Desa Tinalah Tawarkan Pesona Alam dan Budaya di Kabupaten Kulon Progo

Desa Tinalah Tawarkan Pesona Alam dan Budaya di Kabupaten Kulon Progo
info gambar utama

Kabupaten Kulon Progo selama ini memang dikenal sebagai salah satu destinasi liburan di Yogyakarta selain pusat kotanya. Daerah ini populer dengan objek wisata seperti Kalibiru, Waduk Sermo, air terjun Kedung Pedut, dan hutan pinus Girimulyo.

Selain itu, ada sebuah tempat yang tak kalah menarik untuk didatangi di Kulon Progo, yaitu Desa Wisata Tinalah di Desa Purwoharjo, Kecamatan Samigaluh. Desa yang terletak di kawasan Sungai Tinalah dan Pegunungan Menoreh ini memiliki slogan Pesona Alam dan Budaya.

Dari pusat kota atau Stasiun Yogyakarta, desa ini bisa ditempuh dengan kendaraan pribadi atau bus dengan jarak 25 km. Sesampainya di sana, ada banyak aktivitas yang dapat dilakukan, dari menyambangi tempat wisata di kawasan pegunungan, wisata sejarah, bahkan berkemah.

Bila tak ingin repot, pengelola Desa Wisata Tinalah pun telah membuat paket wisata yang bisa dipilih sesuai keinginan pengunjung. Paket tersebut sudah berisi berbagai kegiatan menjelajahi kawasan sekitar desa, pemandu, makan siang, dan fasilitas penunjang lain.

Di Desa Tinalah, banyak warganya yang mengembangkan produk ekonomi kreatif yang bisa dijadikan oleh-oleh, misalnya wedang rempah, wingko, keripik pegagan, geblek, dan klanting. Tak hanya itu, di desa ini pun terdapat kegiatan menarik berupa prosesi wiwit tandur atau upacara permulaan tanam padi, di mana pengunjung bisa bergabung dengan warga melakukan seluruh rangkaian upacara hingga makan bersama di sawah.

Berikut beberapa pilihan kegiatan yang bisa dilakukan di Desa Wisata Tinalah:

Indonesia Akan Miliki Jembatan Gantung Terpanjang di Dunia yang Berlokasi di Bogor

Susur Sungai Tinalah

Bagi yang ingin seru-seruan dan menantang adrenalin, bisa coba sensasi susur sungai atau arung jeram di Sungai Tinalah. Sungai ini berhulu di Pegunungan Menoreh dan memiliki panjang hingga 15 kilometer melintasi beberapa desa.

Warga sekitar memanfaatkan keberadaan sungai ini sebagai sumber daya pertanian dan perikanan. Saat mengunjungi Sungai Tinalah, kemungkinan Anda akan menemukan warga yang sedang memancing atau menjala ikan. Sungai ini terbilang bersih dan memang sering digunakan untuk arung jeram.

Bila berkunjung pada bulan Agustus, ada sebuah agenda rutin yang dilakukan masyarakat yaitu upacara merti dusun, yaitu kirab gunungan tumpeng.

Museum Rudana, Tempat Menikmati Karya Seni dengan Pemandangan Alam di Ubud

Rumah Sandi Negara

Ada sebuah bangunan menarik di Desa Tinalah yaitu Rumah Sandi Negara. Sesuai namanya, bangunan tersebut digunakan sebagai rumah sandi pada masa agresi militer Belanda II di Yogyakarta pada tahun 1948-1949. Pada tahun 2014, situs Rumah Sandi diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Lembaga Persandian dengan tujuan meningkatkan sejarah persandian dan dibuka untuk seluruh kalangan masyarakat.

Rumah Sandi Negara ini menyimpan benda-benda yang menjadi saksi perjuangan kemerdekaan Indonesia, dan pastinya terdapat bukti-bukti persandian yang masih tersisa.

Melancong ke Desa Wisata Dieng Kulon, Pesona Negeri di Atas Awan

Puncak Kleco

Puncak Kleco merupakan salah satu spot favorit wisatawan di Desa Tinalah. Dari tempat ini, pengunjung bisa menikmati pemandangan Pegunungan Menoreh, Gunung Merapi dan Merbabu, aliran Sungai Tinalah, hingga hamparan sawah. Udara yang sejuk membuat siapa saja akan betah berlama-lama di tempat ini.

Dari Puncak Kleco juga biasanya wisatawan bisa menikmati matahari terbit dan terbenam. Selain bersantai menikmati pemandangan, Anda pun bisa berfoto-foto, menikmati kudapan di warung-warung kecil milik warga, bahkan bisa berkemah pula. Pada malam hari, pemandangannya pun lebih eksotis karena penuh dengan cahaya lampu kota.

Susur Goa Sriti

Kegiatan lain yang bisa dilakukan di Desa Tinalah adalah menyusuri Goa Sriti. Kawasan ini sering dikunjungi para pencinta sejarah Indonesia di masa penjajahan Belanda.

Pangeran Diponegoro menjadikan Goa Sriti sebagai lokasi persembunyian pada perang gerilya melawan Belanda, yang dikenal dengan peristiwa Perang Diponegoro.

Sebagai objek wisata, keindahan di gua ini berasal dari pemandangan stalaktit dan stalagmit yang penampilannya seperti tetesan-tetesan air dari dinding gua. Perlu diingat untuk masuk ke kawasan ini akan dibutuhkan pemandu untuk alasan keamanan dan kenyamanan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini