Menilik Semangat dan Persiapan Kontingen Indonesia di Paralimpiade Tokyo 2020

Menilik Semangat dan Persiapan Kontingen Indonesia di Paralimpiade Tokyo 2020
info gambar utama

Euforia gelaran pesta olahraga terbesar masih terus berlanjut. Ketika Olimpiade Tokyo sudah berakhir setelah terlaksana sepanjang 23 Juli-8 Agustus 2021, jangan lupakan gelaran Paralimpiade yang sejatinya tak kalah menggairahkan untuk diikuti ketika dilangsungkan pada tanggal 24 Agustus-5 September 2021 mendatang.

Jajaran kontingen Indonesia untuk Olimpiade Tokyo sudah berusaha melakukan perjuangan terbaik dan berhasil membawa pulang sebanyak lima medali yang terdiri dari satu medali emas, satu medali perak, dan tiga medali perunggu.

Kali ini, dalam hitungan beberapa hari ke depan giliran kontingen Indonesia untuk Paralimpiade Tokyo yang akan melakukan perjuangan serupa, dan diharapkan dapat membawa pulang prestasi yang tak kalah membanggakan dari pencapaian yang sudah diraih di ajang Olimpiade.

Sekadar informasi, untuk gelaran Paralimpiade tahun ini Indonesia mengirimkan sebanyak 23 atlet dari tujuh cabang olahraga yang diikuti, yaitu para tenis meja, para renang, para menembak, para cycling, para powerlifting, dan para atletik serta para badminton yang mengirimkan jumlah atlet paling banyak.

Adapun informasi detail mengenai jajaran atlet yang turut serta dalam Paralimpiade Tokyo 2020 dapat dilihat di bawah ini.

Asian Para Games, Pembuktian Melawan Keterbatasan

Keberangkatan kontingen Indonesia ke Tokyo

Keberangkatan kontingen Paralimpiade Indonesia
info gambar

Total kontingen Indonesia secara keseluruhan pada Paralimpiade Tokyo 2020 berjumlah 60 orang. Selain 23 atlet, diketahui terdapat pula 13 orang pelatih dan 24 official yang terdiri dari fisioterapis, mekanik, admin, living assistant, dokter, Chef de Mission (CdM), Deputy CdM, dan Covid-19 Liaison Officer.

Sama halnya seperti keberangkatan yang dilakukan oleh kontingen Olimpiade, keseluruhan kontingen Paralimpiade yang bertolak ke Tokyo dilakukan secara bergelombang. Untuk pemberangkatan pertama, rombongan diikuti oleh Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) National Paralympic Committee (NPC) Indonesia, Rima Ferdianto, enam atlet dari tiga cabor para cycling, para tenis meja dan para renang, serta 5 orang official.

Kloter pertama tersebut sudah tiba di di Bandara Narita Jepang, pada Selasa (17/8) pukul 15:50 waktu setempat, dengan menggunakan penerbangan All Nippon Airways-NH 836.

Sehari setelahnya, yaitu Rabu (18/8) pada pukul 21:20 WIB giliran kloter kedua yang bertolak ke Jepang dan dijadwalkan tiba di Tokyo hari ini, Kamis (19/8). Kloter kedua diisi oleh tujuh atlet para badminton yang ditemani orang seorang pelatih dan empat orang terapis. Selain itu, ada pula atlet para powerlifting yang ditemani seorang pelatih.

Untuk kloter ketiga, dilaporkan terdiri dari tujuh atlet dan tiga pelatih cabor para atletik, bersamaan dengan rombongan utama yang terdiri dari CdM Indonesia untuk Paralimpiade Tokyo, Andi Herman.

Terakhir, kloter keempat akan berangkat pada tanggal 23 Agustus yang terdiri dari dua atlet para menembak disertai empat pelatih dan staf.

Guntur, Sosok Hebat Atlet Difabel Pemecah Rekor Renang ASEAN Para Games

Persiapan atlet menghadapi perlombaan dan target yang ingin dicapai

Pelepasan kontingen Paralimpiade Indonesia oleh Menpora secara virtual
info gambar

Nantinya, para atlet yang tiba akan tinggal di Paralympic Village dan melakukan pertandingan pada masing-masing venue cabor yang diselenggarakan.

Misalnya, pertandingan untuk cabor para tenis meja akan diselenggarakan di Tokyo Metropolitan Gymnasium, kemudian para renang akan bertanding di Tokyo Aquatics Centre, dan para cycling yang berlangsung di Izu Velodrome.

Jika menilik persiapan yang dilakukan oleh atlet yang sudah lebih dulu tiba di Tokyo sejak tanggal 18 kemarin, salah satu atlet para tenis meja yaitu Adyos Astan membagikan kesannya dalam menghadapi pertandingan yang tinggal di depan mata.

“Seluruh persiapan dari awal sampai saat ini puji Tuhan semua berjalan lancar. Perasaan cemas, deg-degan, gembira, pokoknya campur aduk jadi satu, dulu sebelum pendemi fokus kita 100 persen tanding, sekarang disamping fokus bertanding kita harus melewati begitu banyak protokol kesehatan yang ada sehingga perasaan cemas khawatir dan sebagainya ikut berpengaruh,” Jelas Adyos.

“Harapan saya semoga kita tetap sehat, fit, sehingga kita bisa fokus fight dan mendapat hasil yang maksimal, amin,” tambah sosok peraih medali perunggu Asian Paragames 2018 tersebut.

Menariknya, NPC pada awalnya hanya menargetkan 15 atlet yang diyakini akan lolos untuk berlaga dalam ajang Paralimpiade Tokyo 2020, hal tersebut berdasarkan perkembangan dari jumlah yang dikirim Indonesia pada Paralimpiade Rio 2016 sebanyak 9 atlet. Tak disangka, jumlah atlet yang berhasil lolos kualifikasi pada musim ini nyatanya melampaui ekspektasi menjadi sebanyak 23 orang.

Sementara jika bicara mengenai perolehan medali, kontingen Indonesia ternyata memiliki target memperoleh masing-masing satu medali emas, perak, dan perunggu, namun tidak secara spesifik ditargetkan untuk cabor tertentu.

"Target kami di Paralimpiade Tokyo ini satu medali emas, satu perak, dan satu perunggu. Kami tidak menargetkan secara khusus ini dari cabor mana, atau atlet siapa," ungkap Senny Marbun, ketua NPC Indonesia.

"Jadi biar teman-teman tidak terbebani. Kami tidak mau mendahului Tuhan. Kami juga memiliki target untuk memperbaiki peringkat dengan masuk di 60 besar dunia" tambahnya.

Sementara itu, sebelum para kontingen bertolak ke Tokyo yang dimulai dengan pemberangkatan kloter pertama. Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Zainudin Amali terlebih dahulu melakukan pengukuhan dan melepas kontingen Indonesia, yang digelar secara virtual di Kantor Kemenpora, Sabtu (14/8).

"Semoga kita berhasil dan tuhan menyertai perjuangan kita semua," tutur Zainudin.

Resmi Ditutup, Ini Klasemen Akhir Perolehan Medali Olimpiade Tokyo 2020

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Siti Nur Arifa lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Siti Nur Arifa.

SA
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini