Memahami dan Mendukung Lebih Jauh Istilah Neurodiversity

Memahami dan Mendukung Lebih Jauh Istilah Neurodiversity
info gambar utama

Penulis: Habibah Auni

Istilah neurodiversity telah disuarakan banyak orang dari berbagai belahan dunia. Sayangnya, di Indonesia sendiri istilah ini masih sangat asing di telinga masyarakat.

Dari sini, mungkin Kawan bertanya-tanya, apa itu neurodiversity? Mengutip Beritagar.id, neurodiversity adalah istilah yang merujuk pada penerimaan terhadap orang-orang dengan saraf yang berbeda, seperti individu autistik, ADHD (attention deficit hyperactivity disorder), tourette syndrome, disleksia, dyspraxia, dan berbagai individu dengan tipe saraf lainnya.

Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang sosiolog bernama Judy Singer pada tarikh 1990-an. Singer sendiri adalah seorang individu autistik dewasa. Melalui penyuaraan istilah neurodiversity, ia berharap dapat mengajak lingkungan sosial pada suatu konstruksi sosial baru, ketika orang-orang dengan saraf berbeda tidak dianggap sebagai orang cacat atau serba memiliki kelemahan.

Tidak hanya Singer, Jim Sinclair yang merupakan seorang individu autistik dewasa pun turut memopulerkan gerakan neurodiversity melalui pidatonya di konferensi autisme internasional di Toronto pada 1993 silam.

Berkenalan dengan 11 Sosok Anak Muda Perkasa Indonesia yang Menginspirasi

Di pidato tersebut, Sinclair meminta para orang tua dengan anak autistik untuk mengubah pola berpikir mereka. Anak autistik bukanlah aib ataupun beban, melainkan individu unik dengan cara hidup yang berbeda dengan anak-anak lainnya.

Dengan demikian, lanjut Sinclair, seharusnya orang tua dengan anak autistik menerima anaknya sesuai dengan keadaannya. Lantas, mengukir hubungan dan pengalaman dengan anak autistik mereka secara harmonis.

Seiring berjalannya waktu, gagasan neurodiversity tidak hanya populer melalui dialog bibir antar bibir, bahkan sudah menembus dunia cetak. Tepatnya, istilah ini “secara resmi” muncul di media cetak pada 1998 silam, dimuat dalam artikel The Atlantic yang ditulis oleh seorang jurnalis bernama Harvey Blume.

Letak neurodiversity di titik ini

Ilustrasi | Foto: The Conversation
info gambar

Tidak hanya sampai di sejarah lama saja, kebanyakan individu yang berada di saraf berbeda pun turut membumikan istilah neurodiversity. Jika dahulu model medis dari autisme masih berfokus pada kekurangan dan tantangan dari individu-individunya.

Sekarang, sains atau ilmu saraf menyatakan bahwa perbedaan neurologis adalah normal, tidak bisa disamakan dengan kekurangan. Sehingga, individu-individunya pun melalui proses pengalaman hidup yang berbeda, sebagaimana orang-orang pada umumnya.

Pernyataan ini turut diperkuat oleh seorang ahli saraf bernama Dr. Antonio Damasio. Melalui artikelnya yang bertajuk Neurodiversity Forever: The Disability Movement Turns to Brains di The New York Times, ilmu saraf menunjukkan kalau terdapat banyak sekali cara kerja otak manusia.

Ini menunjukkan kalau ada kelompok manusia lain yang memiliki daya kreativitas dan kritis tinggi. Sehingga, ini membuktikan kalau orang-orang yang disebut disabilitas memiliki cara pandang lain.

Benarkah Sistem Mnemonik Bisa Tingkatkan Daya Ingat?

Cara mendukung gerakan neurodiversity

Ilustrasi Neurodiversity | Foto: Resolution Resources
info gambar

Sebagaimana kebanyakan orang, individu yang berada di spektrum otak berbeda pun lebih suka dihargai dengan mengenal mereka lebih jauh dan mendalam. Tidak langsung menghakimi, lantaran hanya melihat sisi negatifnya saja.

Misal, mengutip Alpas.id, sebagian besar orang mengasumsikan individu autistik sebagai individu yang tidak memiliki perasaan tertarik bahkan berempati kepada orang lain. Padahal, individu autistik bisa berempati, malah lebih intens daripada individu-individu lainnya. Hanya saja, cara mengungkapkannya berbeda betul dengan konstruksi sosial.

Kawan bisa ikut serta mendukung gerakan neurodiversity dengan berbagai cara. Di ruang lingkup perkantoran, Kawan bisa menanyakan kesulitan dan kemudahan yang dialami oleh individu yang berada di spektrum otak yang berbeda. Tanyakan dan pahami, kontribusi lebih apa yang bisa mereka diberikan dengan kondisi yang mereka alami.

Inspiration Porn, 'Pedang Bermata Dua' Jadikan Disabilitas Sumber Inspirasi

Usai mendata kondisi karyawan tersebut, ditambah pula dengan karyawan-karyawan lainnya, buatlah persiapan dan mengorganisir kegiatan perkantoran secara rapi. Sesuaikan target mingguan ke individu yang berada di spektrum berbeda dengan kemampuan mereka. Kalau bisa, penyesuaian ini diterapkan sesuai dengan keahlian mereka, sehingga tidak menghambat kinerja perusahaan secara keseluruhan.

Dengan mengenal istilah neurodiversity dan ikut serta memopulerkannya, Kawan bisa memberikan banyak kontribusi dalam memberdayakan orang-orang disabilitas. Sehingga, mereka pun bisa hidup sejahtera dan turut memajukan kehidupan bangsa dan negara.*

Referensi: Alpas.id | Beritagar.id | Bisnis.com | Great Place to Work

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Kawan GNFI Official lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Kawan GNFI Official.

Terima kasih telah membaca sampai di sini