Desa Bejijong, Kampung Peninggalan Kerajaan Majapahit di Mojokerto

Desa Bejijong, Kampung Peninggalan Kerajaan Majapahit di Mojokerto
info gambar utama

Sebagai salah satu desa yang masuk ke peringkat 50 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021, Desa Bejijong bisa jadi alternatif liburan di Jawa Timur. Desa ini memiliki banyak situs sejarah Nusantara, khususnya pada era Kerajaan Majapahit.

Kerajaan Majapahit berdiri sekitar tahun 1293 hingga 1527 dan mencapai puncak kejayaannya yang menguasai Nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk pada tahun 1350-1389. Majapahit dianggap sebagai kerajaan terbesar dalam sejarah Indonesia dan merupakan kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara.

Untuk melihat peninggalan Kerajaan Majapahit, Anda bisa mengunjungi Desa Bejijong di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Berikut beberapa objek wisata dan kegiatan yang bisa dilakukan di Desa Bejijong:

Candi Brahu

Candi Brahu diperkirakan didirikan pada abad ke-15 dan dibangun dengan gaya serta kultur Buddha. Namanya diduga berasal dari kata wanaru atau warahu, sebutan untuk bangunan suci yang disebut dalam Prasasti Alasantan yang tak jauh dari candi.

Candi tersebut dibangun dengan batu bata merah dengan panjang sekitar 22,5 meter, dengan lebar 18 meter, dan ketinggian 20 meter. Situs bersejarah ini terletak di kawasan Trowulan yang merupakan bekas ibu kota Majapahit.

Pada saat pemugaran pada tahun 1990-1995, proses penggalian di sekitar candi ditemukan banyak benda kuno seperti perhiasan emas, arca, dan perlengkapan upacara keagamaan dari logam. Di sekitar Candi Brahu pun terdapat candi-candi kecil seperti Candi Muteran, Candi Tengah, dan Candi Gentong.

Di sebelah barat Candi Brahu terdapat sebuah prasasti tembaga Alasantan berangka tahun 861 Saka atau 9 September 939 Masehi. Dalam prasasti tersebut disebutkan abhwa pembuatan candi ini atas perintah Empu Sendok, raja dari Kerajaan Mataram Kuno.

Maha Vihara Mojopahit | @Daniel_Ferryanto Shutterstock
info gambar
Desa Tinalah Tawarkan Pesona Alam dan Budaya di Kabupaten Kulon Progo

Maha Vihara Mojopahit

Desa Bejijong memiliki objek wisata yang tersohor yaitu Maha Vihara Mojopahit. Pada bangunan utama tampak menggunakan arsitektur Jawa yang berbentuk Joglo, tetapi pada pintu masuknya menampilkan perpaduan budaya China, India, dan Jawa.

Di wihara ini terdapat empat soko guru yang menjadi simbol empat kesunyataan (kebenaran) mulia, delapan tiang melambangkan delapan jalan utama, tangga lima melambangkan pancasila Buddhis atau peraturan yang dilatih dan dilaksanakan oleh umat Buddha sesuai ajaran kitab Tripitaka, dan genteng tiga melambangkan Tiratana.

Maha Vihara Mojopahit dibangun tahun 1987 di atas lahan seluas 20.000 meter persegi dan diprakarsai oleh Bhante Viryanadi. Salah satu ikon dari wihara ini adalah Patung Buddha Tidur dengan panjang 22 meter, lebar 6 meter, serta tinggi 4,5 meter.

Patung tersebut menjadi patung Buddha terbesar di Indonesia dan terbesar ketiga di Asia Tenggara. Peletakkan patung Buddha tidur tersebut dibuat menghadap ke arah selatan yang menjadi kiblat bagi umat Buddha. Di sekitar patung terdapat pagar berwarna emas yang berfungsi sebagai pembatas.

Mengenal Objek Wisata Alam Berupa Batu Tunggal Terbesar di Kawasan Gunung Kelam

Situs Siti inggil

Setelah mengunjungi wihara dan melihat patung Buddha, pengunjung bisa beralih ke Situs Siti Inggil. Situs ini diketahui merupakan petilasan Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jawawardhana atau Brawijaya I yang menjadi tonggak awal lahirnya Majapahit di tahun 1293 M.

Petilasan tersebut berbentuk makam dengan panjang sekitar dua meter lebih. Namun, makam ini tidak berisikan jenazah sebab pada era Majapahit, sebagian umat Hindu tidak mengubur jenazah dan mengenal diperabukan. Abu biasanya disimpan di candi atau dihanyutkan ke laut.

Di kawasan Situs Siti Inggil terdapat lima nisan yaitu Raden Wijaya, Ghayatri yang merupakan permaisuri Raden Wijaya, dan dua selirnya Ndoro Pethak yang berasal dari China dan Ndoro Jinggo dari Kamboja, serta abdi kinasih atau abdi dalem dari Hayam Wuruk dan permaisuri.

Petilasan ini diyakini sebagai tempat pertama kali Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit sekaligus menjadi tempat peristirahatan terakhirnya. Nama Siti Inggil sendiri berarti tanah tinggi karena merupakan makam raja pertama Majapahit.

Museum Rudana, Tempat Menikmati Karya Seni dengan Pemandangan Alam di Ubud

Jelajah Desa Bejijong

Begitu banyak aktivitas yang bisa dilakukan selama berlibur ke Desa Bejijong. Selain mengunjungi situs bersejarah, pengunjung juga bisa menyaksikan hiburan berupa kesenian teatrikal Sumpah Palapa dan mencoba kuliner tradisional seperti telur asin asap, es ketan, ayam ungkep kemaron, getuk Majapahit, wedang secang, hingga manisan buah di Pasar Rakyat Kampung Majapahit.

Desa Wisata ini juga punya kerajinan batik khas yang dengan warna-warna alam seperti cokelat dan terakota. Jenisnya adalah batik cap dan motifnya tak jauh dari ciri khas desa ini seperti Surya Majapahit, buah maja, dan ragam hias sulur di relief candi. Desa ini juga dikenal sebagai perajin kuningan yang mahir. Mayarakat desa mampu membuat bahan kuningan menjadi patung-patung yang menakjubkan.

Pihak pengelola Desa Bejijong juga menawarkan beberapa paket wisata yang bisa dipilih pengunjung. Salah satunya adalah paket berisi pengalaman menginap di rumah adat Majapahit yang sederhana beralaskan tikar pandan. Selama menginap, pengunjung pun akan diberikan makanan seperti nasi jagung dan umbi-umbian, kudapan, dan ditemani pemandu untuk mengunjungi bekas Istana kerajaan ibukota Majapahit.

Selain itu, ada pula pertunjukkan sanggar seni budaya Buddhis Majapahit yang menampilkan kesenian seperti gamelan, keroncong, dan wayang kulit.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini