Upaya Pelestarian Lingkungan Melalui Pendekatan Budaya di Kaki Gunung Gede Pangrango

Upaya Pelestarian Lingkungan Melalui Pendekatan Budaya di Kaki Gunung Gede Pangrango
info gambar utama

Komunitas Pejuang Waktu kembali mengadakan acara pelestarian lingkungan yang bertema Cisadane Resik Volume ke-9 Merawat Tradisi, Bakti Alam Lestari yang berlokasi di kaki Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat (Jabar). Good News From Indonesia berkesempatan hadir dalam acara tersebut sembari menikmati pemandangan alam.

Agar sampai ke tujuan, memang diperlukan tenaga dan waktu yang ekstra. Selain jalan yang menanjak cukup tajam membelah bukit, beberapa jalur juga masih belum beraspal sehingga cukup memberatkan perjalanan.

Namun ketika telah sampai ke tempat tujuan di Lingkung Gunung Adventure Camp Bogor, tepatnya di Desa Cimande yang berada diketinggian 850 MDPL di kaki Gunung Gede Pangrango dan berhadapan langsung dengan puncak Gunung Salak.

Segala rasa lelah, setelah berjam-jam menaiki bukit terasa terbayar lunas. Tempat ini merupakan penginapan dengan suasana yang terkesan berada di tengah hutan dengan udara yang sangat sejuk, sangat ideal untuk memanjakan diri.

Tempat wisata ini menawarkan petualangan baru dengan pesona keindahan alam menakjubkan sehingga wisatawan bisa menikmati sensasi berpetualang, ngecamp, hingga berburu photo yang instagramable dengan latar belakang pegunungan yang mempesona.

Serunya Mengarungi Jeram Sambil Bersihkan Sampah di Sekitar Sungai

"Lingkung Gunung Adventure Camp menyediakan berbagai kegiatan seru dengan nuansa udara yang bersih dan sejuk disertai panorama dan vegitasi alami yang eksotis," ucap CEO PT Lingkung Gunung Sejahterah Irfan Fauzi Arief ketika ditemui oleh penulis GNFI di tempat wisata miliknya ini.

Selain memanjakan pengunjung dengan suasana alam yang meneduhkan hati. Lingkung Gunung juga sangat perhatian dengan kelestarian lingkungan yang berada di sekitar.

Hal ini dibuktikan dengan minimnya bangunan sipil, Lingkung Gunung lebih banyak dipenuhi dengan tempat berkemah juga beberapa bangunan semi permanen yang ramah lingkungan.

Memang tidak seperti tempat wisata lain, Lingkung Gunung sangat memperhatikan keberlangsungan lingkungan. Terutama pelestarian identitas dari Gunung Gede Pangrango yang memiliki hutan lebat dengan keanekaragaman flora dan fauna.

Karena itulah mereka sangat membuka diri bila ada kegiatan lingkungan yang ingin berkolaborasi. Terutama bila kegiatan lingkungan ini bisa membantu memperdayakan ekonomi masyarakat sekitar.

"Mau bertani silahkan, ini lahan banyak, mau pertanian organik silahkan, mau tanam buah-buahan boleh atau sayuran, nanti hasilnya di jual ke pengunjung. Lahannya dari saya, nanti kita bagi hasil," ucap Irfan.

Kegiatan lingkungan berbasis budaya dan ekonomi

Perguruan Silat Cimande (Dok: Pejuang Waktu)
info gambar

Bagi Irfan, salah satu aspek yang penting dari gerakan lingkungan adalah masyarakat itu sendiri. Karena itu berbagai kegiatan telah dirinya lakukan untuk mengedukasi masyarakat sekitar untuk berpartispiasi.

Salah satunya ada pemberian modal usaha kepada masyarakat sehingga bisa mandiri secara ekonomi. Selain itu juga menggerakan desa wisata agar para pengunjung Lingkung Gunung bisa merasakan suasana pedesaan di kaki Gunung Gede Pangrango.

Namun beragam proyek ini sering menghadapi jalan buntu, akibat minimnya kesadaran dari sebagian masyarakat. Mereka lebih mementingkan materi yang bisa dihitung dengan jari dibandingkan keuntungan lebih besar pada masa depan.

Sehingga hal ini sering membuat Irfan patah arang untuk memperdayakan ekonomi masyarakat sekitar. Apalagi melihat masih adanya oknum yang mengatasnamakan kelompok tertentu untuk kepentingan individu.

Tetapi Irfan sendiri masih yakin ada beberapa kelompok atau individu yang peduli akan lingkungan. Sehingga beragam kegiatan yang berbasis lingkungan sangat diapresiasi olehnya.

Terutama kegiatan yang dilakukan oleh para anak muda di komunitas Pejuang Waktu. Baginya kegiatan ini sangat bermamfaat bagi lingkungan di kaki Gunung Gede Pangrango pada masa depan.

Mereka Anak-Anak Muda Bogor yang Tak Lelah Menjaga Alam

"Kita apresiasi kegiatan Cisadane Resik. Karena di sini adalah hulunya, ujungnya bisa ke Tangerang. Jadi kalau secara teori, ketika hulunya baik, pasti hilirnya baik. Tentunya idealnya ketika proses ke hilir semua baik, tetapi sekarang lebih penting apa yang dipikirkan itu dilakukan," tegasnya.

Berlandaskan hal itu, Pejuang Waktu pada kegiatan Cisadane Resik kali ini berkolaborasi dengan induvidu dan kelompok masyarakat di sekitar kaki Gunung Gede Pangrango. Salah satunya adalah perguruan pencak silat Cimande yang cukup terkenal di Jabar, bahkan Indonesia.

Seperti kegiatan lingkungan yang pernah dilakukan Pejuang Waktu sebelumnya, kali ini mereka juga melakukan penanaman bibit tanaman dan juga bersih lingkungan. Tetapi salah satu hal yang mereka lakukan pada kegiatan kali ini adalah pendekatan budaya.

Sutanandika penggerak komunitas Pejuang Waktu melihat filosofi dari perguruan pencak silat Cimande bisa sangat berperan dalam pelestarian lingkungan. Sutan menjelaskan secara filosofi, pencak silat Cimande memiliki dua unsur, yaitu jasmani dan rohani.

Dalam pendekatan jasmani, pencak silat Cimande sangat terkenal dengan keahlian bela diri dengan kekuatan fisik yang kuat. Lalu pada pendekatan rohani, mereka pun terikat dengan beberapa larangan dan pantangan.

"Larangan itu dilarang memetik tanpa izin, dilarang memanen tanpa restu. Kita tidak mungkin memetik atau memanen tanpa menanam. Budaya itu yang menjadi irisan Cisadane Resik dengan pencak silat Cimande," ucapnya.

Kegiatan berbasis lingkungan untuk kesejahteraan masyarakat

Peserta Cisadane Resik (Dok: Pejuang Waktu)
info gambar

Sutan menjelaskan bahwa masyarakat sekitar sebenarnya menyambut positif setiap kegiatan yang berbasis lingkungan. Tetapi hal yang penting adalah mengkomunikasikan ide dan melibatkan mereka dalam pelaksanaan kegiatan.

Menurutnya beberapa kelompok masyarakat ada yang melihat kegiatan lingkungan sebagai proyek yang memiliki dana besar. Sehingga mereka baru akan terlibat bila mendapat keuntungan materi, padahal kegiatan ini terkadang minim sponsor.

Karena itu, jelas Sutan perlu upaya penyadaran masyarakat tentang kegiatan lingkungan yang berbasis sosial. Bahwa pelibatan masyarakat dalam program lingkungan sangat penting untuk kepentingan mereka sendiri.

Selain program lingkungan, dirinya juga menyoroti kondisi lingkungan di kaki Gunung Gede Pangrango. Menurutnya banyak kegiatan ekonomi yang belum memperhatikan kelestarian lingkungan.

Seperti pembukaan ekowisata yang masih berfokus pada eksploitasi dibandingkan eksplorasi. Walau beberapa masih cukup bagus karena menjaga pohon-pohon yang ada sehingga cocok untuk tempat wisata instagramable.

Tetapi masih saja ada beberapa oknum yang melakukan perusakan terhadap hutan di kaki Gunung Gede Pangrango. Dirinya melihat kondisi ini saat melakukan program penanaman pada acara Cisadane Resik.

Sutan mengutarakan saat perjalanan menuju Lingkung Gunung memang masih terlihat hutan yang rimbun. Tetap bila diperhatikan, di sisi kiri dan kanan jalan, telah banyak daerah yang telah gundul.

Soal Sampah Cisadane, Pejuang Waktu: Larangan Buang Sampah Tidak Efektif Tanpa Edukasi

Tentunya ini cukup mengkhawatirkan karena bisa membahayakan perjalanan sebab sisi kiri dan kanan merupakan jurang. Selain itu tidak adanya pohon pelindung, bisa mengakibatkan longsor bila terjadi curah hujan yang tinggi.

"Ekowisata memang mempertahankan kestabilan ekonomi, tetapi di satu sisi, izin pembabatannya perlu pengawasan yang ketat," ucapnya.

Karena itu, Pejuang Waktu pun mengajak masyarakat sekitar untuk terlibat dalam gerakan ekowisata. Salah satunya adalah pemberdayaan lahan yang diamanatkan oleh pengelola Lingkung Gunung.

Menurut Sutan, ada beberapa keuntungan yang bisa didapat oleh masyarakat ketika program ini berjalan dengan baik. Seperti untuk kesejahteraan masyarakat, ketahanan pangan, juga kelestarian lingkungan di kaki Gunung Gede Pangrango.

Tetapi dirinya meminta dukungan dari segala aspek baik pemerintah maupun swasta. Karena kegiatan ekowisata ini tentunya membutuhkan dana yang tidak sedikit.

"Harus muncul para filantropi dengan modal besar tetapi peduli dengan lingkungan. Karena pengerjaan ini tentu membutuhkan modal yang besar," pungkasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini