengah situasi pandemi sekalipun. Walau di saat yang bersamaan, Arief juga mengungkap bahwa belakangan peserta yang datang tidak sebanyak saat sebelum pandemi.

Ketika ditanya mengenai tenaga pengajar dan apakah dirinya mendapatkan bantuan dari pihak lain untuk memberikan pengajaran, Arief mengungkap bahwa hal tersebut yang masih menjadi tantangan.

“…beberapa kali memang ada, tapi hanya sekali-dua kali, setelah itu tidak datang lagi, ya saya memaklumi orang namanya juga kan tidak dibayar. Jadi kan itu dia tantangannya sendiri sekarang ini, belum terlalu banyak orang yang berkenan sharing atau membagikan ilmu secara mendalam dengan cuma-cuma,” terangnya.

Endrik Elang, Kurir yang Membuka Lapangan Pekerjaan saat Pandemi

Pandangan Arief mengenai pentingnya ilmu Data Science di lapangan pekerjaan

Dok. Komunitas Yayasan Open Source
info gambar

Lapangan pekerjaan sejatinya memang sudah menjadi permasalahan yang cukup rumit di Indonesia sendiri, terlebih saat situasi pandemi melanda. Di saat semua kegiatan berubah menjadi serba memanfaatkan teknologi, hal tersebut nyatanya yang membuat kebutuhan industri pun berubah seiring perkembangan zaman.

Jika melihat hasil survei pasar tenaga kerja yang dilakukan oleh World Economic Forum (WEF), diketahui prediksi perkembangan Pasar Tenaga Kerja Tahun 2020-2025, dan profesi yang paling banyak dicari pada tahun 2025 mendatang.

Hasilnya seperti yang bisa diduga, profesi yang berkaitan dengan industri teknologi bahkan merajai peringkat tiga besar, Data Analysts and Scientists, AI and Machine Learning Specialists, serta Big Data Specialists berturut-turut menempati peringkat tiga besar profesi yang paling banyak dicari.

Ketika dimintai pandangannya mengenai hal tersebut, Arief pun memberikan jawaban mengenai kondisi yang terjadi di Indonesia.

Menurut Arief, makna dari Data Science itu sejatinya lebih ke bagaimana kita memproses data, menjadi sebuah insight yang dibutuhkan guna mengambil langkah tepat demi menciptakan pergerakan dan hasil yang memuaskan bagi sebuah instansi, atau dalam hal ini perusahaan yang mempekerjakan seorang Data Scientist.

Hal tersebutlah yang menurut Arief belum bisa dipahami dan diaplikasikan dengan baik oleh setiap orang saat ini.

“Jadi gak perlu menunggu sampai tahun 2025, bahkan kebutuhan akan profesi itu sebenarnya dari sekarang bahkan beberapa tahun yang lalu pun juga sudah menjadi kebutuhan besar,” imbuhnya.

Kembali menyinggung soal kebutuhan industri, hal tersebut lah yang nyatanya menjadi alasan lain mengapa Arief kerap konsisten memberikan pembelajaran secara gratis mengenai Open Source dan Data Science, khususnya bagi masyarakat kelas menengah ke bawah.

Karena jika bicara soal penerapan Data Science di perusahaan skala besar dan perusahaan teknologi, hal tersebut sudah bukan hal yang asing lagi, melainkan menjadi roda atau penggerak utama dalam kelangsungan perusahaan.

Lain halnya dengan usaha-usaha kecil layaknya UMKM bahkan untuk instansi setara pemerintahan Indonesia sendiri, yang sejatinya bisa memiliki kesempatan bertahan bahkan berkembang lebih cepat bila memiliki pengetahuan yang tepat akan keberadaan Data Science, bahkan di tengah situasi pandemi sekalipun.

“Karena itu lah mengapa Data Science penting, ya karena masih ada gap besar untuk pelaku usaha lokal atau UMKM asli kita sendiri dan instansi pemerintah, dengan perusahaan teknologi asing yang katakanlah ada di Indonesia,” pungkasnya.

Semangat Dewi untuk Indonesia, Dorong Anak Muda Mengabdi Bagi Negeri di Tengah Pandemi

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Siti Nur Arifa lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Siti Nur Arifa.

SA
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini