Termasuk Satwa Endemik yang Paling Dijaga, Berapa Populasi Gajah Sumatra Saat Ini?

Termasuk Satwa Endemik yang Paling Dijaga, Berapa Populasi Gajah Sumatra Saat Ini?
info gambar utama

Kabar memilukan yang mengundang rasa duka datang dari keberlangsungan hidup salah satu satwa endemik Indonesia yang paling dilindungi, yaitu gajah sumatra.

Selasa (16/11/2021), seekor anak gajah sumatra yang diperkirakan berusia satu tahun ramai dikabarkan harus meregang nyawa, setelah berhari-hari bertahan dalam kesakitan akibat terjebak jerat yang dipasang oleh pemburu di kawasan hutan Provinsi Aceh, tepatnya di kawasan hutan Desa Alue Meuraksa, Kecamatan Teunom, Kabupaten Aceh Jaya.

Dalam keadaan memprihatinkan, anak gajah yang diketahui berjenis kelamin betina tersebut menghabiskan sisa hidupnya dalam masa perawatan dengan kondisi belalai yang nyaris putus. Menurut dugaan warga setempat, hal tersebut terjadi akibat terjebak perangkap yang dipakai oleh para pemburu tidak bertanggung jawab untuk menjerat babi.

Berbeda penyebab namun bukan kali pertama peristiwa kematian anak gajah sumatra terjadi, sebelumnya pada bulan Maret 2021, anak gajah yang diketahui bernama Inong juga dilaporkan mati akibat terjebak kubangan lumpur walau sempat mendapatkan perawatan intensif.

Harus kembali mencatatkan angka kematian, bagaimana sebenarnya kronologi dari kejadian yang menimpa anak gajah malang yang mati kali ini?

Koridor Gajah Untuk Gajah Sumatra di Jambi

Sempat membaik saat mendapat perawatan

Anak gajah yang yang belalainya terjerat jebakan
info gambar

Melansir Mongabay Indonesia, dijelaskan bahwa anak gajah dengan kondisi belalai yang sudah tertusuk kawat baja tersebut awalnya ditemukan oleh warga setempat yang ingin berangkat ke kebun.

Sempat menghilang, warga kembali melihat anak gajah yang sama pada hari Sabtu (13/11), dan langsung melaporkan situasi ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, yang selanjutnya menuntun para anggota balai konservasi ke lokasi.

Saat ditindak oleh pihak yang bersangkutan, kondisi belalai gajah sangat memprihatinkan disertai badan yang lemah serta terpisah dari kelompoknya.

Setelah dilakukan pemeriksaan dan sejumlah penanganan tanggap, akhirnya anak gajah tersebut dipindahkan ke Pusat Konservasi Gajah (PKG) Saree yang berada di Kabupaten Aceh Besar untuk mendapatkan perawatan.

Di saat yang bersamaan pula, tim dokter BKSDA mengambil tindakan untuk memotong belalai gajah tersebut akibat kondisinya yang semakin parah, dan dinilai akan semakin memperburuk keadaan apabila dibiarkan.

“Itu pilihan yang harus diambil, karena lukanya sangat parah dan membusuk. Jika dibiarkan, akan membahayakan kesehatannya,” ujar Rika, dokter hewan yang bertugas di PKG Saree.

Akibat kejadian tersebut pula, anak gajah yang dimaksud tidak dapat makan dengan benar sehingga harus dibantu oleh tim perawat. Pasalnya, selama ini gajah memang hanya mengandalkan bagian belalai untuk memasukkan makanan ke mulut mereka.

Anak gajah yang akhirnya mati
info gambar

Sempat dilaporkan membaik dengan ditandai kondisi yang sudah dapat berdiri dan bergerak dengan leluasa, namun situasi kebalikannya justru terjadi saat tim perawat menemukan anak gajah tersebut sudah tidak bernyawa pada Selasa (16/11) subuh.

Mengenai penyebab kematian, anak gajah sumatra tersebut dilaporkan mati akibat infeksi pada luka di belalainya dan gangguan pencernaan.

“Mengalami infeksi sekunder akibat luka terbuka yang berlangsung lama karena jerat, serta pencernaannya terganggu karena tidak optimal asupan makannya selama anak gajah liar itu terkena jerat di alam,” jelas Agus Arianto, Kepala BKSDA Aceh, mengutip Kumparan.

Kehidupan Gajah Sumatra di Barumun Nagari

Status dan populasi saat ini

Gajah Sumatra © Kiki Nasution/Shutterstock
info gambar

Sebagai salah satu satwa yang paling dilindungi, gajah sumatra (Elephas maximus ssp. Sumatranus) memang telah mengalami penurunan populasi yang sangat signifikan dari tahun ke tahun.

Dalam publikasi Kehati, pada tahun 1984-1985 populasi gajah sumatra diperkirakan ada di kisaran 2.400-4.800 ekor. Walau sempat bertahan, namun di tahun 2014 angka tersebut diperkirakan turun menjadi sebanyak 1.724 ekor, itu pun merupakan angka gabungan dari populasi gajah yang berada di Kalimantan.

Sementara itu berdasarkan data KLHK yang dipublikasi dalam catatan Kompas, pada tahun 2014 populasi gajah sumatra diketahui berada di angka 1.300 ekor, namun angka tersebut turun drastis nyaris mencapai 50 persen per tahun 2019 dengan sisa populasi hanya sekitar 693 ekor baik yang berada di kawasan konservasi dan kawasan luar di alam bebas.

Jika menilik statusnya pada daftar merah milik IUCN, gajah sumatra memang telah masuk dalam kategori Critically Endangered, alias satu langkah menuju status kepunahan di alam liar.

Sedangkan jika bicara mengenai status perlindungan, gajah sumatra termasuk salah satu satwa liar yang dilindungi, berdasarkan Peraturan Menteri LHK Nomor: P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar yang Dilindungi.

Anak Gajah Sumatra Lahir Lagi di Barumun Nagari

Kelahiran anak Gajah Sumatra satu hari berselang

Seakan menjadi penawar bagi kabar duka dari kematian anak gajah yang terjadi pada tanggal 16 November, sehari berselang tepatnya Rabu (17/11), kabar baik datang dari Kawasan Konservasi Tangkahan, Taman Nasional (TN) Gunung Leseur mengenai kelahiran seekor bayi gajah sumatra lainnya.

Bayi gajah berjenis kelamin jantan tersebut dilaporkan lahir pada Rabu dini hari sekitar pukul 03:00 WIB dari seekor induk gajah betina bernama Olive dan pejantan bernama Theo.

Dilaporkan memiliki lingkar badan mencapai 101 sentimeter dan tinggi bahu 80 sentimeter, kelahiran tersebut rupanya juga dilaporkan sebagai kelahiran anak gajah sumatra kedua yang terjadi di tahun 2021.

Sebelumnya pada tanggal 1 Februari 2021, indukan gajah sumatra betina bernama Sari dengan pejantan yang sama melahirkan anak gajah betina yang akhirnya diberi nama Boni.

Fitri, Gajah Sumatra yang Lahir di Hari Lebaran

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Siti Nur Arifa lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Siti Nur Arifa.

SA
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini