"Pandemi ini saatnya bangkit, bergerak, berkolabroasi dengan siapapun. Ayo kita mulai dan tidak usah menunggu pandemi selesai. Karena memulai lebih baik daripada sekadar merencanakan."
---
Pada masa pandemi ini, ekonomi kreatif diketahui sebagai salah satu bidang perekonomian yang bertahan dan menyumbang sekitar Rp1.100 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sepanjang tahun 2020.
Dari 17 subsektor ekonomi kreatif, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan kriya termasuk salah satu dari tiga subsektor penyumbang PDB terbesar selain fesyen dan kuliner.
Kriya merupakan produk kerajinan tangan atau kegiatan seni yang mengandalkan keterampilan tangan dalam mengolah bahan baku yang ditemukan di lingkungan sekitar agar menjadi benda-benda yang tak hanya bernilai pakai, tetapi juga memiliki nilai estetika.
Seni kriya memiliki tiga fungsi utama yaitu sebagai hiasan atau dekorasi yang mengutamakan nilai estetika, benda siap pakai, dan benda mainan. Jika dirunut berdasarkan material yang digunakan, kriya terbagi ke dalam lima jenis, seperti berikut:
- Seni kriya kayu: patung, furnitur, ukiran, topeng, wayang.
- Seni kriya tekstil: kain tenun, rajut, ikat, batik.
- Seni kriya keramik: guci, piring, gelas, vas bunga.
- Seni kriya logam: perhiasan, patung, miniatur kendaraan tradisional, uang keping.
- Seni kriya kulit: jaket, tas, dompet, wayang kulit.
Untuk mengetahui perkembangan ekonomi kreatif dari subsektor kriya, Good News From Indonesia (GNFI) berkesempatan berbincang dengan Thomas Balducci dari Kakak Adik Konsep tentang bagaimana industri kreatif di Indonesia saat ini dan apa saja tantangan yang dihadapi para pelaku usaha di masa pandemi.
Berikut rangkuman dari perbincangan GNFI dengan Thomas Balducci mengenai industri kreatif tanah air:

Kupas Tuntas Perkembangan Ekonomi Kreatif Indonesia dari Sisi Pemerintah dan Pelaku Usaha
Apa itu Kakak-Adik Konsep?
Kakak Adik Konsep merupakan suatu bidang usaha yang bergerak di bidang recycle interior dari barang bekas lalu diolah kembali jadi barang berguna.
Apa saja produk Kakak-Adik Konsep?
Produknya adalah interior dari barang bekas yang memang unik sekali. Keunikan dari produk Kakak Adik Konsep adalah terbuat dari barang bekas yang sudah tidak dipakai kemudian diolah menjadi barang layak pakai, misalnya lampu tidur, pajangan dinding, wallpaper, dan lain-lain.
Dari mana inspirasi Anda dalam mengembangkan produk?
Inspirasinya dari keinginan di masa lampau, khayalan di masa lampau. Saat itu pengen bikin sesuatu yang beda dari orang, sekarang ini bisa terwujud. Ditambah lagi sekarang kan dunia digital sangat berkembang jadi kita bisa mencari informasi lebih dalam, terkait dengan bahan baku produk tersebut, terkait dengan cara mengolah yang baik, bagaimana kita bisa memadukan beberapa produk menjadi satu karya seni.
Berapa range harga jual produk Kakak-Adik Konsep, dan selama ini dijual di mana?
Untuk harganya mulai dari puluhan ribu sampai puluhan miliar. Ada beberapa produk yang sangat besar dan langka, mengandung unsur permata di dalamnya. Misalnya, kita punya kursi dari batu giok, hal-hal seperti itu mahal karena bahan bakunya mahal. Barangnya juga tidak banyak.
Soal jual di mana, misalnya hari ini kita ada galeri di Gandaria City. Kita juga beberapa kali ikut partisipasi dalam pameran-pameran seniman dan kita juga bikin pameran sendiri untuk display dan mempromosikan produk di tempat publik.
Sejauh ini media sosial hanyalah wadah untuk dokumentasi. Kita belum aktif jualan di marketplace dan media sosial. Karena pada umumnya barang yang kita jual harus dinikmati dulu, bukan hanya dilihat. Jadi orang datang, duduk, kalau mau beli kursi harus dicobain.
Kalau mau beli lampu bisa dilihat langsung, dipegang, skalanya jelas, cahayanya jelas, dan orang bisa mengukur langsung kira-kira akan cocok dengan ruangan apa di rumahnya.

Ekonomi Kreatif dan Kontribusinya Terhadap Perekonomian Indonesia
Bagaimana respons market Indonesia terhadap produk Kakak-Adik Konsep?
Pasar Indonesia saat ini cukup bagus dalam hal menikmati hasil karya. Akan tetapi, memang masih kurang mendapatkan apresiasi dari masyarakat. Kita juga belum ketemu satu pola yang efektif untuk memproduksi dan menjual. Kadang harga jualnya dianggap mahal karena memang biaya produksi tinggi.
Kita juga masih menganalisa kembali bagaimana memproduksi satu produksi kreatif dengan cost rendah dan bisa dijual tidak mahal.
Banyak yang menyebut harga produk kriya mahal, bagaimana Anda menanggapinya?
Untuk harga kan relatif. Mahal dan murah itu tergantung kesepakatan dan persepsi. Kita harus menjual produk itu pada tempat yang tepat. Jadi karena tidak semua orang bisa melihat dari sudut pandang seni, makanya kita juga juga selalu berupaya setiap karya seni yang kita buat itu ada mengandung unsur fungsionalnya.
Misalnya, lampu nggak hanya sekadar bagus tapi juga berfungsi sehingga orang yang beli pun mikirnya masih bisa digunakan dan dimanfaatkan. Itu yang harus diperhatikan.
Untuk menghindari persepsi harga yang mahal, kita harus memiliki alasan, kenapa harganya mahal, misalnya karena bahan, handmade, edisi terbatas, dibuat oleh seniman tertentu. Jadi harga itu relatif itu untuk menyiasati komplain atau pertanyaan dari pembeli, kita harus menyiapkan landasan dari produk tersebut.
Apa saja tantangan yang dihadapi untuk mengembangkan usaha kriya?
Tantangan paling besar itu inovasi. Inovasi ini memang dituntut oleh pelanggan dan masayarakat. Bagaimana kita bisa menampilan karya baru dan karya yang menarik dengan mengikuti perkembangan zaman.
Upaya yang dilakukan untuk menyiasati tantangan tersebut?
Cara bertahan agar usaha tetap eksis, salah satunya adalah koneksi. Kami sangat menjaga hubungan dengan calon pelanggan. Kami juga menjaga hubungan dengan pelanggan lama. Kemudian kami pun menjalin komunikasi baik, lalu dari relasi-relasi itu bisa mendatangkan pembeli lain.
Koneksi dan relasi harus dijaga. Kita harus menjalin hubungan yang baik, ketika dia datang kita service dalam artian disambut, diajak ngobrol, diskusi, disajikan makanan minuman. Meski tidak seberapa tapi akan memberi kesan dan nilai bagi mereka.
Kinerja Produk Keramik dalam Mendukung Ekonomi Kreatif Indonesia
Bagaimana cara Kakak-Adik Konsep bertahan di tengah pandemi?
Modal pertamanya adalah keyakinan. Saya pribadi yakin bahwasanya kita punya market sendiri. Ini masuk dalam market hobi. Jadi mereka yang awalnya punya bujet untuk liburan, masa pandemi ini tidak bisa liburan, maka anggarannya bisa dialihkan untuk memenuhi hobinya dengan membeli barang-barang koleksi.
Cara menyiasati masa pandemi ini tentunya dengan tetap berusaha dan tidak menyerah.
Mengapa Anda berminat menjalankan usaha ekonomi kreatif, apakah melihat potensi tertentu?
Jadi ini usaha kedua setelah awalnya main di produk-produk import. Awalnya kita menjual barang-barang unik dari China, India, Jepang, dan Amerika. Tapi sekarang kita tidak mampu bersaing dengan marketplace.
Kenapa memilih produk kreatif, karena memang produk kreatif ini tidak ada matinya. Saya menganggap ini sebagai karya. Meski satu dan lain bisa sama, tetapi tetap memiliki nilai yang berbeda.
Produk kreatif ini jangkauannya bisa luas. Ini bisa ditiru atau jadi contoh untuk teman-teman generasi muda, bahwasanya bisnis atau usaha yang bergerak di bidang kreatif itu menjanjikan.
Menurut Anda, apa keunggulan para pelaku industri kreatif di Indonesia?
Para pelaku kreatif di indonesia ini tidak ada matinya. Mereka sangat kreatif dan inovatif. Kalau kita ngomongin karya seni misalnya lukisan, di Pasar Seni Ancol banyak sekali seniman hebat yang bisa melukis detail.
Kalau kita lihat pameran di mall buat patung, tas, dan lain-lain sudah bagus-bagus dan layak diekspor juga menembus pasar luar negeri.
Apa ada bantuan dari pemerintah selama menjalankan Kakak-Adik Konsep?
Bantuan dari pemerintah untuk saya pribadi sih belum ada. Tapi saya tidak tahu kalau pelaku bisnis kreatif atau kriya yang lain di luar sana. Kami sejauh ini tidak dapat bantuan langsung dari pemerintah.
Apa harapan Anda mengenai industri ekonomi kreatif di Indonesia?
Harapan saya untuk pelaku ekonomi kreatif di Indonesia adalah banyak yang tumbuh di masa pandemi ini untuk memulai melakukan suatu pergerakan bisnis di ekonomi kreatif. Pandemi ini saatnya bangkit, bergerak, berkolabroasi dengan siapapun.
Ayo kita mulai dan tidak usah menunggu pandemi selesai. Karena memulai lebih baik daripada sekadar merencanakan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News