Kudapan Puthu Lanang Khas Malang Melegenda Sejak 1935

Kudapan Puthu Lanang Khas Malang Melegenda Sejak 1935
info gambar utama

Penulis: Brigitta Raras

Gabung ke Telegram Kawan GNFI, follow Instagram @kawangnfi dan Twitter @kawangnfi untuk dapat update terbaru seputar Kawan GNFI.

Malang terkenal dengan beragam kulinernya yang nikmat dan menarik perhatian wisatawan. Kawan pasti sudah tak asing dengan kuliner bakso Malang, keripik tempe, mendol, cwie mie. Itu semua merupakan sajian khas Malang yang sering dicicipi dikala wisatawan berkunjung ke kota Malang.

Namun, tahukah Kawan bahwa di Malang juga terdapat sajian yang tak kalah menarik dan nikmat. Bahkan, sajian ini menjadi salah satu kudapan melegendaris di kota Malang. Sajian tersebut adalah kue putu.

Lebih dekat dengan Puthu Lanang

Kue Puthu Lanang | Foto: Traveloka
info gambar

Berbeda dengan kue putu atau puthu pada umumnya, kedai Puthu Lanang ini selalu ramai pengunjung sejak didirikannya pada tahun 1935 oleh Soepijah. Sesuai dengan namanya, puthu, kue ini merupakan adonan tepung beras, kelapa, dan gula merah yang dicetak dalam bumbung atau potongan bambu mungil. Kemudian, dikukus dalam kukusan panas kurang lebih 3 hingga 5 menit hingga matang.

Setelah itu, barulah ditaburi dengan taburan kelapa parut. Jika pada umumnya, kue putu tidak berwarna atau hanya putih saja. Puthu Lanang ini berwarna hijau, warna tersebut berasal dari daun pandan sebagai pewarna alami.

Hal ini membuat kue puthu terasa lebih nikmat dan harum yang khas. Kedai yang telah berusia 86 tahun ini selalu ramai pengunjung, baik penduduk asli Malang maupun para wisatawan domestik. Bahkan, dalam sehari kue puthu lanang ini terjual 700 hingga 800 porsi.

Mirip Roti Jala India, Ragit Kudapan Khas Palembang yang Legit

Kue putu yang disajikan di kedai ini, jika dikunyah akan terasa pulen dan tidak buyar layaknya kue putu yang di jual di tempat lain. Parutan kelapa yang digunakan segar dan bersih.

Puthu Lanang juga menggunakan gula merah asli tanpa dicampur apapun serta memiliki tekstur yang kental dan legit. Biasanya putu di berbagai tempat cenderung menyajikan gula merah yang encer.

Penerus Puthu Lanang

Puthu Lanang | Foto: Kompas
info gambar

Malam hari di Jalan Agung Suprapto, Malang tepat kedai Puthu Lanang ini berada, terdapat puluhan orang yang mengantre untuk membeli kudapan tersebut. Di belakang meja, Siswoyo, generasi ke dua usaha Puthu Lanang bersama tiga karyawannya, sedang melayani para pengunjung.

Dilansir dari laman Kompas, Siswoyo bercerita bahwa ia kerap membantu sang ibu berjualan dulu kala. Siswoyo sangat gesit dalam menerima dan membungkus pesanan.

Siswoyo sempat galau ketika ingin meneruskan usaha ibunya ini, lantaran saat itu masih muda dan telah mengenyam pendidikan tinggi. Namun, akhirnya Siswoyo tetap melanjutkan meneruskan usaha kue sang ibu.

Tahu Bungkeng Kudapan Nikmat yang Melegenda dari Sumedang Sejak 1917

Siswoyo tak hanya meneruskan usaha ibunya, namun juga mengembangkannya. Siswoyo kalau pagi menyiapkan pesanan kue untuk katering, restoran, dan hotel. Pada saat malam hari, barulah ia berjualan untuk umum. Siswoyo mengakui bahwa ia kerap kewalahan dan tidak sanggup untuk menerima pesanan lagi.

Kudapan manis

Puthu Lanang | Foto: Terakota.id
info gambar

Selain kue puthu, kedai ini juga menjual kudapan manis tradisonal lainnya yang tak kalah nikmat. Di sini, Kawan juga dapat mencicipi lupis, cenil, dan klepon. Lupis terbuat dari beras ketan yang dibungkus dalam daun pisang, layaknya lontong.

Lupis ini direbus selama 10 jam, sehingga mampu bertahan 4-5 hari. Dalam sehari, kedai ini mampu menghabiskan hingga 25 kg beras ketan. Lain halnya dengan cenil, olahan dari tepung tapioka yang diberi pewarna merah berbentuk uliran yang kenyal ketika digigit. Dalam sehari, kedai ini menghabiskan 15 kg tepung tapioka untuk membuat cenil.

Terakhir, terdapat jajanan pasar klepon. Jajanan ini terbuat dari tepung beras ketan, berbentuk bulat dengan isian parut gula merah yang ditaburi parutan kelapa. Rasanya yang manis legit khas gula merah ini sangat nikmat ketika digigit dalam mulut.

Menikmati Kudapan Jadul di Situs Ngawonggo, Nuansa Budaya di Zaman Kerajaan

Kedai ini menjual campuran jajanan pasar, puthu, klepon, cenil, dan lupis dalam ukuran tampah. Pesanan dibanderol dari harga Rp150.000-Rp500.000 per tampah. Untuk harga seporsi kue campur dengan isi sembilan, hanya dibanderol sebesar Rp10.000 saja.

Kedai Puthu Lanang ini buka mulai pukul 17.30 hingga 21.30 WIB. Terkadang, mereka tutup lebih awal, pada pukul 20.30 WIB atau ketika sudah habis.

Bahkan, pada pukul 16.00 WIB saja, antrean sudah mengular untuk memburu kudapan ini. Jadi, pastikan Kawan berkunjung tidak terlalu larut, ya.*

Referensi:Kompas | detikfood

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Kawan GNFI Official lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Kawan GNFI Official.

Terima kasih telah membaca sampai di sini