Kisah Buah Rukam, Tanaman Berduri yang Digunakan Melawan Tentara Belanda

Kisah Buah Rukam, Tanaman Berduri yang Digunakan Melawan Tentara Belanda
info gambar utama

Buah rukam atau memiliki nama latin flacourtia rukam merupakan tanaman yang menjadi primadona masyarakat pada era 90 an. Buah legendaris ini konon merupakan tanaman asli dari Indonesia.

Buah rukam tersebar di beberapa daerah di Indonesia, seperti Pulau Sumatra, Bangka, dan Belitung. Namun pada masa kini buah ini tidaklah populer bahkan sudah sulit ditemukan karena jarang yang menanam.

Selain populer, pada masa lalu ternyata buah ini memiliki bagian dari perjuangan bangsa. Konon buah ini menjadi salah satu alat para pejuang untuk melawan penjajah.

Daun Dolar, Tanaman Obat Khas Kalimantan yang Kontroversial

“Menurut cerita orang tua kami dahulu, saat era kolonial (Belanda), pohon rukam yang berduri, digunakan masyarakat Pulau Bangka untuk melawan penjajah,” kata Zulpan, warga Desa Labuh Air Pandan, Kabupaten Bangka, yang dilansir dari Mongabay Indonesia, Rabu (3/11/2021).

Memang pohon rukam memiliki duri yang tajam dan tersusun acak, panjangnya pun berbeda. Tentunya akan terasa sakit bila mengenai bagian tubuh.

"Belum lagi, dulunya duri rukam dioleskan racun mematikan, yang kemudian digunakan untuk melumpuhkan pasukan Belanda,” lanjut Zulpan.

Buah rukam dengan beragam sebutan

Tanaman Rukam (Shutterstock)

Menukil Sariagri, buah rukam memiliki banyak nama sebutan berbeda di berbagai daerah. Misalnya di Jawa, buah rukam sering disebut oleh masyarakat setempat dengan nama gandarukem atau gerendang.

Sedangkan kalau kita pergi ke Kalimantan, masyarakat setempat menyebutnya dengan nama klangtatahkutang. Berpindah ke daerah timur, seperti di Nusa Tenggara Barat (NTB) buah ini lebih dikenal dengan nama lobe-lobe.

Saat tumbuh, pohon rukam terbilang tanaman yang besar. Tingginya saja bisa mencapai sekitar 10-20 meter. Pohon ini dapat berkembang di hutan primer atau sekunder lembap.

Salah satu ciri khas dari pohon ini ada pada batangnya yang terdapat duri-duri mengelilingi. Walau dalam perkembangan zaman, kini mulai banyak tanaman rukam yang tidak memiliki duri.

Asal Tahu Saja, Pohon Pelangi Terindah di Dunia Ada di Indonesia

Daun dari tanaman ini memiliki warna merah kecokelatan. Sedangkan daun dewasanya bisa berbentuk oval persegi. Panjangnya bisa mencapai 16 cm dan lebarnya sekitar 7 cm.

Sementara itu warna kuning-hijau jantan dan betinanya muncul dari aksila daunnya. Buahnya memiliki bentuk bulat dengan panjang sekitar 2 cm, memiliki warna hijau, merah, atau merah gelap.

Bila ingin mengonsumsi buah rukam, bisa secara langsung dimakan atau dijadikan sebagai selai. Hal yang menarik adalah saat ingin memakan buah ini, kalian perlu memijat-mijat terlebih dahulu bagian luarnya supaya lunak sehingga rasa sepatnya hilang menjadi manis.

Banyak yang menyebut rasa buah rukam seperti perpaduan antara jeruk dan apel. Ada juga yang menggambarkan rasanya asam bercampur sepat

Beragam manfaat dan khasiat

Ternyata buah rukam tidak hanya enak untuk dikonsumsi, tetapi juga memiliki khasiat yang beragam. Seperti untuk melindungi tubuh dari serangan infeksi serta meningkatkan kemampuan tubuh secara cepat sehingga menyembuhkan luka bahkan kebal terhadap virus.

Memiliki kandungan vitamin C, buah rukam pun cocok untuk mengontrol alegri tubuh terhadap demam dan dapat menurunkan demam tubuh secara cepat. Selain itu bermamfaat juga untuk menangkal beberapa penyakit, seperti penyempitan pembuluh darah hingga kanker.

Bedasarkan penelitian yang diterbitkan Indonesian Journal of Chemistry, disebutkan pohon rukam bisa digunakan sebagai obat diare dan disentri untuk anak-anak hingga remaja. Bagian daunya pun bisa dimamfaatkan untuk mengobati radang pada kelopak mata.

"Kadar antioksidannya lebih tinggi dibandingkan jambu batu (Psidium guajava). Berbagai kandungan senyawa, non-fosfor lipid dan ester asam lemak, menunjukkan sifat biologi seperti anti-tumor dan anti-virus, juga sifat sitotoksisitas terhadap sel kanker payudara,” tulis Inas Fadiyah dkk dalam artikel Kapasitas Antioksidan Ekstrak Buah Rukam (Flacourtia rukam) Menggunakan Metode Microwave Assited Extraction (MAE).

Widuri, Diabaikan tapi Punya Banyak Khasiat

Penggunaan buah ini sebagai obat juga dilakukan oleh Suku Lom, di Pulau Bangka. Pada bagian akar dan daun dimamfaatkan sebagai rumuan obat untuk menyembuhkan penyakit mag dan luka baru.

“Dahulu, saat terkena luka di tengah hutan, kami langsung meremas daun atau akarnya, langsung ditempelkan di bagian tubuh yang terluka. Untuk mengobati mag, akarnya direbus lalu diminum airnya,” kata Sukardi, tokoh adat Dusun Tuing, Desa Mapur, Kabupaten Bangka.

“Bila ada pohon rukam saat membuka kebun, pasti tidak ditebang, karena banyak manfaatnya." tambahnya.

Etnik Lom beranggapan bahwa semua tumbuhan mempunyai khasiat sebagai obat, terutama tumbuhan yang mengandung rasa pahit. Tercatat 39 jenis penyakit dan 90 tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat.

Mengutip dari buku Tumbuhan Obat Suku Lom karya Budi Afriyansyah dkk, menyebut sakit kepala menjadi penyakit yang paling sering disembuhkan dengan tumbuhan obat (9,77 persen) dan tumbuhan obat yang paling digunakan adalah kayu puleh (pasak bumi: Eurycoma longifolia Jack) dari famili Simaroubaceae (5,26 persen).

"Hanya bagian tumbuhan saja yang dimanfaatkan dalam pengobatan, dan ini diduga salah satu wujud pelestarian tumbuhan," paparnya.

Beberapa tumbuhan obat yang digunakan oleh Suku Lom terdiri dari rukam, kelingkak, kayu pulih, kebentak, kekupak, pedu sabak, pedu pelanduk dan sebagainya, untuk mengobati penyakit, seperti patah tulang, sakit tulang leher, ngilu sendi, sakit kulit, luka, demam, malaria, dan jerawat.

Mulai hilang dan terlupakan

Buah Rukam (Shuterstock)

Menurut Sukardi, berjalannya zaman membuat pohon rukam mulai kehilangan tempatnya. Apalagi seiring dengan penebangan hutan, membuat jejak pohon rukam di Pulau Bangka sulit ditemukan.

"Generasi sekarang, tidak banyak tahu manfaatnya. Bahkan, pohon rukam dianggap sebagai penganggu dalam perkebunan, karena berduri,” tegasnya.

Bedasarkan buku 100 Spesies Pohon Nusantara Target Konservasi Ex Situ Taman Keanekaragaman Hayati menyatakan pohon rukam bersama spesies tumbuhan lain menuju ambang kepunahan. Beriringan dengan begitu derasnya laju penggundulan hutan (deforestasi).

“Aktivitas manusia pada tiga dekade penghujung abad ke-20 telah menghilangkan keanekaragaman hayati dalam jumlah yang sulit diukur. Sementara, dengan keterbatasan pengetahuan, kita tidak mungkin dapat mengukur nilai kerugian sosial, ekonomi, dan ekologis yang ditimbulkannya,” tulis buku karangan Hendra Gunawan dkk ini.

Mengenal Nothofagus, Pohon Asal Papua yang Disorot dalam Rapat UNESCO

Mengutip dari situs Menlhk, sejak tahun 2018 pengembangan pohon rukam dan sembilan jenis pohon buah hutan khas Batak lainnya telah dilakukan di Taman Etnobotani oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli.

Peneliti BP2LHK Aek Nauli, Dr. Aswandi menyebut di kawasan Danau Toba, Sumatra Utara (Sumut) tanaman rukam sudah mulai langka. Pasalnya sudah sedikit masyarakat yang melakukan pembudidayaan.

Apalagi kata Aswandi, Terus datang buah-buahan impor dari luar negeri yang banyak beredar bebas di pasaran. Sehingga mengancam keberadaan serta kelestarian jenis-jenis buah lokal.

Karena itu, konservasi dan pengembangan buah lokal bisa dilakukan untuk menghindari hal tersebut. Pada tahap awal dalam proses konservasi adalah eksplorasi, karakterisasi, dan seleksi.

“Tidak adanya upaya penanaman kembali makin memperburuk kelestarian tanaman rukam. Karena itu sejak tahun 2018 BP2LHK Aek Nauli telah mengembangkan rukam beserta sembilan jenis pohon buah hutan khas Batak lainnya pada Taman Etnobotani yang dibangun di Arboretum Aek Nauli,” tutur Aswandi.

“Saat ini, jenis-jenis pohon buah tersebut telah diperbanyak secara generatif dan vegetatif. Jenis pohon buah ini telah ditanam untuk memperkaya koleksi arboretum Aek Nauli yang telah ditanami jenis-jenis endemik dataran tinggi Danau Toba, seperti Kayu Kapur dan Kemenyan.”

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini