Sasi, Rahasia Masyarakat Maluku di Balik Melimpahnya Sumber Daya Alam

Sasi, Rahasia Masyarakat Maluku di Balik Melimpahnya Sumber Daya Alam
info gambar utama

Penulis: Rangga Hadi Firmansyah

Eksploitasi sumber daya alam (SDA) untuk kepentingan manusia meninggalkan cukup banyak masalah. Masalah ini bermacam-macam, mulai dari terjadinya bencana alam karena eksploitasi SDA yang berlebihan, hingga kelangkaan sumber daya alam itu sendiri.

Bayangkan saja, Kawan mengisi bensin untuk motor satu liter dalam sehari, tapi tidak hanya Kawan yang memerlukan bensin. Semua manusia di seluruh dunia juga membutuhkan bensin.

Bayangkan dengan milyaran manusia di seluruh bumi, berapa banyak kira-kira bensin yang dibutuhkan per harinya? Iya kalau setiap orang hanya butuh 1 liter bensin, bagaimana jika ada yang menghabiskan belasan hingga puluhan liter?

Bisa dibayangkan bukan betapa banyaknya bensin yang dihabiskan manusia setiap harinya? Bahkan, banyak ahli yang memprediksi bahwa ketersediaan minyak bumi akan habis pada tahun 2044.

Sangat masuk akal sekali memang, apabila sumber daya alam dikeruk terus menerus. Bukan tidak mungkin suatu saat nanti sumber daya tersebut akan habis dan tidak bisa dimanfaatkan lagi. Apabila sumber daya tersebut habis, yang dirugikan juga manusia sendiri bukan?

Untuk mencegah habisnya SDA, perlu adanya konservasi atau upaya-upaya yang dilakukan guna menjaga ketersediaan SDA itu sendiri. Mungkin dapat dicontohkan seperti adanya konservasi satwa langka yang terancam punah.

Satwa langka ini diibaratkan seperti sumber daya alam, yang dirawat dalam sebuah lembaga konservasi untuk menjaganya tetap hidup. Bahkan, memperbanyak jumlahnya yang pada awalnya hanya berjumlah ratusan ekor menjadi ribuan ekor.

Melihat Status dan Konservasi Penyu di Indonesia

Menilik tradisi sasi di Maluku

Ilustrasi Memancing│binguyen_19/Pixabay
info gambar

Di Maluku, SDA begitu melimpah. Tidak heran apabila di masa lalu, bangsa Eropa rela pergi jauh-jauh ke Maluku karena melimpahnya SDA. Ternyata, di balik melimpahnya SDA ini terdapat sebuah tradisi pengelolaan hasil alam yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Tradisi ini adalah sasi. Bisa dibilang, sasi adalah sebuah hukum adat yang berlaku di masyarakat Maluku, khususnya mengatur pemanfaatan SDA. Sasi ini adalah sebuah larangan untuk mengambil hasil alam pada waktu-waktu tertentu.

Tradisi ini sebenarnya lebih difokuskan untuk pengelolaan hasil laut, terutama perikanan. Namun, di luar itu juga terdapat sasi yang mengatur pengelolaan hasil alam di daratan yang disebut sebagai sasi darat.

Dalam tradisi sasi juga melarang penggunaan alat pancing yang bisa merusak ekosistem laut. Masyarakat hanya boleh mencari ikan dengan cara yang tidak merusak ekosistem laut, seperti menggunakan pukat atau alat peledak.

Dalam pelaksanaan sasi terdapat dua istilah penting, yaitu sasi buka dan sasi tutup. Sasi buka adalah masa saat masyarakat Maluku diperbolehkan untuk mengambil hasil alam, sedangkan sasi tutup adalah masa ketika masyarakat dilarang untuk mengambil hasil alam.

Masa sasi buka dan sasi tutup ini ditentukan berdasarkan masa saat sumber daya siap panen, kebutuhan ekonomi masyarakat untuk dijual ke pasar, dan kebutuhan konsumsi dari masyarakat itu sendiri.

Tambrauw, Daerah yang Diperlakukan Hutan Layaknya Ibu

Makna filosofi sasi

Ilustrasi Hasil Alam│Couleur/Pixabay
info gambar

Sasi memiliki sebuah makna yang sangat dalam, yaitu apabila alam dimanfaatkan secara berlebihan dan secara tidak bertanggung jawab, akan terjadi ketidakseimbangan antara alam dan manusia. Sasi mengajarkan pentingnya menjaga alam dan tidak mengeksploitasinya dengan semena-mena. Apabila alam dieksploitasi dengan semena-mena, yang akan merasakan kerugian juga manusia sendiri.

Sasi tercipta di Maluku karena kesadaran bahwa sumber daya alam di Maluku memiliki batas. Apabila dimanfaatkan dengan tidak beraturan, sumber daya itu bisa habis. Dari kesadaran itulah kemudian muncul sasi untuk menjaga ketersediaan SDA, tidak hanya untuk masyarakat, tetapi juga untuk generasi selanjutnya.

COP26, Kegagalan Penuhi Kesepakatan dan Dilema Berakhirnya Era Batu Bara

Sasi berlaku di Papua

Uniknya, sasi tidak hanya dapat ditemui di Kepulauan Maluku saja, sasi juga bisa ditemui hingga ke wilayah Papua. Di wilayah Papua, khususnya Papua Barat yang juga dekat dengan Kepulauan Maluku juga menerapkan tradisi ini untuk menjaga ketersediaan sumber daya alam mereka.

Ternyata, masyarakat Maluku memiliki tradisi unik untuk mengelola SDA mereka. Tradisi ini terbukti mampu menjaga ketersediaan SDA hingga sekarang. Apakah mungkin ke depannya tradisi ini bisa diterapkan di seluruh Indonesia untuk menjaga ketersediaan SDA?*

Referensi:KatadataJurnal UnasRepublika

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Kawan GNFI Official lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Kawan GNFI Official.

KO
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini