Hewan Penyelamat Bangladesh dalam Menghadapi Erosi Air Laut

Hewan Penyelamat Bangladesh dalam Menghadapi Erosi Air Laut
info gambar utama

Bangladesh menjadi negara yang harus merasakan ganasnya perubahan cuaca yang ekstrem, akibat dari fenomena-fenomena perubahan iklim. Bagaimana tidak? Pantai di daerah Bangladesh, terkhusus Pulau Kutubdia, telah terkikis secara terus menerus akibat ombak yang menghantam dan kondisi permukaan air laut yang semakin tinggi.

Es di kutub yang mencair akibat pemanasan global membuat volume air laut bertambah dan menyebabkan sebagian permukaan daratan bumi tenggelam oleh air. Hal ini memanglah hasil dari perubahan iklim, yang membuat pantai di Bangladesh rentan terhadap segala tekanannya.

Dilansir dari Aljazeera, Pulau Kutubdia telah kehilangan 30 meter garis pantai yang sebenarnya dalam setahun. Akibat dari pengikisan pantai ini pula, air laut mendominasi pulau ini, membuatnya tenggelam, dan berakibat pada kehidupan penduduk di sana.

Sejak 1991, 50.000 penduduk harus mengungsi ke wilayah lain. Pertanian dan perkebunan mereka cenderung terus gagal akibat terendam oleh air laut yang asin. Mereka tidak bisa bercocok tanam, selain karena gelombang panas akibat pemanasan global, tetapi juga karena terendam oleh air asin, sehingga mereka kekurangan pasokan pangan dan juga kehilangan mata pencaharian.

Kondisi Bangladesh tersebut kemudian menarik ilmuwan-ilmuwan untuk meneliti dan menemukan solusi untuk permasalahan iklim yang menimpa negara ini selama bertahun-tahun.

Para pakar lingkungan berusaha untuk mencari solusi akan permasalahan iklim ini dengan cara yang juga ramah lingkungan. Hal ini dikarenakan, apabila tidak segera ditemukan solusinya maka pada tahun 2050, satu dari setiap tujuh orang Bangladesh akan mengungsi karena perubahan iklim. Pada akhirnya, di tahun 2012, mereka menemukan pahlawan yang dapat menyelamatkan Bangladesh dan penduduknya.

Mengenal kerang tiram

Kerang © Unsplash/NOAA
info gambar

Cara ini merupakan inovasi yang termasuk ke bidang rekayasa lingkungan atau ekologi, dengan mementingkan ekosistem antar manusia dengan alamnya, dengan membentuk terumbu tiram. Kerang tiram tersebut mengelompok pada permukaan keras yang terendam air dan bergabung bersama untuk menciptakan struktur terumbu karang.

Terumbu tiram ini merupakan kerang tiram yang membentuk koloni di batu karang-batu karang di pesisir pantai sehingga menjadi sebuah ‘tembok’ yang terbuat dari sekumpulan kerang. Pembuatan tembok kerang ini nyatanya membantu menghalau ombak yang terus mengikis pantai. Dengan adanya tembok alami dari kerang tersebut, tekanan ombak menjadi terhambat atau diperlambat.

Sampai sejauh ini, tembok atau benteng kerang yang telah dibuat berhasil memperlambat proses erosi pantai dengan baik. Sejak ditemukannya inovasi ini, erosi pantai berkurang sampai di angka 56 persen, mengutip dari Aljazeera.

Dalam pencegahan terkikisnya garis pantai dan tenggelamnya permukaan dari Pulau Kutubdia ini, tembok kerang juga memiliki peran lain selain menghalau ombak. Ombak yang menghantam tembok ini dengan membawa sedimentasi seperti pasir dan unsur padat dari dalam laut lainnya, membuat endapan baru di belakang tembok.

Hal itu berdampak pada semakin tingginya daratan Bangladesh yang sudah terendam oleh air laut karena erosi. Terumbu karang memberi tepian pantai yang lebih luas dan perairan yang lebih tenang

Dampak tembok tiram lainnya untuk lingkungan adalah mereka menyaring dan mempertahankan nutrisi dalam air, menyediakan pemijahan dan tempat berlindung bagi ikan, dan dengan demikian meningkatkan keanekaragaman hayati didokumentasikan dengan baik. Terumbu tiram menyediakan habitat bagi hewan lain, rumah hidup untuk kehidupan laut, meningkatkan kualitas air dan meningkatkan pertumbuhan lamun.

Selain itu, tembok karang ini juga berdampak pada pendapatan potensial bagi masyarakat lokal. Hal ini dikarenakan karang menghalau ombak yang menyerang tanaman masyarakat, dan juga panen pengembangbiakkan kerang tiram yang dapat dijadikan pangan penduduk.

Berhubungan dengan COP26 yang diselenggarakan sejak tanggal 31 Oktober sampai 12 November 2021, diharapkan inovasi di bidang rekayasa lingkungan atau ekologi ini dapat bermanfaat dalam mengurangi dampak perubahan iklim bagi negara Bangladesh.

Bagaimana? Luar biasa kan pahlawan erosi air laut yang satu ini?

Referensi:The Daily Star | Aljazeera | BBC

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini