Desa Senaru, Surga Wisata di Kaki Gunung Rinjani

Desa Senaru, Surga Wisata di Kaki Gunung Rinjani
info gambar utama

Bagi yang pernah mendaki Gunung Rinjani tentu sudah tak asing dengan Desa Senaru. Desa di Kecamatan Bayan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, ini biasanya dilewati para pendaki yang naik dari Sembalun dan turun lewat jalur Senaru. Jalur satu ini termasuk banyak dipilih para pendaki karena sebelum tiba di Danau Senari mereka dapat melihat keindahan Danau Segara Anak.

Dalam kunjungan ke Desa Senaru, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, memberikan perlengkapan homestay yang merupakan dukungan Kemenparekraf/Baparekraf untuk memperkuat amenitas di desa wisata tersebut. Nantinya, perlengkapan tersebut diharapkan dapat menambah daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung.

Kata Sandiaga, ini merupakan bantuan kolaborasi lintas sektor. Sebelumnya, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, telah membangun enam unit homestay dan kini Kemenparekraf menambahkan perlengkapan berupa enam set tempat tidur, linen, dan hal-hal yang berkaitan dengan penginapan.

“Harapannya homestay ini bisa langsung dipasarkan dan langsung dipakai wisatawan yang datang di sela-sela kegiatan World Superbike minggu depan di Mandalika," ujar Menparekraf.

Wisata alam di Desa Senaru

Air Terjun Tiu Kelep | @Farizun Amrod Saad Shutterstock
info gambar

Salah satu objek wisata alam yang wajib dikunjungi di Desa Senaru adalah Air Terjun Sendang Gile yang berasal dari mata air Gunung Rinjani. Air terjun ini memiliki ketinggian 600 meter di atas permukaan tanah. Lokasinya pun masih dalam kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani dan merupakan pintu masuk pendakian Gunung Rinjani.

Mengunjungi air terjun memang butuh perjuangan sebab wisatawan harus menuruni sekitar 200 ratusan anak tangga dengan ketinggian 40 meter dan melewati jembatan berlubang melalui lembah selama 15 menit. Bisa juga menyusuri pinggiran lembah yang curam dan mengikuti saluran irigasi, lalu menyeberangi jembatan dari rotan.

Masyarakat setempat menyebut jembatan ini sebagai Batu Ko’ atau batu kerbau. Menurut cerita yang beredar di masyarakat, konon Air Terjun Sendang Gile merupakan tempat mandi para bidadari yang turun ke bumi.

Tak jauh dari Air Terjun Sendang Gile, ada Air Terjun Tiu Kelep. Air terjun ini berada di kaki Gunung Rinjani dan memiliki tinggi 42 meter bertingkat-tingkat. Dalam bahasa Sasak, tiu berarti kolam renang dan kelep artinya terbang.

Kemudian ada lagi Air Terjun Batara Lejang yang berada di hulu atas dari dua air terjun di bawahnya, yaitu Air Terjun Sendang Gile dan Air Terjun Tiu Kelep. Hal yang menarik dari air terjun ini adalah butiran air yang jernih.

Belajar Sejarah dan Budaya Jawa di Desa Tembi Yogyakarta

Kebudayaan Desa Senaru

Rumah Adat Senaru | Dok Kemenparekraf
info gambar

Selain wisata alam, Desa Senaru juga kaya akan potensi seni dan budayanya. Salah satu tradisi unik yang bisa disaksikan di desa ini adalah peresean yaitu pertarungan antara dua lelaki yang bersenjata tongkat rotan dan mengenakan perisai dari kulit kerbau.

Peresean termasuk dalam seni atraksi Lombok dan dilakukan oleh masyarakat Suku Sasak. Biasanya, tradisi tersebut dilakukan untuk meminta hujan pada bulan tujuh dalam kalender Sasak. Atraksi ini juga bisa digunakan untuk mengusir bala seperti penyakit, musibah, dan kejahatan di Desa Senaru.

Kini peresean juga dilakukan sebagai pertunjukkan dalam acara seni dan budaya di Lombok. Melansir Indonesiakaya.com pada praktiknya, peresean memang melibatkan kekerasan. Dua petarung akan bertarung di arena yang sudah disediakan dengan saling menyerang dengan tongkat.

Berlibur ke Desa Senaru jangan lupa untuk berkunjung ke Kampung Tradisional Senaru umumnya memiliki beberapa agenda. Berada di ketinggian 700 mdpl membuat area perkampungan ini memiliki udara yang sejuk. Di kampung tersebut, bisa ditemukan beberapa bangunan khas Lombok yang fondasinya menggunakan tanah atau batu, bagian tiang, pintu, hingga dindingnya terbuat dari bambu dan beratapkan alang-alang.

Rumah khas Lombok juga biasanya memiliki berugaq atau gazebo sebagai tempat menerima tamu. Menurut keyakinan masyarakat setempat, orang tua biasanya menempati rumah di sebelah timur berugaq dan anak-anak tinggal di sebelah barat. Hal ini tidak boleh dilanggar agar tidak menimbulkan bencana atau penyakit.

Desa Senaru juga memiliki tarian tradisional yang disebut cupak gerantang. Tarian ini melambangkan sifat-sifat manusia. Biasa akan melibatkan dua penari yang memakai topeng simbol sifat buruk dan sifat baik sambil diiringi musik tradisional.

Ada pula tari bisok menik yang merupakan tarian cuci beas dan tari sulung mandewa yang memadukan seni tari dengan permainan suling.

Pesona Bawah Laut Sauwandarek, Desa Memesona di Raja Ampat

Ekonomi kreatif

Ilustrasi kebudayaan Senaru | Dok Kemenparekraf
info gambar

Usai berwisata, pengunjung juga bisa mencicipi kuliner khas Desa Senaru. Misalnya, sayur ares. Masakan ini terbuat dari batang pohon pisang kepok yang masih muda dan dibumbui dengan santan dan rempah-rempah. Kemudian ada urap rambit yang terbuat dari buah pohon rambut. Uniknya, buah tersebut hanya panen setahun sekali dan menjadi kuliner langka di Desa Senaru. Selain itu, ada juga sayur pedis panas yang terdiri dari sayuran, kacang-kacangan, ikan laut, dan daging sesuai selera.

Desa Senaru juga memiliki beberapa produk ekonomi kreatif yang bisa dijadikan buah tangan ketika liburan di sana. Beberapa di antaranya adalah produk kopi UMKM seperti Salam Rinjani Coffee dan Kopi Lombok Rinjani. Kemudian, ada Gula Semut Aren dari pohon aren di Senaru.

Untuk produk makanan dan camilan, ada jamur crispy, kacang mede, keripik tempe, pencok, sayur komak, kelor, dan olahan cokelat, durian, avokad, serta pisang. Ada pula kain tenun dari sektor kerajinan kriya buatan masyarakat lokal.

Menjelajahi Keindahan Alam Desa Ngilngof di Kepulauan Kei

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini