The Unforgettable ''Pertempuran Surabaya"

Ahmad Cholis Hamzah

Seorang mantan staf ahli bidang ekonomi kedutaan yang kini mengajar sebagai dosen dan aktif menjadi kolumnis di beberapa media nasional.

The Unforgettable ''Pertempuran Surabaya"
info gambar utama

Menjelang peringatan Hari Pahlawan tanggal 10 November nanti, bangsa ini terutama kalangan generasi muda harus tahu tentang suatu komitmen rakyat untuk menjaga marwah bangsa yang ditunjukkan mereka ketika menghadapi bangsa lain yang ingin menjajah negeri.

Kita semua mengetahui ada beberapa pertempuran besar yang terjadi selama perang dunia ke-2 (PD II) yang dicatat dalam sejarah misalnya Battle of Normandy, Battle of Berlin, Battle of Iwojima, Battle of Midway dan Battle of Stalingrad dsb; yang terakhir ini adalah pertempuran hebat yang menentukan berakhirnya PD II itu antara pasukan Nazi Jerman dan pasukan Uni Sovyet (yang sekarang menjadi Rusia), yaitu Pertempuran Stalingrad atau the Battle of Stalingrad pada tanggal 23 Agustus 1042–2 Februari 1943.

Pertempuran itu merupakan pertempuran yang paling besar di sejarah PD II, melibatkan 2,2 juta tentara, menelan korban 1,8-2 juta orang meninggal, berlangsung lebih dari lima bulan. Pertempuran yang masiv itu merupakan pertempuran dalam berbagai front, darat, udara, sampai satu lawan satu didalam kota Stalingrad (sekarang namanya Volgograd).

Pertempuran hebat ini melibatkan ribuan tank, kendaraan lapis baja, artileri besar, roket, pesawat terbang dan persenjataan lainnya. Pertempuran itulah yang menyebabkan kota Berlin jatuh setelah tentara Sovyet menyerbunya dan membuat Nazi Jerman menyerah.

Namun yang tak kalah hebatnya dari Battle of Stalingrad itu adalah pertempuran–pertempuran yang terjadi di negara kita dulu salah satunya adalah Battle of Surabaya yang meiibatkan ribuan pejuang Indonesia dari berbagai suku melawan pasukan Inggris dan India, itu adalah sebuah pertempuran yang sebenarnya tidak seimbang, karena tentara Inggris menggunakan kapal–kapal perang besar, tank, kendaraan lapis baja, dan pesawat terbang.

Tercatat ada 6.000 pasukan British Indian, di susul tambahan 24.000 tentara Inggris dengan 24 tank Sherman buatan Amerika Serikat dan beberapa tank kelas ringan, 24 pesawat tempur dan 5 kapal perang-–2 berjenis Cruiser dan 3 jenis Destroyer.

Sebaliknya para pejuang Indonesia bersenjatakan bambu runcing, klewang, clurit, senjata rampasan dari tentara Jepang dan senjata seadanya lainnya (bandingkan dengan pertempuran Stalingrad dimana kedua pihak sama-sama memiliki persenjataan modern).

Pertempuran yang dimulai tanggal 10 November 1945 itu menelan ribuan nyawa para pejuang Indonesia (ada yang mencatat 16.000 jiwa) dan ribuan orang mengungsi keluar kota Surabaya – almarhumah ibu saya dan para familinya mengungsi sampai didaerah Batu, Malang.

Kalau kita melihat catatan sejarah yang ditulis orang barat maka disebutkan dalam pertempuran Surabaya itu “British Victory” atau pememangnya adalah Britain atau Inggris karena akhirnya berhasil menguasai kota Surabaya beberapa selama tiga hari.

Bagi kita meskipun jumlah korban jiwa pihak kita lebih besar dan banyak yang lari meninggalkan kota Surabaya- yang menang dalam pertempuran itu adalah kita bangsa Indonesia.

Bayangkan para pejuang kita berhasil membunuh Jendral Inggris, dan melawan habis-habisan tentara Inggris pemenang PD II selama tiga minggu dengan persenjataan seadanya tadi, menyatukan semua suku yang berlatar agama berbeda-beda bersatu berjuang demi harga diri bangsa; dan pertempuran itu berhasil menunjukkan kepada dunia kala itu bahwa bangsa Indonesia itu ada dan tidak sudi dijajah oleh siapapun.

Pertempuran 10 November itu juga menunjukkan kepada Belanda bahwa para Freedom Fighter kita itu bukan “a gang of collaborators” atau sekelompok “preman” akan tetapi merupakan pejuang kemerdekaan yang memiliki “popular support” dari seluruh rakyat Indonesia; termasuk fatwa K.H Hasyim Asyari pendiri NU dengan Revolusi Jihadnya yang menyebutkan salah satunya bahwa melawan penjajah itu hukumnya fardhu ain bagi semua penduduk, yang menyebabkan perlawanan para pejuang kita itu menjadi-jadi.

Disebutkan pula dalam catatan sejarah bahwa akhirnya pihak Inggris kecewa terhadap Belanda yang awalnya memberikan informasi bahwa para pemuda Indonesia yang bertempur itu adalah para “extremist”. Karena menyaksikan sendiri bahwa para pemuda Indonesia itu adalah pejuang yang memiliki komitmen tinggi membela negaranya dengan ideology kebangsaan yang kuat.

Negara-negara barat yang tergabung dalam sekutu dalam perang dunia ke II seperti Amerika Serikat, Inggris, Perancis setiap tahun memperingati Battle of Normandy; negara Rusia juga memperingati pengorbanan para pejuangnya dalam Battle of Stalingrad setiap tahun dengan parade militer besar-besaran agar para generasi mudanya faham akan sejarah bangsanya.

Sepatutnya bangsa Indonesia terutama generasi mudanya juga tidak boleh lupa dengan semangat para pejuang bangsa dalam menegakkan marwah nya sebagai bangsa yang berdaulat dalam pertempuran di Surabaya atau Battle of Surabaya itu.

Oleh: Ahmad Cholis Hamzah

Penulis aktif menulis di Koran Jawa Pos, Surya, dan rutin menulis di GNFI. Beberapa tulisannya acapkali dimuat/dikutip Koran Malaysia dan Thailand. Penulis yang juga tersohor sebagai akademisi sekaligus profesional di kota kelahirannya, Surabaya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Ahmad Cholis Hamzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Ahmad Cholis Hamzah.

Tertarik menjadi Kolumnis GNFI?
Gabung Sekarang

AH
AH
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini