10 Seniman Mural Indonesia Berkolaborasi dalam On & Off Pressure

10 Seniman Mural Indonesia Berkolaborasi dalam On & Off Pressure
info gambar utama

Karya seni tak melulu ditampilkan dalam sebuah galeri, tetapi bisa berada di mana saja. Termasuk dinding jalanan, trotoar, rumah, hingga bangunan tak berpenghuni yang biasa disebut mural.

Beberapa orang mungkin bingung membedakan mural dengan seni grafiti. Untuk memudahkan cara membedakan keduanya, grafiti merupakan coretan kata, simbol, atau kalimat tertentu. Sedangkan gambar pada mural lebih bebas dan luas. Pada masa kini, grafiti seringkali dibuat dengan menggunakan cat semprot.

Desain dalam pembuatan mural biasanya merupakan bentuk ungkapan terkait masalah sosial. Namun, saat ini mural dibuat untuk alasan estetika, misalnya mempercantik ruangan di kantor, kafe, hotel, bahkan rumah tinggal.

Meski termasuk dalam cabang dari seni rupa murni, sayangnya mural kerap dipandang sebelah mata dan terkesan negatif. Untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang seni mural, L Project mengadakan kegiatan On & Off Pressure mulai 8-10 November 2021 di Perumahan Alam Raya, Tangerang, Banten.

Perbedaan Mural dan Graffiti, Gambar yang Percantik Gang dan Jalanan

Kolaborasi seniman mural ternama di Indonesia

Setelah sukses menggelar Art Expo 2021, L Project kembali mengadakan kegiatan seni luring bertajuk On & Off Pressure. Kali ini, acara tersebut melibatkan 10 seniman mural untuk melukis di tembok seluas 1.500 meter persegi yang tersebar di kawasan Perumahan Alam Raya. Sebagai penutup acara, nantinya kesepuluh seniman On & Off Pressure juga akan melukis bersama-sama di atas kanvas.

Adapun 10 seniman yang terlibat dalam kegiatan ini antara lain The Popo, Bujangan Urban, Hana Madness, Edi Bonetski, Anagard, Farhan Siki, Bunga Fatia, Arman Jamparing, Digie Sigit, dan Media Legal.

Bambang Asrini selaku kurator mengatakan bahwa On and Off Pressure merupakan sebuah gambaran mengenai energi yang nyala dan mati di ruang publik. Energi tersebut memantik berbagai isu yang terjadi di tengah masyarakat. Pressure dalam tajuk acara ini menjelaskan tantangan yang datang dari berbagai pihak.

Acara ini juga dibuat untuk memberikan pemahaman dan edukasi pada masyarakat mengenai seni jalanan seperti mural merupakan cabang dari seni murni, meski pada kenyataannya sering disamakan dengan aksi vandalisme atau perbuatan merusak dan menghancurkan hasil karya seni dan barang berharga lainnya

Seperti dilansir Sindonews.com, Bambang menjelaskan bahwa acara On and Off Pressure ini diinisiasi oleh para seniman jalanan di Tangerang, Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta untuk merayakan tidak adanya tekanan apapun atau tekanan positif serta energi yang menyala bagi mereka untuk berkarya. On and Off sendiri menjadi sebuah simbol saklar menghidupkan-mematikan proses berkreasi para seniman jalanan.

Dalam acara ini pihak L Project juga ingin memberikan pemahaman pada masyarakat bahwa para seniman pun menentang aksi vandalisme. Dijelaskan Fimela.com, mereka juga ingin memisahkan ruang antara kegiatan vandalisme dan kegiatan seni mural yang pada dasarnya dibuat guna memberikan dampak dalam menginspirasi pikiran, memanjakan mata, dan merangkul jiwa atau perasaan kepada siapapun yang melihat karya seni tersebut.

Edi Bonetski sebagai salah satu seniman di acara ini mengatakan bahwa karya yang ia sampaikan dalam On & Off Pressure adalah mural grafiti yang menceritakan tentang kebahagiaan lewat warna, genre, dan aliran.

"Konsepnya saya buat Vi Veri Veniversum Vivus Vici, di mana semesta selalu memberikan kebenaran bagi manusia untuk bisa bersama semesta," jelas Edi kepada Kompas.com.

Seniman yang terkenal dengan karya-karya eksentris tersebut berharap bahwa seni mural bisa jadi pembelajaran. Menurut pendapatnya, ekspresi dalam seni mural itu sangat beragam, dari ekspresi geografis, lingkungan, sosial, cinta, dan lain sebagainya yang begitu dekat dengan kehidupan.

Coretan Mural, Cara Seniman Suarakan Kemerdekaan hingga Curhatan

Sejarah seni mural

Pada dasarnya mural didefinisikan sebagai karya seni yang dilukis di dinding, bisa di dalam atau luar gedung. Tak hanya sekadar corat-coret, untuk membuat murak dibutuhkan keahlian dalam melukis dan artistik. Mural sejatinya menggabungkan arsitektur bangunan dengan lukisan menjadi sebuah kesatuan.

Kata mural berasal dari kata murus dalam bahasa latin yang berarti dinding. Mengutip dari laman Widewalls.ch, mural berarti setiap karya seni yang dilukis di dinding, langit-langit atau permukaan permanen lain yang lebih besar. Seni mural dikatakan mulai berkembang selama tahun 1920 dan menjadi teknik favorit banyak seniman termasuk Leonardo Da Vinci dan Michelangelo Buonarroti.

Salah satu gaya lukisan mural paling terkenal ialah Fresco. Namun, ada pula metode serta teknik lain ditunjukkan dalam seni mural yang dipelopori oleh Diego Rivera, David Siqueiros, dan Jose Orozco.

Seni mural kemudian menyebar seiring berjalannya waktu dan telah menutupi berbagai interior dan eksterior dari banyak bangunan publik, mulai dari istana, makam, museum, kuil, perpustakaan, gereja, hingga ke jalanan. Ada satu yang menjadi benang merah, yaitu terkait makna dan tujuan awalnya untuk melukiskan gambaran masyarakat yang tercipta dari cerita, nilai, mimpi, dan perubahan.

Seperti dijelaskan Muralform.com, seni mural juga menjadi alat komunikasi untuk menyampaikan pesan untuk publik. Ukuran lukisan yang besar di ruang publik merupakan salah satu cara yang dianggap efektif. Lukisan dalam mural menarik perhatian orang-orang dan itulah cara para seniman berbicara kepada dunia.

Jajaran Seniman Mural Indonesia dengan Karya yang Mendunia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini