Yuk! Tambah Pengetahuan dengan Baca 4 Buku Fiksi Sejarah Indonesia

Yuk! Tambah Pengetahuan dengan Baca 4 Buku Fiksi Sejarah Indonesia
info gambar utama

Penulis: Nur Annisa Kusumawardani

Semarakkan semangat dan aksi kolaborasi Festival Negeri Kolaborasi live di seluruh kanal media sosial GNFI. Informasi lebih lanjut kunjungi FNK 2021.

Sejarah adalah bagian besar dari perjalanan suatu bangsa. Termasuk negara kita, Indonesia. Dalam perjalanan sebelum hingga sesudah merdeka, Indonesia telah mengalami berbagai hal yang tidak semuanya tersampaikan dalam buku pelajaran sejarah formal. Maka, buku fiksi sejarah hadir untuk membantu melengkapi potongan kisah yang belum banyak diterima oleh generasi muda.

Buku fiksi (novel) sejarah tidak hanya menjadikan proses belajar menjadi lebih mudah dan seru. Keberadaannya juga mampu membangkitkan empati, menambah pemahaman, serta menjadikan perjalanan dalam memahami masa lalu menjadi suatu kegiatan yang dapat dinikmati oleh siapapun.

Kali ini, Kawan GNFI menghadirkan empat rekomendasi buku fiksi sejarah yang dapat Kawan GNFI baca untuk mengisi waktu luang dan menambah pengetahuan.

Buku Digital, Solusi Bagi Industri Buku di Indonesia

Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer

Tetralogi Buru Karya Pramoedya Ananta Toer | inibaru.id
info gambar

Tetralogi Pulau Buru adalah rangkaian empat novel yang ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer dalam pengasingannya di Pulau Buru. Kumpulan buku yang sempat dilarang beredar ini terdiri atas Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan diakhiri dengan Rumah Kaca.

Secara keseluruhan, Tetralogi Buru menceritakan perjalanan tokoh utamanya, seorang jurnalis bernama Minke, dalam memperjuangkan kemerdekaan serta melawan kolonialisme Belanda. Perjuangan ini dilakukan Minke melalui tulisan-tulisannya yang dimuat dalam surat kabar.

Kisah dengan latar belakang terbentuknya negara Indonesia pada abad ke-20 ini telah dikenal oleh dunia internasional dan diterjemahkan ke berbagai bahasa. Melalui karyanya, Pram menggambarkan keadaan pribumi yang tertindas dan penuh penderitaan, kesenjangan antar strata dan golongan, juga kisah-kisah lain yang mampu membuat pembaca ikut hanyut dalam sejarah dan cerita-cerita di dalamnya.

Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari

Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari | infobudaya.net
info gambar

Sudahkah Kawan GNFI menonton film Sang Penari yang dirilis pada 2011 lalu? Film tersebut merupakan adaptasi dari novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari.

Pada 1980-an, novel ini ditulis sebagai trilogi dengan judul Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jentera Bianglala. Namun, pada terbitan yang terbaru, ketiga novel ini digabungkan dalam satu judul yaitu Ronggeng Dukuh Paruk.

Novel ini bercerita tentang tokoh utama bernama Srintil yang dinobatkan menjadi ronggeng baru di desa bernama Dukuh Paruk. Bagi pedukuhan yang kecil, miskin, dan terpencil itu, ronggeng adalah bagian yang sangat penting. Tanpanya, dukuh akan kehilangan jati dirinya.

Menanamkan Kita Gemar Baca Buku, Simak 5 Komunitas Ini

Sayangnya, pergolakan politik tahun 1965 membuat dukuh tersebut hancur. Masyarakatnya juga turut terbawa dalam arus kerusuhan. Dukuh Paruk dibakar, sedangkan ronggeng beserta para penabuh calungnya dijadikan tahanan politik (tapol).

Ronggeng Dukuh Paruk menunjukkan adanya pengaruh peristiwa politik terhadap masyarakat sederhana yang berada di desa terpencil. Novel ini menjadi juru bicara bagi kisah-kisah yang belum diabadikan oleh sejarah Indonesia.

Laut Bercerita karya Leila S. Chudori

Laut Bercerit Karya Leila S. Chudori | locus.or.id
info gambar

Laut Bercerita memiliki setting waktu berpusat pada masa reformasi, yaitu sekitar tahun 1998-an. Kisah ini bercerita tentang perjalanan para aktivis mahasiswa ketika berjuang untuk menyuarakan kebebasan dan melawan ketidakadilan penguasa.

Tindakan dan keberanian Laut bersama teman-temannya kian dibatasi dan ditekan berbagai pihak. Meskipun begitu, mereka tetap berusaha berjuang dalam persembunyian masing-masing. Perjuangan ini kemudian berakhir pada pengejaran, penangkapan, hingga penghilangan secara paksa.

Dalam buku ini, Leila S Chudori mengajak pembaca ikut merasakan drama dan tragedi yang menimpa para tokoh. Dua sudut pandang yang diberikan juga mendorong timbulnya rasa empati mengenai kejadian-kejadian yang melingkupi perjalanan bangsa, khususnya pada tahun-tahun sebelum dan sesudah reformasi.

Orang-orang Oetimu karya Felix Nesi

Orang-orang Oetimu | Foto: Ardan/Kompasiana
info gambar

Buku fiksi yang memenangkan Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta pada 2008 ini menceritakan tentang wilayah kecil di pelosok Nusa Tenggara Timur bernama Oetimu. Melalui novel ini, pembaca diajak untuk menyelami berbagai peristiwa sejarah yang terjadi di Indonesia timur.

Melihat Industri Buku di Indonesia dari Masa ke Masa

Dengan setting waktu pada tahun 1990-an, penulis menceritakan dampak dari gejolak politik Indonesia yang dirasakan oleh masyarakat Oetimu. Adanya konflik politik di Timor Timur, kekerasan militer dan gerilyawan, demonstrasi, juga berbagai peristiwa lainnya diramu menjadi kisah seru yang dapat menyeret pembacanya untuk hadir menjadi saksi.

Dari latar waktu, penokohan yang beragam, hingga setting tempat yang tidak biasa, novel Orang-orang Oetimu menjadi salah satu cerita menarik yang menawarkan perspektif unik untuk menemani waktu luang Kawan.

Demikian empat rekomendasi buku fiksi sejarah versi Kawan GNFI. Selamat membaca dan menyelami sejarah Indonesia, Kawan!*

Referensi: CNN Indonesia | Korpus IPB | Goodreads

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Kawan GNFI Official lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Kawan GNFI Official.

Terima kasih telah membaca sampai di sini