Kinerja Produk Keramik dalam Mendukung Ekonomi Kreatif Indonesia

Kinerja Produk Keramik dalam Mendukung Ekonomi Kreatif Indonesia
info gambar utama

Ekonomi kreatif di Indonesia saat ini tengah dipimpin oleh 3 subsektor utama yakni fesyen, kriya, dan kuliner. Dari 17 subsektor ekonomi kreatif yang diusung Indonesia, 3 sektor tersebutlah yang memiliki nilai kontribusi terbesar untuk Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

Kontribusi masing-masing subsektor adalah 41 persen untuk kuliner, fesyen berkontribusi sebesar 17 persen, dan kriya sebesar 14,9 persen. Data tersebut dirangkum dari laporan yang dipaparkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia.

“Tiga subsektor ini juga memiliki nilai ekspor terbesar yakni fesyen 11,9 miliar dolar AS, kriya 6,4 miliar dolar AS, dan kuliner 1,3 miliar dolar AS,” kata Wishnutama, Menteri Pariwisata Ekonomi Kreatif saat itu (30/8/2020).

ASAKI dan kinerja keramik Indonesia

Salah satu produk yang berada di bawah naungan subsektor kriya adalah produk keramik. Para perajin keramik di Indonesia banyak yang menjadi anggota ASAKI (Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia).

ASAKI pertama kali didirikan pada 17 November 1972, yang kemudian berbadan hukum pada 30 April 1993. ASAKI Meliputi empat bidang industri keramik yaitu: tile, tableware, sanitary, roof tile, dan pemasok bahan baku dan mesin.

ASAKI memaparkan bahwa dari 4 bidang industri keramik tersebut, bidang saniter dan tableware merupakan bidang yang memiliki potensi tinggi sebagai produk ekspor. Untuk produk bidang saniter misalnya, ASAKI menyebutkan bahwa 25 persen dari produksi keramik saniter diekspor ke negara-negara di ASEAN, Jepang, Australia, dan Amerika.

“Sebagian besar merek produk ini sudah dikenal masyarakat seperti merek TOTO dan American Standard yang memproduksi kloset, wastafel, urinal dll. Kapasitas produksi sekitar 5.6 juta pcs/tahun.

Sebagian besar kebutuhan dalam negeri sudah dapat dipenuhi produsen kita. Keramik saniter, 75 persen dipergunakan pasar lokal, sedangkan ekspor kira-kira 25 persen dengan tujuan negara ekspor terbesar Amerika, Jepang, Australia, dan ASEAN”, dikutip dari laman resmi ASAKI.

Sementara itu, produk bidang tableware adalah bagian kebutuhan peralatan rumah tangga berupa cangkir, mangkok, piring terbuat dari keramik. Kapasitas produksi kisaran 6,2 juta pcs/tahun. Beberapa industri dalam produksi ini fokus untuk di ekspor.

Museum Seni Rupa dan Keramik dengan Wajah Barunya

Ekspor keramik Indonesia masih fluktuatif

BPS menampilkan data mengenai neraca perdagangan ekspor berbagai produk dan komoditas di Indonesia. Produk keramik menjadi salah satu produk yang masuk dalam data tersebut.

Ekspor keramik Indonesia 2016-2020 | GoodStats
info gambar

Per Desember 2020, nilai ekspor keramik Indonesia sebesar 30.386.713,06 dolar AS dengan total berat keramik yang diekspor sebesar 25.121.744,04 kilogram (kg).

Berdasarkan data tersebut, ekspor keramik Indonesia masih belum mengalami kenaikan yang signifikan dan masih memiliki kendala dengan jumlah impor keramik yang lebih banyak ketimbang jumlah ekspor.

Pada tahun 2020 misalnya, di saat nilai ekspor keramik Indonesia berada di atas angka 30 juta dolar AS, nilai impor keramik di periode yang sama mencapai 56 juta dolar AS, atau hampir dua kali lipat dari nilai ekspor.

Dikutip dari bisnis.com, Ketua Umum ASAKI, Edy Suyanto, mengatakan 5 negara tujuan ekspor utama yakni Filipina, Malaysia, Taiwan, Thailand, dan Amerika Serikat.

Adapun lonjakan ekspor terjadi di Amerika Serikat yang mencapai 130 persen, disusul Filipina 60 persen, dan Taiwan 40 persen. Edy menyebut peningkatan ekspor di luar lima tujuan utama juga terjadi di Australia di mana untuk pertama kalinya ekspor meningkat mendekati 50 persen.

"Permintaan ekspor ke AS meningkat tajam untuk produk keramik segmen premium karena beberapa anggota ASAKI telah mengadopsi teknologi terkini dan tercanggih untuk memproduksi keramik big slab atau ukuran jumbo beserta produk olahannya yang memberikan nilai tambah," katanya kepada bisnis.com (10/11/2020).

Inovasi Keramik dan Limbah Kerang Buatan Mahasiswa ITS Raih International Gold Award 

Banjir keramik impor dan upaya penangannya

Meski mengalami puncak ekspor keramik di tahun 2020 (dalam rentang waktu 5 tahun terakhir), namun angka ekspor keramik masih jauh di bawah angka impor keramik yang dilakukan Indonesia.

Setiap tahunnya, nilai impor keramik yang dilakukan Indonesia selalu lebih banyak ketimbang nilai ekspor keramik, hal tersebut juga terjadi di masa pandemi di saat berbagai wilayah membatasi akses mobilitas.

Edy Suyanto melalui CNBC News memaparkan tantangan-tantangan yang menyebabkan impor keramik masih jauh lebih banyak dilakukan. Menurut Edy, importir China, India, hingga Vietnam dinilai memanfaatkan momentum turunnya Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) dari 23 persen menjadi 19 persen.

Selain itu, adanya penerapan anti-dumping Eropa terhadap keramik China dan India membuat pasar keramik dialihkan ke Indonesia. Tantangan lain adalah adanya disparitas harga produk lokal dan impor semakin menekan daya saing keramik domestik.

Kementerian Perindustrian pun berupaya untuk membangkitkan kembali kejayaan industri keramik nasional, di antaranya melalui program substitusi impor 35 persen pada tahun 2022.

“Implementasinya didukung dengan kebijakan pengendalian tata niaga impor keramik dan pembatasan pelabuhan masuk (bongkar) di wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Selain itu, kebijakan minimum import price (MIP) untuk ubin keramik serta pemberlakuan SNI wajib yang diperketat,” kata Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita (25/01/21).

Produsen keramik yang tergabung di bawang naungan ASAKI tersebar di beberapa daerah di Indonesia yaitu Tangerang (Banten), Jawa Barat (Bekasi, Karawang, Cikarang, Cibitung), Jawa Timur, Sumatra Selatan, Sumatra Utara.

Bidang industri keramik ini merupakan industri padat karya yang dapat menyerap tenaga kerja termasuk mitra kerja mencapai 150.000 orang.

Menjadi bagian dari subsektor kriya, industri keramik diharapkan dapat kembali bangkit dan tidak kalah di pasar global mengingat Secara kapasitas dan kemampuan, industri keramik Indonesia telah mampu memenuhi kebutuhan nasional. Namun, juga terus mendorong pemanfaatan teknologi modern guna menciptakan produk yang inovatif dan kompetitif.

Ekonomi Kreatif dan Kontribusinya Terhadap Perekonomian Indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Widhi Luthfi lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Widhi Luthfi.

WL
IA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini