TWA Pulau Bakut, Habitat Bekantan di Bawah Jembatan Barito

TWA Pulau Bakut, Habitat Bekantan di Bawah Jembatan Barito
info gambar utama

Siapa yang tak tahu Jembatan Barito? Jembatan ikonik tersebut melintang di atas Sungai Barito di Kalimantan Selatan dan memiliki panjang 1.082 meter. Diresmikan pada April 1997, jembatan tersebut pernah tercatat dalam rekor Muri sebagai jembatan gantung terpanjang di Indonesia dan merupakan akses jalan Trans Kalimantan dari Banjarmasin ke Palangkaraya dan sebaliknya.

Jembatan yang berlokasi di Kabupaten Barito Kuala itu juga sering disebut Jembatan Pulau Bakut, merujuk pada pulau kecil yang ada di bawahnya. Nama Pulau Bakut memang menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Kalimantan Selatan dan sekitarnya karena menawarkan pemandangan indah dan udara segar.

Berada di tengah sungai terbesar dan terpanjang di Kalimantan Selatan, pulau ini agak mirip dengan keberadaan Pulau Samosir di tengah Danau Toba.

Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Bakut sebelumnya sempat tutup hampir satu setengah tahun karena pandemi. Kini, objek wisata di dekat Jembatan Barito sudah buka dan siap menyambut kembali kunjungan wisatawan mulai 4 Oktober 2021 sesuai edaran dari BKSDA Provinsi Kalimantan Selatan.

Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Bakut

TWA Pulau Bakut menempati lahan seluas 15,58 hektare dan berada di bawa Jembatan Barito yang menghubungan Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Taman wisata alam ini termasuk dalam tipe ekosistem hutan bakau riverine dengan ciri khas berupa lantai hutan tergenang air yang dipengaruhi oleh pasang-surutnya air sungai.

Di sana, pengunjung bisa menemukan jembatan atau yang biasa disebut titian dari kayu ulin sepanjang 630 meter. Di beberapa titik titian terdapat gazebo yang bisa digunakan pengunjung untuk beristirahat sambil menikmati pemandangan hutan bakau atau biasa jadi spot foto dengan latar belakang hutan yang hijau.

Pulau Bakut juga memiliki menara pandang setinggi 18 meter untuk menikmati keindahan alam di sekitarnya, termasuk pemandangan Sungai Barito, Jembatan Barito, dan hamparan hutan bakau.

Karena lokasinya ada di tengah sungai, pengunjung yang ingin ke Pulau Bakut harus naik perahu penyeberangan di dermaga bawah Jembatan Barito. Tarifnya hanya Rp10 ribu per orang untuk pulang-pergi.

Untuk masuk ke kawasan TWA Pulau Bakut, dilansir Banjarmasin.tribunnews.com, tarifnya Rp10 ribu untuk wisatawan domestik pada hari kerja, dan Rp12.500 pada hari libur. Sedangkan untuk wisatawan asing dikenakan tarif Rp100 ribu pada hari kerja dan Rp150 ribu pada hari libur.

Upaya Penyelamatan Bekantan, Satwa Hidung Besar Endemik Pulau Kalimantan

Habitat Bekantan

TWA Pulau Bakut merupakan rumah bagi bekantan yang merupakan satwa endemik Kalimantan. Kawasan ini telah ditunjuk sebagai tempat pelestarian alam dengan fungsi taman wisata oleh Menteri Kehutanan pada tahun 2003.

Berdasarkan hasil monitoring Balai KSDA Kalimantan Selatan, terdapat 120 ekor bekantan sampai bulan April 2021. Jumlah tersebut telah mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu 85 ekor.

Bekantan adalah primata yang memiliki ciri khas berupa hidung besar yang tampak menggantung di atas mulut. Satwa ini juga dikenal pandai dalam memainkan ekspresi wajahnya. Saat marah atau senang, hidungnya akan membengkak dan berwarna merah. Sedangkan ketika berada dalam kondisi bahaya, bekantan bisa mengeluarkan suara serupa klakson yang nyaring.

Jika beruntung, pengunjung bisa berkesempatan bertemu dengan bekantan. Biasanya, keluarga Monyet Belanda ini beraktivitas pada pagi atau sore hari saat mencari makan. TWA Pulau Bakut juga menyediakan pemandu wisata yang bisa menemani pengunjung selama berkegiatan dan menjelaskan lebih jauh tentang kawasan tersebut dan informasi terkait bekantan.

Sejak tahun 2019, TWA Pulau Bakut juga telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi di Kalimantan Selatan yang menjadi habitat bekantan. Taman wisata yang memiliki tipe ekosistem hutan bakau ini ditetapkan sebagai site monitoring bekantan sebagai spesies prioritas terancam punah.

Moonrat, Spesies Tikus Unik yang Punya Hubungan Keluarga dengan Landak Mini

Flora dan fauna di TWA Pulau Bakut

Selama berkunjung ke TWA Pulau Bakut, Anda bisa melihat berbagai jenis flora dan fauna yang tumbuh di sana. Beberapa flora yang ada di Pulau Bakut antara lain jeruju, piai, api-api, putat, kelampa, bakung, buta-buta, beringin karet, kayu bulan, jingah, nipah, pandan, waru, dan mirih.

Sedangkan untuk fauna, selain bekantan ada juga burung madu ekor merah, burung madu kelapa, burung walet sapi, layang-layang rumah, celadi belacan, cekakak sungai, elang bondol, elang laut perut putih, ular air, bajing kelapa, kalong besar, kadal, ular sawah, biawak, dan buaya sapit.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini