Pohon Jati Kluwih, Petilasan Sunan Kalijaga yang Dipercaya Berusia 500 Tahun

Pohon Jati Kluwih, Petilasan Sunan Kalijaga yang Dipercaya Berusia 500 Tahun
info gambar utama

Pohon jati yang tumbuh di wilayah Balai Padukuhan Selang 1, Desa Selang, Kecamatan Wonosari dianggap unik oleh masyarakat. Daun jati ini memiliki bentuk yang tidak lazim, karena bergerigi mirip daun kluwih.

Masyarakat setempat mengenalnya dengan nama pohon jati kluwih, paduan antara jati dan kluwih. Pohon ini memiliki buah, batang, dan aroma persis jati (Tectona Grandis), tetapi bentuk buahnya menyerupai kluwih (Artocarpus camansi)

Dijelaskan Info Gunung Kidul, meski tidak ada yang merinci awal mula munculnya pohon keramat ini. Masyarakat sekitar percaya bahwa pohon ini sudah ditanam sejak zaman para wali.

Karena kepercayaan itu, masyarakat lalu memagar pohon itu dengan tembok 10 x 10 meter, sementara batangnya dibalut dengan kain putih. Warga sekitar juga selalu menjaga lingkungannya agar tetap terawat, karena menganggapnya pohon keramat.

Mengenal Nothofagus, Pohon Asal Papua yang Disorot dalam Rapat UNESCO

Bukan hanya dijaga, bahkan beberapa orang rutin datang pada hari Kamis Wage dan malam Jumat Kliwon untuk mengunjungi pohon jati kluwih. Termasuk beragam kegiatan seperti bersih desa/rasulan, tempat ini selalu dijadikan pusat berkegiatan.

Ketua Dewan Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Drs. Bugiswanto menyatakan kegiatan itu merupakan salah satu upaya pelestarian budaya. Pasalnya tindakan untuk membalut pohon dengan kain putih merupakan isyarat agar masyarakat tidak menebang/merusak pohon tersebut.

"Alasannya, pohon besar dipastikan mampu menyimpan air demi keperluan manusia,” paparnya.

Sementara itu di Jatimulyo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, 25 kilometer dari selatan Yogyakarta terdapat juga sebuah pohon tua. Tinggi pohon ini mencapai 25 meter dengan keliling batang pada ketinggian 1 meter di atas permukaan tanah mencapai 4,24 meter.

Dikutip dari buku Trubus berjudul Pohon Purba Pelintas Zaman, Penjaga pohon bernama Paidi menuturkan masyarakat percaya pohon ini telah ada sejak zaman Sunan Kalijaga, walau memang tidak diketahui pasti.

Menurutnya bedasarkan cerita turun-temurun, kisah pohon ini masih berkaitan dengan penyebaran agama Islam yang dilakukan Sunan Kalijaga dengan Sunan Geseng di Dusun Banyuurip.

Bila benar pohon jati kluwih itu telah ada sejak zaman Sunan Kalijaga yang lahir pada 1460 Masehi. Maka umur dari pohon itu sekarang sudah mencapai lebih dari 500 tahun.

Legenda Sunan Kalijaga dengan Sunan Geseng

Pohon Jati Kluwih (Facebook Herman Janutama)
info gambar

Bagi masyarakat Jawa, terutama pada generasi tua di masyarakat pedesaan Yogyakarta, pohon jati kluwih dianggap tidak hanya tanaman jati biasa. Tanaman ini dipercaya memiliki keistimewaan karena berkaitan dengan legenda dan budaya masyarakat setempat.

Dikutip dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Daerah Istimewa Yogyakarta, cerita ini berkaitan dengan Sunan Kalijaga dengan muridnya bernama Sunan Geseng di wilayah Dusun Banyuripan, Desa Jatimulya Kecamatan Dodokan Kabupaten Bantul.

Memang daerah ini menjadi salah satu tujuan wisata religi di Yogyakarta, selain pohon kluwih yang terkenal, terdapat juga mata air bernama Blumbang Banyuurip atau Sumber Penguripan.

Dipercaya di Blumbang Banyuurip ini, Sunan Kalijaga memberi minum Sunan Geseng. Lokasi ini sekitar 500 meter ke arah timur dari Sendang Banyuurip yang biasa dikunjungi masyarakat.

Sementara itu dikisahkan Sunan Geseng ini dahulunya bernama Jebeng Cokro Joyo. Dirinya sebenarnya seorang petani yang sehari-hari bekerja sebagai penderes gula kelapa.

Suatu ketika saat sedang mendendangkan tembang Jawa sambil menderes pohon kelapa, tiba-tiba lewat Sunan Kalijaga. Dirinya pun tertarik dengan nyanyian Jebeng Cokro Joyo.

Cerita Tanaman Porang, Makanan Tentara Jepang saat Jajah Indonesia

Mengutip Inews, Sunan Kalijaga memberikan petuah kepada Jebeng Cokro Joyo. Karena kagum, dirinya kemudian ingin berguru dan ikut berkelana bersama salah satu Wali Songo ini.

Tetapi Sunan Kalijaga malah memerintahkan murid barunya ini untuk bertapa dan menjaga pusakanya. Setelah bertahun-tahun, telah tumbuh pohon bambu yang lebat sehingga Sunan Kalijaga membakar rerimbunan tersebut.

Daerah yang dibakar ini kelak menjadi Kampung Maladan, Jatimulyo, Dlingo, dan Bantul. Sementara itu pusaka yang dijaga oleh Jebeng Cokro Joyo, dicabut oleh Sunan Kalijaga dan menjadi Blumbang Banyuurip atau Banyu Penguripan.

Sedangkan pada saat pertemuan itu, mereka berdua juga melihat sebuah pohon. Terjadi perdebatan antara kedua orang ini tentang nama pohonnya, apa merupakan pohon jati atau kluwih.

Di tengah perdebatan itu pohon tersebut langsung berubah menjadi pohon jati dan daun kluwih. Sampai saat ini, pohon jati kluwih masih ada, tepatnya di Dusun Loputih, Jatimulyo, Dlingo.

Kayu bertuah yang mulai hilang

Pohon Jati Kluwih (Facebook: Tirto Tejo)
info gambar

Karena keunikannya, kayu jati kluwih ini sering dianggap bertuah oleh masyarakat Jawa. Walau secara ilmiah, tanaman ini tumbuh melalui proses adaptasi dengan lingkungan.

Terjadinya metamorfosa genetik, membuat terjadinya perbedaan spesies yang mencolok pada daunnya. Memang secara morfologis yang membedakan tanaman jati kluwih dengan kedua jenis jati lainya seperti Tectona grandis dan Tectona hamiltoniana adalah bentuk daunnya.

Tetapi secara taksonomis tanaman ini termasuk salah satu spesis dari tanaman jati, masuk dalam genus yang sama yaitu Tectona, tanaman jati kluwih ini secara taksonomi mempunyai nama ilmiah Tectona abludens.

Bedasarkan jurnal ilmiah karangan Muhammad Anis Fauzi dan kawan-kawan yang berjudul Variasi Morfologi Empat Spesies Jati (Tectona Sp) di Asia Tenggara: Potensi Pemulihan Pohon dan Bioteknologinya, jati kluwih tersebar dan ditemukan secara acak di hutan jati Pulau Jawa, terutama di daerah Desa Jati Mulyo Kecamatan Dlingo, Bantul dan Selang, Gunungkidul Yogyakarta.

Tectona abludens ditemukan oleh Santi dan Rudjiman, sekitar tahun 1991 serta diajukan menjadi spesies baru genus Tectona. Hasil koleksi herbarium Tectona abludens yang ditemukan di Dlingo dan Selang Yogyakarta dibandingkan dengan koleksi genus Tectona yang lain di Herbarium Kew London, Linnaean Society Herbarium London, Herbarium Bogor dan Herbarium Universitas Leiden Belanda.

Asal Tahu Saja, Pohon Pelangi Terindah di Dunia Ada di Indonesia

Informasi dari keempat tempat tersebut dinyatakan, bahwa belum terdapat spesimen koleksi Tectona abludens seperti yang telah ditemukan oleh Santi dan Rudjiman. Hal ini mendorong Rudjiman, untuk mengusulkan hasil temuan spesies baru ini dengan usulan nama latin Tectona abludens.

Sampai saat ini jenis ini belum dikembangkan dalam skala penanaman yang luas, hanya ditemukan tersebar pada daerah di sekitar hutan jati. Jumlah pohon di habitat alam yang sangat terbatas menyebabkan upaya konservasi Tectona abludens perlu segera dilakukan.

Sekarang pohon jati kluwih tergolong tanaman yang langka, apalagi pohon ini biasanya tumbuh di tempat keramat atau makam tua. Karena itulah masyarakat Jawa percaya bahwa pohon ini memiliki kekuatan supranatural yang tinggi.

Banyak yang percaya dengan menggunakan salah satu bagian dari pohon ini akan meningkatkan derajat, memperlancar rezeki, dan memberi keselamatan dalam perjalanan.

Karena itu pada masanya jati kluwih banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan pembuatan kerajinan, sebagai bahan untuk ukiran kayu, werongko dan gagang keris, landean tombak.

Tetapi pada masa kini, pohon ini sudah tergolong langka bahkan diambang kepunahan, terlihat dari tiga pohon tersisa di Banyuripan Bantul, Selang dan Tahura Bunder Gunungkidul yang tidak ditemukan buah.

Kondisi tersebut menyimpulkan bahwa tanaman ini sudah kehilangan kemampuan menghasilkan buah karena genetik basicnya rendah akibat kelangkaan populasi yang dialaminya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini