Mengenal 2 Perempuan Indonesia yang Masuk Daftar Pebisnis Paling Berpengaruh di Asia

Mengenal 2 Perempuan Indonesia yang Masuk Daftar Pebisnis Paling Berpengaruh di Asia
info gambar utama

Tidak pernah kehabisan insan yang piawai dalam mengelola bisnis di tanah air sekaligus menghidupkannya dengan melakukan ekspansi bahkan sampai ke ranah internasional, keberadaan sejumlah pebisnis yang kompeten di Indonesia memang tidak perlu dipertanyakan lagi kualitasnya.

Namun berdasarkan fakta tersebut, jika selama ini pebisnis yang tidak hanya di Indonesia melainkan juga di dunia kerap identik dan didominasi oleh kalangan pria, di saat yang bersamaan tetap ada kaum perempuan yang memiliki kepiawaian tak kalah hebat dalam mengelola bisnis dan tak bisa dipandang dengan sebelah mata.

Terbukti, di Indonesia sendiri nyatanya tidak sedikit perusahaan yang memiliki sederet perempuan tangguh dalam mengisi jajaran pucuk pimpinannya masing-masing.

Dengan kemampuan mengelola bisnis yang kompeten, Indonesia bahkan konsisten memiliki nama yang kerap masuk dalam jajaran Asia’s Power Businesswomen, atau pebisnis perempuan paling berpengaruh di Asia versi majalah Forbes.

Sebagai contoh, di tahun 2019 ada dua nama yang mengisi jajaran tersebut yaitu Dian Siswarini yang merupakan President Director salah satu perusahaan telekomunikasi di tanah air, XL Axiata. Kemudian ada juga Anna Leonita yang merupakan pimpinan dari perusahaan Avrist Assurance.

Di tahun 2020, Dewi Muliaty yang merupakan pimpinan dari perusahaan kesehatan Prodia beserta Nabilah Alsagoff sebagai sosok yang mendirikan Doku Wallet, menjadi perempuan berikutnya yang mengisi daftar bergengsi tersebut.

Di tahun 2021, estafet pengakuan dan julukan besar tersebut diteruskan kepada Marina Budiman dan Tessa Wijaya, siapa dan seperti apa sosok dua perempuan yang dimaksud?

Perempuan Indonesia di Tim Jawara Kompetisi Rencana Bisnis dan Pemasaran Internasional

Pendiri sekaligus pimpinan komisaris DCI Indonesia, Marina Budiman

Marina Budiman
info gambar

DCI (Data Center Indonesia) merupakan salah satu perusahaan yang memegang peran penting dan menjadi pemain besar dalam sektor teknologi di tanah air. Pertama kali didirikan pada tahun 2011, DCI menjadi penyedia data center terkemuka di Indonesia yang menyediakan jasa aktivitas hosting dan aktivitas serupa seperti jasa pengolahan data, web-hosting, streaming, aplikasi hosting dan penyimpanan komputasi awan.

Jika menilik keberadaannya, DCI saat ini menjadi perusahaan pusat data Tier IV pertama di Asia Tenggara.

Terpilihnya Marina Budiman sebagai sosok pebisnis perempuan paling berpengaruh di Asia memang tidak terjadi tanpa alasan, hal tersebut ternyata mengacu kepada buah kesuksesan langkah korporasi DCI yang melakukan IPO pada awal tahun atau tepatnya bulan Januari 2021 lalu.

Melansir Katadata, saat melakukan IPO DCI diketahui melepas harga saham di angka Rp420 per lembar saham, secara fantastis nilai tersebut meroket menjadi Rp59 ribu per lembar saham pada tanggal 16 Juni kemarin, yang artinya nilai kenaikan saham DCI melambung sekitar 11 ribuan persen.

Mendirikan DCI bersama dengan enam orang rekannya, Marina diketahui merupakan sarjana di bidang keuangan dan ekonomi dari Universitas Toronto, kemudian mengawali kariernya dengan bekerja di Bank Bali.

Hal pertama yang membuat Marina menyadari pentingnya peran teknologi berawal saat ia menjadi bagian dalam proyek instalasi perangkat lunak di bank tempat dirinya bekerja pada tahun 1985, kesempatan tersebut yang disebut mendorong dirinya untuk mendirikan DCI.

“Itu adalah pertama kalinya saya mengetahui bagaimana teknologi membantu bisnis,” ujar Marina, mengutip Forbes.

Di tangan kepemimpinan Marina, DCI diketahui sudah membukukan kenaikan pendapatan sebesar 81 persen dan peningkatan laba 57 persen secara gabungan dalam tiga tahun terakhir, perusahaan pimpinannya saat ini telah diandalkan oleh sekitar 44 perusahaan telekomunikasi, 134 perusahaan keuangan, dan beberapa perusahaan eCommerce terbesar di Asia.

Diketahui bahwa saat ini Marina memiliki saham bernilai lebih dari 100 juta dollar AS di perusahaannya tersebut.

Setiap Tahun, Perempuan yang Menduduki Jabatan Manajer di Indonesia Kian Meningkat

Tessa Wijaya dan Xendit

Tessa Wijaya, satu-satunya pemimpin wanita di Xendit
info gambar

Tidak hanya berpengaruh sebagai pebisnis wanita di Asia, Tessa nyatanya juga dapat dikatakan sebagai sosok wanita pertama yang membuat sebuah perusahaan rintisan atau startup dapat mencapai status unicorn.

Tessa merupakan salah satu pendiri sekaligus sosok yang saat ini menjabat sebagai Chief Operating Officer (COO) di Xendit.

Sekilas informasi, Xendit merupakan startup fintech yang secara spesifik bergerak di bidang payment gateway yang berfokus menyediakan infrastruktur dan sistem untuk berbagai saluran pembayaran online agar lebih sederhana.

Secara lebih spesifik, Xendit dapat menerima pembayaran dari akun virtual, kartu kredit dan debit, eWallet, gerai retail seperti Alfamart Group dan Indomaret. Saat ini klien Xendit berasal dari berbagai lingkup mulai dari UMKM hingga beberapa pemain besar di sektor teknologi dalam kawasan Asia Tenggara, di antaranya Traveloka, Wise, Wish, dan Grab.

Di bawah kepemimpinan Tessa bersama tiga orang rekannya, Xendit telah secara resmi meraih gelar unicorn pada bulan September lalu dengan nilai valuasi lebih dari 1 miliar dolas AS.

Tidak ingin membawa pencapaian sebagai sosok wanita paling berpengaruh di dunia bisnis khususnya bidang teknologi seorang diri, sejak beberapa waktu ke belakang Tessa diketahui juga memprakarsai program Woman in Tech Indonesia, yaitu sebuah platform di mana pengusaha perempuan dan profesional teknologi saling berbagi pengalaman mereka dalam lokakarya dan forum digital.

Di samping itu, Tessa juga mengungkap bahwa sekitar 40 persen staf serta karyawan di Xendit diisi oleh kalangan perempuan.

Menginspirasi, Berikut 4 Sosok Perempuan Sukses Pengelola Startup di Indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Siti Nur Arifa lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Siti Nur Arifa.

Terima kasih telah membaca sampai di sini