Wajah Baru Taman Ismail Marzuki, Dan Harapannya Jadi Oase Jakarta

Wajah Baru Taman Ismail Marzuki, Dan Harapannya Jadi Oase Jakarta
info gambar utama

Taman Ismail Marzuki (TIM) sebagai tempat berkumpulnya para seniman dari seluruh Indonesia akan memiliki wajah baru. Gedung yang berada di bilangan Jl Cikini Raya, Jakarta Pusat, ini akan selesai direvitalisasi.

Berdiri sejak 1968, TIM memang sudah sering berganti rupa. Pada momen tersebut banyak hal yang bertambah atau berkurang, tapi tidak pernah menghilangkan esensi TIM sebagai tempat menampung dan mengembangkan kegiatan berkesenian masyarakat.

Program revitalisasi TIM sendiri memang dilakukan sebagai upaya menampung lebih banyak kegiatan berkesenian dari seluruh Indonesia. Tampilan TIM sebelumnya, dianggap sudah tidak memadai untuk melakukan hal itu.

"Kondisi sebelum revitalisasi memang cukup memprihatinkan. Fungsi bangunan sudah tidak beroperasi secara maksimal," jelas Project Director Revitalisasi TIM, Lucky Ismayanti saat ditemui GNFI di kawasan TIM, Jakarta Pusat, Rabu (15/9/2021).

Lucky mengatakan, revitalisasi tidak hanya melakukan pembaharuan pada bangunan yang ada, tapi beberapa bangunan ada yang dibangun ulang. Karena itulah, Jakpro sebagai BUMD Pemprov DKI mendapat tugas untuk mengembalikan fungsi yang ada di TIM, yakni sebagai pusat budaya dan edukasi.

Nasionalisme Lewat Musik ala Ismail Marzuki

"Yang harapannya, bisa menjadi tempat berkarya para seniman, membawa bibit-bibit unggul para seniman untuk bisa ke kancah Internasional," ujarnya.

Revitalisasi TIM sudah dikerjakan sejak awal 2019 dan seluruh proyek pengerjaan akan memakan biaya Rp1,8 triliun. Lucky menyatakan TIM akan menjadi tempat yang terbuka bagi ruang publik.

Dia menjelaskan revitalisasi TIM menghadirkan perpustakaan dan wisma pelatihan, ruang terbuka hijau yang merupakan taman di atas parkiran, Gallery Anex, Graha bhakti budaya, teater halaman, planetarium dan pusat latihan seni, serta masjid Amir Hamzah.

Salah satu fungsi yang dikembalikan adalah Wisma Seni yang dilengkapi dengan 139 unit tempat tidur 'bunk bed' untuk memberi tempat istirahat bagi para pegiat seni saat melaksanakan sebuah acara.

"Jadi teman-teman seniman yang akan melakukan event di sini dan sambil menggunakan wisma ini, bisa beristrahat sambil guyub begitu, sambil mempersiapkan," kata dia.

Sementara itu untuk Planetarium, pengerjaannya hanya untuk interiornya saja. Tidak ada pembaharuan gedung, pasalnya Planetarium masuk dalam kategori cagar budaya.

"Planetarium ini memang jadi bangunan cagar budaya jadi kita upgrade untuk interiornya saja, bangunan di sekitarnya tentu ada fungsi-fungsi lain yang kita hadirkan," kata Lucky.

Lucky menyatakan kemajuan revitalisasi Tahap I telah mencapai 98,70 persen, meliputi pembangunan Gedung Parkir Taman, Masjid Amir Hamzah, pembangunan Gedung Perpustakaan, dan Wisma Seni atau biasa dikenal dengan nama Gedung Panjang. Sedangkan Tahap II mencapai 32,40 persen.

"Rencananya TIM akan rampung pengerjaannya pada akhir 2021," pungkasnya.

TIM jadi oase warga Jakarta

Revitalisasi TIM memang diharapkan tidak hanya mengubah wajah bangunannya. Tapi juga wajah kota Jakarta secara keseluruhan. Hal ini yang diungkapkan Andra Matin, kepala proyek revitalisasi TIM. Dia berharap, tempat ini akan menjadi oase bagi masyarakat kota Jakarta.

"Kalau kita jalan kaki atau naik kendaraan melalui jalan satu arah. Semua yang kita lihat adalah bangunan. Jadi saya ingin ada jedanya. Jadi ide pertama, jedanya itu di TIM ini," harap Andra.

Andra juga melihat TIM pada masa lalu lebih banyak dipenuhi dengan kendaraan yang parkir. Dirinya pun berkelakar, pada saat itu TIM lebih tepat disebut dengan "taman mobil".

Karena itulah, Andra memfokuskan lingkungan TIM menjadi area yang lebih hijau. Sehingga TIM akan menarik bagi masyarakat yang melewatinya.

"Kalau orang jalan kali mereka akan melihat ada perbedaan suasananya, hijau, jadi oase," bebernya.

Taman Ismail Marzuki Akan Berubah Wajah

Ciri khas desain arsitektur Andra memang penuh dengan tanaman hijau. Baik itu perumahan, masjid, maupun kafe, semuanya penuh dengan hijau.

Konsep ini juga akan tetap digunakannya pada revitalisasi TIM. Lahan seluas 72 hektare itu akan didominasi rumput hijau, salah satunya di area parkir yang sekarang merupakan lahan parkir. Rencananya lahan ini akan digunakan menjadi ruang terbuka berkumpulnya warga sekitar. Pantauan GNFI, rumput hijau ini sudah siap untuk digunakan.

"Ada juga komunitas yang ingin melihat gerhana matahari atau gerhana bulan. Mereka bisa melihatnya diatas," ucapnya.

Foto Planetarium (Dok: Rizky Kusumo)

Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Ismail Marzuki (TIM) juga akan ditambah. Penambahan ini meningkatkan RTH sebesar 16,2 persen. Sebelumnya kawasan TIM hanya memilki 11 persen RTH, atau dengan luas tapak 7.800 meter persegi.

"Nantinya kawasan TIM 27,2 persennya merupakan RTH atau luas tapaknya sebesar 18.810 meter persegi dari keseluruhan 72.551 meter persegi," katanya.

Salah satu tempat yang sudah selesai direnovasi adalah Masjid Amir Hamzah. Tampilan rumah ibadah yang memiliki luas 1.738 meter persegi itu memang terlihat lebih segar, terutama bagian atap yang ditanami tanaman hijau dan keberadaan kolam yang mengelilingi bangunan.

Gedung dari lagu Ismail Marzuki

Salah satu wajah baru dari TIM adalah Gedung Panjang, sebutan ini lantaran fisiknya memang memanjang di lahan yang dulu jadi pusat kuliner TIM. Nantinya bangunan baru ini akan menjadi Perpustakaan dan Wisma Seni.

Dari kejauhan terlihat bagian gedung 14 lantai itu berundak-undak, tidak rata seperti bangunan tinggi konvensional. Sang arsitek, Andra mengungkapkan alasannya.

"Ini buat simbol. Bangunan hubungan ini memang cocoknya hanya di TIM. Inspirasinya dari lagu ciptaan Ismail Marzuki, ditransfer ke bentuk tinggi rendah not balok," tutur Andra.

Ia mendetailkan lagu yang dimaksud adalah Rayuan Pulau Kelapa. Ada tiga bait yang diambil, yakni "Tanah airku Indonesia. Negeri elok amat kucinta. Tanah tumpah darahku yang mulia, yang kupuja sepanjang masa. Tanah airku aman dan makmur, pulau kelapa yang amat subur."

"(Liriknya) benar-benar kerasa bahwa kita harus mencintai negara kita. Tiga not digabung jadi satu fasad. Fasadnya disusun secara acak," sambung Andra.

Selain lirik lagu ciptaan Ismail Marzuki, bangunan gedung juga memasukkan elemen motif tumpal dari batik Betawi. Selain untuk estetika, hal itu juga bermaksud untuk mereduksi sinar matahari ke area perpustakaan sehingga menjadi lebih sejuk.

Taman Ismail Marzuki: Mengenang Kembali Sang Maestro Legendaris

Di gedung ini pula disediakan tempat pedagang kuliner. Hal ini untuk mengakomodasi permintaan seniman dan saran dari PTSP. Panjangnya mencapai 50-60 meter.

"Posisinya di bagian bawah Gedung Panjang. Ada Soto Ma'ruf, ada toko buku loak, sudah disiapkan oleh kami untuk kembali lagi ke sini," sahut Andra.

Andra melanjutkan, bentuk Gedung Panjang juga terinspirasi dari bentuk bangunan khas Indonesia, yakni rumah panggung. Maka, bagian bawah gedung dibuat terangkat dari tanah.

Photo konstruksi bangunan (Dok: Rizky Kusumo)

Lebih jauh dari itu, bangunan tersebut berfungsi untuk mengikat kawasan TIM secara keseluruhan. Di samping, ia ingin menciptakan inklusifitas antara TIM dengan kampung tetangganya.

"Bangunan ini menjadi inklusif antara kampung dan TIM menjadi satu kesatuan," jelasnya.

Andra memang berharap TIM menjadi tempat yang inklusif bagi setiap masyarakat. Karena itu selain tidak akan menggunakan gerbang, tempat ini pun akan ramah kepada disabilitas.

"Jadi bila ada orang yang jalan kaki, sangat senang melihat TIM, lalu ingin segera masuk, untuk menikmati TIM," pungkasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini