Babah Kuya, Toko Jamu Legendaris Berusia Dua Abad di Bandung

Babah Kuya, Toko Jamu Legendaris Berusia Dua Abad di Bandung
info gambar utama

Jamu merupakan obat tradisional Indonesia yang terbuat dari bahan-bahan alami seperti daun-daunan, buah, rimpang, dan rempah-rempah. Minuman jamu sudah dikonsumsi sejak zaman dahulu untuk mencegah dan mengobati berbagai penyakit.

Tradisi minum jamu diperkirakan sudah dimulai sejak 1300 M. Mengingat jenis tanaman herbal di Indonesia cukup banyak, ini membuat varian jamu pun beragam. Setiap daerah bisa jadi punya ciri khas sendiri dan menyesuaikan dengan tanaman herbal yang tumbuh di sana. Namun, umumnya jamu berbahan utama jahe, kunyit, kencur, kayu manis, dan temulawak yang diambil sarinya.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, 31,4 persen masyarakat Indonesia memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional dan 12,9 persen melakukan upaya kesehatan tradisional sendiri. Sebanyak 48 persen kesehatan tradisional yang dimanfaatkan berupa ramuan jadi dan 31,8 persen adalah ramuan buatan sendiri.

Di masa pandemi, nama jamu langsung naik daun karena masyarakat percaya bahwa jamu-jamuan seperti jahe, empon-empon, sambiloto, beras kencur, hingga kencur bisa meningkatkan daya tahan tubuh agar tak mudah terserang virus.

Dalam Rakernas Gabungan Pengusaha Jamu 2021, Sekjen Kemenkes drg. Oscar Primadi pun turut mendorong pengembangan dan pemanfaatan obat tradisional. Sebab kontribusi dari dunia usaha sangat penting dalam produksi obat tradisional agar dapat bersaing dengan produk obat tradisional dari luar negeri.

Bicara soal pengobatan tradisional, di Bandung, Jawa Barat, ada sebuah toko jamu legendaris yang sudah melayani pembeli sejak dua abad yang lalu. Tempat ikonik tersebut bernama Toko Jamu Babah Kuya.

Es Krim Jamu, Jajanan Sehat yang Memanfaatkan Rempah Alam

Bertahan ratusan tahun di tengah zaman modern

Di belakang bangunan pusat belanja Pasar Baru Bandung, terdapat sebuah toko jamu yang sudah berdiri sejak tahun 1800-an. Nama Babah Kuya sendiri merupakan nama panggilan dari masyarakat sekitar untuk sang pendirinya yaitu Tan Shio.

Toko ini setiap harinya ramai dikunjungi pembeli jamu dan rempah-rempah. Menempati bangunan jadul, Toko Jamu Babah Kuya nyatanya dapat bertahan melawan arus modernitas serta persaingan obat-obatan dari pabrik farmasi dalam dan luar negeri.

Toko Jamu Babah Kuya berlokasi di Jalan Pasar Barat nomor 44 dengan ciri khas bangunan didominasi warna kuning. Di sebelahnya juga ada toko yang masih milik keluarga di Jalan Jalan Pasar Selatan nomor 33 yang bercat putih-hijau. Jangan heran bila berkunjung ke toko jamu ini selalu ramai pembeli dan harus siap menunggu.

Ketika memasuki toko jamu ini, Anda akan disambut dengan berbagai wadah-wadah tempat penyimpanan rempah, tanaman herbal kering, dan jamu-jamuan. Bau rempah-rempah pun menyeruak di seluruh area toko ini. Jika bingung mau membeli jamu atau rempah apa, pengunjung pun bisa berkonsultasi dengan pemilik untuk mendapatkan ramuan yang tepat sesuai kondisi. Setelah itu, pelanggan juga akan dijelaskan bagaimana cara mengolah dan menyajikan jamu yang sudah dibeli.

Tan Han Yang atau Hendra kini menjadi pemilik Toko Jamu Babah Kuya generasi ke lima. Ia dengan cekatan melayani pembeli, memberikan konsultasi, dan menjelaskan cara minum jamu kepada pelanggannya.

Kata Hendra, hampir semua penyakit ada racikannya dan bisa dibuatkan sesuai dengan pesanan. Adapun racikan jamu yang laris di toko ini untuk pengobatan diabetes, asam urat, maaf, kolesterol tinggi, masalah kesuburan, bahkan hingga urat terjepit.

Meski sudah berdiri sejak dua abad yang lalu dan diwariskan lintas generasi, kondisi toko jamu ini tidak banyak berubah, hanya saja bangunannya yang diperluas.

Menyesap Jamu di Kedai Jamu Bernuansa Modern

Jamu racikan keluarga

Di Indonesia, kita mengenal produk jamu yang sudah diracik dan dijual dalam bentuk kemasan dengan berbagai merek. Namun, produk semacam itu tidak akan Anda temukan di Toko Jamu Babah Kuya. Jamu yang dijual di toko ini hanya racikan mereka sendiri dan tidak menjual produk titipan atau jamu yang diproduksi dari luar. Sehingga tidak ada merek-merek lain yang dijual di toko ini.

Seluruh resep jamu yang dijual di Babah Kuya merupakan racikan keluarga yang sudah diwariskan turun-temurun. Namun, ada juga yang dikembangkan seiring berjalannya waktu sehingga variannya terus bertambah. Dari resep tersebut saja, toko ini memiliki ratusan resep jamu dan rempah-rempah yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan pembeli.

Untuk membuat racikan jamu, sang pemilik telah mengumpulkan berbagai buku referensi tentang rempah-rempah dari Belanda, Korea, hingga ke China.

Selain membeli jamu, banyak juga pengunjung yang membeli rempah-rempah. Di toko ini bisa ditemukan banyak jenis rempah seperti jahe merah, kayu manis China, binahong, delima putih, daun dewa, tanaman sambung nyawa, daun kitolot, daun murbai, jamur kayu, kulabet, cecenet, cabai Jawa, sambiloto, buah merah Papua, antanan, dan antehai. Sebagian besar rempah dan herba sudah dikeringkan dan sebagian ada juga yang digiling.

Selain lengkap, harga jamu di toko ini pun cukup terjangkau. Misalnya, satu kemasan kecil jamu siap seduh dijual dengan harga Rp10 ribu sedangkan ukuran besar sekitar Rp200 ribu sesuai jenisnya.

Sumber :

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/berita-utama/20210527/4737841/konsumsi-jamu-jadi-upaya-promotif-preventif-ini-manfaatnya/
https://www.ayobandung.com/bandung/pr-79715706/toko-jamu-babah-kuya-bandung-layani-pelanggan-lebih-dari-2-abad?page=all
https://info.pikiran-rakyat.com/?q=direktori/toko-obat-alternatifherbal/kota-bandung/toko-babah-kuya
Di Tengah Pandemi, Perusahaan Jamu Indonesia Berhasil Raih Penghargaan Forbes

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia.

DA
MS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini