Keindahan Kain Tenun Gringsing yang Dipercaya Sebagai Penolak Bala

Keindahan Kain Tenun Gringsing yang Dipercaya Sebagai Penolak Bala
info gambar utama

Penulis: Brigitta Raras

Semarakkan semangat dan aksi kolaborasi Festival Negeri Kolaborasi live di seluruh kanal media sosial GNFI. Informasi lebih lanjut kunjungi FNK 2021.

Indonesia sudah tak perlu diragukan lagi dengan keberagaman kesenian yang ada. Mulai dari seni tari, seni musik, sastra hingga seni rupa. Salah satu seni rupa terapan asal Indonesia yang sudah terkenal dan mendunia adalah kain batik.

Namun, faktanya tak hanya batik saja, saat ini kain tenun gringsing sudah mulai dilihat oleh masyarakat dunia. Kain tenun gringsing yang berasal dari pulau Dewata ini, juga tak kalah indah dan cantik dari kain batik.

Kain tenun gringsing

Proses pembuatan kain tenun gringsing | Foto: liputan6
info gambar

Kain tenun yang berasal dari Desa Adat Tenganan, Karangasem menjadi salah satu kain khas Bali yang bertahan dan berkembang hingga saat ini. Bahkan, kini kain tenun gringsing menjadi salah satu buruan para wisatawan dunia yang berkunjung ke Desa Adat Tenganan.

Desa Tenganan merupakan salah satu desa tertua di Bali. Desa ini diperkirakan sudah ada sejak abad ke-8 dan dipercaya desa asli yang berasal dari kerajaan Majapahit. Dalam buku yang berjudul Dibalik Kain Tenun Gringsing Tenganan, Karangasem karya I Nyoman Lodra, dikatakan bahwa semua anak dan perempuan dewasa di desa Tenganan memiliki kemampuan menenun kain gringsing.

Kain gringsing dianggap sakral oleh warga Desa Tenganan. Kain yang merupakan warisan leluhur ini selalu dijaga dan dilindungi keasliannya, mulai dari tata cara hingga proses pembuatannya.

Peta Sebaran Wilayah dengan Pengrajin Kain dan Tenun Terbanyak di Indonesia

Kain gringsing ditenun secara manual, dengan setiap helai benang dimasukkan dan disusun satu per satu sesuai desain yang ditentukan hingga menjadi helai kain. Para perajin juga masih menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) yang masih tradisional dan dan dibuat dari kayu.

Dalam proses pembuatan kain tenun gringsing, diawali dengan proses ritual mereka bekerja agar pengerjaan dapat berjalan dengan lancar. Kemudian, para perajin tenun juga harus memastikan tidak ada halangan, seperti kematian dan tidak dalam kondisi datang bulan (haid).

Proses pengerjaan tenun gringsing berbeda dengan kain tenun lainnya, yaitu menggunakan teknik ikat ganda atau dobel ikat. Teknik ini merupakan teknik yang rumit dan membutuhkan kesabaran. Maka dari itu, tidak banyak kain tenun yang dihasilkan dengan teknik ikat ganda.

Tenun dengan teknik ikat ganda di Indonesia hanya dapat ditemukan di Desa Adat Tenganan saja. Menariknya lagi, saat ini baru hanya ada tiga negara yang menggunakan teknik ikat ganda, yakni Indonesia (tenun gringsing), Jepang (kurume), dan India (patola).

Meskipun memiliki teknik yang sama dengan kain di Jepang dan India, tenun gringsing memiliki pemaknaan, nilai budaya dan makna filosofis yang berbeda. Tenun gringsing memiliki motif dan kombinasi warna seimbang, dalam melambangkan hubungan keseimbangan antara manusia dengan Tuhan dan manusia dengan alam.

Penyatuan lahir batin pada kehidupan manusia yang mereka jalankan sehari-hari dimaknai dalam kain tenun ikat dobel ini. Kain tenun yang memiliki ciri khas warna gelap, seperti coklat tua, merah tua dan biru tua. Warna tersebut merupakan berasal dari tumbuhan, buah-buahan dan akar-akaran yang ada di sekitar hutan di Nusa Penida, Klungkung.

Selain Batik, Ini 4 Kain Nusantara yang Indah dan Mendunia

Adapun, bahan-bahan alami lainnya yang digunakan untuk proses pewarnaan. Bahan tersebut, seperti mengkudu (merah), minyak kemiri (kuning), dan kayu taum (hitam). Proses pewarnaan yang menggunakan bahan-bahan alami ini tentunya membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding kain pada umumnya. Satu warna pada motif tenun gringsing membutuhkan waktu hingga tiga bulan atau lebih.

Dalam proses pewarnaan juga tak dihindari adanya pengulangan hingga empat kali atau lebih untuk mendapatkan warna yang sesuai pakem. Hal ini dilakukan untuk menjaga dan melindungi keaslian dan nilai-nilai kain tenun gringsing.

Sebagai penolak bala

Kain tenun gringsing | Foto: Kompas
info gambar

Kain tenun gringsing dipercaya memiliki kekuatan gaib dan diyakini mampu menangkal pengaruh-pengaruh jahat. Bahkan, dipercaya juga dapat menyembuhkan penyakit.

Kain gringsing berasal dari ‘gring’ dan ‘sing’. Dalam bahasa Bali, kata gring diartikan sebagai kekeringan, wabah, atau penyakit. Sedangkan, kata sing diartikan sebagai tidak atau menolak.

Dapat diartikan, kain ‘gringsing’ sebagai penolakan terhadap penyakit,sehingga masyarakat juga dapat terhindar dari segala bentuk wabah. Maka dari itu, kain gringsing dipercaya memiliki kekuatan magis yang mampu melindungi pemakainya dari musibah dan marabahaya.

Memahami Pentingnya Pelestarian Kain Nusantara Sebagai Identitas Budaya Indonesia

Selain itu, motif-motif dalam tenun gringsing adalah gambar binatang kadal, kalajengking, bunga terong, bunga cempaka dan lainnya. Masyarakat Bali percaya bahwa motif tersebut telah ada sejak zaman prasejarah dan dipercaya sebagai penolak bala atau roh jahat.

Mereka juga percaya, orang yang sedang terkena demam, flu, dan sejenisnya jika diselimuti dengan kain tenun gringsing yang tebal, sangat memungkinkan untuk bisa sembuh. Kain yang dipercaya mampu menolak roh jahat ini, juga digunakan pada upacara keagamaan, pernikahan dan potong gigi agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar dan terhindar dari hal-hal jahat.*

Referensi: medcom | Kompas

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Kawan GNFI Official lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Kawan GNFI Official.

Terima kasih telah membaca sampai di sini