Menyingkap Pohon Pisang yang Jadi Tanaman Istimewa Masyarakat Nusantara

Menyingkap Pohon Pisang yang Jadi Tanaman Istimewa Masyarakat Nusantara
info gambar utama

Pohon pisang merupakan tumbuhan makanan yang sangat banyak dijumpai di daerah tropis. Hal yang paling diharapkan dari dari pohon pisang tentunya buahnya yang bisa dimakan langsung.

Buah pisang juga bisa diolah menjadi beragam panganan dengan proses memasak seperti pisang goreng, pisang rebus, kolak pisang, dan lain-lain. Pisang juga sering dicampurkan ke dalam bubur bayi dan juga sebagai campuran makanan kue lainnya untuk memperoleh cita rasa khas.

Tanaman ini juga menjadi kekayaan Indonesia dengan jenis yang beragam antara lain, pisang kepok, pisang ambon, pisang raja, pisang badak, dan sebagainya. Biasanya tanaman ini sangat mudah dijumpai di perakaran rumah milik pribadi, pingiran sawah, ladang, maupun kebun.

Bagi orang Indonesia, pisang memang tidak hanya dimaknai sebagai buah konsumsi, tetapi juga terkait dengan nilai-nilai filosofi. Misalnya dalam tradisi pernikahan di Jawa, pisang sering digunakan untuk menjadi hiasan dalam dekorasi pintu masuk mempelai wanitia dan sebagai hantaran penebusan atau sanggan.

Buah pisang dan masyarakat Nusantara memang telah terikat sejak 700 an Masehi. Hal ini terbukti dalam relief Candi Borobudur yang telah menggambarkan pohon pisang.

Menukil dari Kebudayaan Kemendikbud, motif yang terlihat dalam pahatan relief Candi Borobudur menggambarkan bentuk pohon pisang secara utuh yang mencangkup dari batang, dahan, daun, yang diukir secara detail. Terlihat daunnya melebar dan memanjang yang tersusun secara bertumpuk lalu buah pisangnya tertumpuk dalam tandan hingga keluar dari pangkal pohon.

Asal-Usul Pisang Tongka Langit yang Kini Masih Menjadi Misteri

Tentunya dengan munculnya relief ini, pohon pisang bukanlah tanaman sembarangan. Hal ini jelas membuktikan masyarakat Nusantara saat itu telah akrab dan menganggapnya sebagai tanaman yang istimewa.

Misalnya pada masyarakat Minangkabau, Sumatra Barat (Sumbar), pisang telah menjadi ikon dalam adat istiadat. Pisang contohnya digunakan sebagai mediasi magis pada saat pembangunan rumah.

"Ketika pembangunan rumah sudah sampai tahap konstruksi atap, maka diambil satu tandan pisang kepok yang sudah tua lalu digantungkan pada konstruksi rangka atap tersebut," tulis Mesra, peneliti Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Medan dalam artikel Pohon Pisang Sebagai Ikon Budaya Visual dalam Adat Istiadat di Kabupaten Padang Lawas Utara, Tinjauan Terhadap Makna dan Perubahannya.

"Pembangunan terus berlanjut, dan pisangnya juga secara bertahap menjadi masak. Pisang tersebut boleh dimakan para tukang atau siapa pun yang menyukainya," tambahnya.

Mesra juga mencatat, buah pisang muda juga dipakai untuk digulai pada acara kenduri khusus ketika seorang ibu hamil tujuh bulan. Ada juga tradisi menaman pohon pisang di tengah-tengah lahan penyemaian benih padi.

"Di Jawa Tengah (Jateng) juga digunakan buah pisang yang muda satu tandan pada acara pesta pernikahan, ruatan atau pun kenduri lainnya," pungkasnya.

Filosofi pohon pisang dalam kehidupan

Dikutip dari Tirto, dalam Alquran yang tersemat pada surat Al-Waqi’ah, pisang disebut sebagai buah surga. Sedangkan dalam teologi Kristen, setelah Adam dan Hawa memakan buah dari pohon terlarang, lalu pakaian mereka berdua tiba-tiba hilang.

Supaya tidak telanjang, mereka berdua kemudian meraih daun ara (fig leaves) untuk menutupi tubuh. Tetapi menurut Dan Koeppel terjadi kekeliruan dalam penerjemahan fig leaves.

Bedasarkan bukunya berjudul Banana: The Fate of The Fruit That Changed The World, fig dalam catatan sejarah artinya adalah pisang bukan ara. Koeppel menyebut hal ini bedasarkan perjalanan Aleksader Agung ketika mencapai India, saat itu dia membawa oleh-oleh sampel pisang dan menyebutnya fig of Eve.

Memang bagi masyarakat Nusantara, pohon pisang tidak hanya menjadi bagian dalam tradisi. Tetapi juga mengandung nilai-nilai kehidupan. Misalnya pohon pisang tidak mau mati sebelum melahirkan tunas-tunasnya. Hal ini berarti pohon pisang ingin menjadikan kehidupannya berarti sebelum ajal menjemputnya.

"...Begitu pula jika dikontekstualkan ke dalam pergantian kepemimpinan (suksesi) maka pohon pisang telah mengajarkan kepada manusia agar menyiapkan kaderisasi sebagai bentuk regenerasi," beber Mesra.

Selain itu bila kita cermati, buah pisang yang masih berada di pohonnya, ternyata bergantung pada ares yang berada di dalam pohon pisang. Jadi ares tersebut identik dengan isi pohon pisang.

Indonesia Menjadi Salah Satu Produsen Pisang Terbesar di Dunia, Berapa Produksinya?

"Secara filosofi atau kita lihat dari kacamata tafsir spiritual bahwa ares mengisyaratkan sebagai Arsy atau singgasana Allah SWT yang identik dengan hati atau kalbu seorang muslim yang bening," ucapnya.

Sedangkan untuk mendapatkan buah pisang yang terdapat dalam pohonnya. Kita perlu membuka pohon pisangnya, melepas satu persatu kulit pada pohon pisang yang membungkus ares.

"Begitu pula dengan hati atau kalbu manusia yang bening harus diupayakan menjadi bersih dan terbebas dari kotoran penyakit-penyakit hati atau sifat-sifat buruk dan hati atau kalbu."

Pohon pisang juga mempunyai daun yang bisa dipakai sebagai payung atau perlindungan dari guyuran air hujan dan terik panas matahari. Hal inilah yang membuat orang Jawa menyebutnya gedhang atau gegayuhane dhasar ngayomi.

"Yang berarti cita-citanya menjadi pelindung, melindungi dan mengayomi," tegasnya.

Pisang sebagai buah kehidupan

Kebermamfaatan pohon pisang bagi manusia memang sangatlah besar. Selain buahnya, manusia juga memanfaatkan pisang dari seluruh pohonnya mulai ujung daun sampai akarnya. Mereka menggunakan daun pisang sebagai wadah atau alas, pembungkus, penutup, pelindung atau payung.

Nantinya setelah daun ini kering, akan dimanfaatkan manusia sebagai pemicu hidupnya bahan bakar kayu yang lebih kuat. Daun kering ini juga bisa dimamfaatkan sebagai alas tidur yang ditumpukkan seperti kasur, juga bantal.

Batang pisang yang penuh dengan serat-serat panjang akan dimamfaatkan sebagai menjadi tali-temali yang dipintal. Beberapa yang lain menggunakanya untuk membuat benda-benda pakai seperti tas, dompet, sarung bantal kursi dan lain-lain.

Bagi masyarakat pedesaan, batang pisang yang sudah lapuk juga digunakan sebagai penyubur tanah pertanian. Menukil Kompas, tidak salah memang menyebut pisang sebagai buah kehidupan. Apalagi dengan kandungan kalium yang sangat banyak dalam buah ini sangat berkhasiat menurunkan tekanan darah, menjaga kesehatan jantung, dan memperlancar pengiriman oksigen ke otak.

Pisang Impor Lewat, Pisang Agung Semeru Lumajang Lebih Kaya Nutrisi

Made Astawan menyebut, bedasarkan kebermamfaatan bagi kepentingan manusia, pohon pisang dibagi menjadi tiga macam, yaitu pisang serat, pisang hias dan pisang buah.

Pada pisang serat (Musa textilis), nantinya yang dimamfaatkan bukanlah buahnya, namun batangnya untuk pembuatan tekstil. Sedangkan pisang hias umumnya ditanam bukan untuk diambil buahnya, tetapi sebagai hiasan yang cantik.

"Pisang buah (Musa paradisiaca) ditanam dengan tujuan untuk dimanfaatkan buahnya," jelas pria yang menjadi Dosen di Departemen Teknologi, Pangan, dan Gizi-IPB.

Indonesia kini tercatat sebagai penghasil pisang terbesar ke-7 dunia. Pada tahun 2020, jumlah produksi pisang Indonesia sebesar 8.182.757 ton, dan menjadi tanaman buah-buahan (holtikultura) yang paling banyak produksinya.

Tercatat pusat produksi pisang terdapat di Sumatra, Jawa, dan Bali. Hingga sekarang, pisang merupakan komoditas yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia, karena sekitar 45 persen konsumsi buah-buahan adalah pisang.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini