Jadi, Pilih Boeing F-15EX atau Dassault Rafale, Pak Prabowo?

Jadi, Pilih Boeing F-15EX atau Dassault Rafale, Pak Prabowo?
info gambar utama

Berakhir sudah penantian lama itu. TNI AU sudah memutuskan untuk tidak lagi ‘mengejar’ Sukhoi SU-35 buatan Rusia untuk memperkuat armada tempurnya, dan pilihan pun mengerucut pada dua, yakni Boeing F-15 EX buatan AS, atau Dassault Rafale buatan Prancis.

"Kami menginginkan pesawat generasi 4,5 dan menginginkan yang heavy atau medium ke atas. Karena kita saat ini sudah ada F-16 sudah ada Sukhoi buatan Rusia," kata Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, seperti dikutip CNN Indonesia.

TNI AU sendiri berencana mendatangkan tiga skadron, atau kurang lebih 30 pesawat.

Marsekal Fadjar juga menyatakan bahwa tim dari F15 EX sudah menemuinya, dan jika Indonesia memesan pesawat tempur tersebut saat ini, maka paling cepat akan bisa memperkuat armada udara Indonesia pada tahun 2027.

Sementara itu, pada akhir November 2021 lalu, Menteri Eropa dan Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian menemui Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan dikabarkan oleh harian The Straits Times Singapura, bahwa Prancis menanyakan langsung kelanjutan minat Indonesia akan 36 unit pesawat tempur Rafale, yang Juni 2021 lalu sudah ada Letter of Intent-nya.

Lalu, kira-kira, Indonesia akan condong ke mana? Membeli F15, atau Rafale? Atau membeli keduanya?

Rasanya jawaban pastinya belum bisa kita dapatkan dalam waktu dekat. Tapi mari kita sedikit mengintip keungguluan keduanya.

F-15 Eagle II sendiri merupakan jet tempur buatan Boeing yang bermarkas di Chicago, Amerika Serikat (AS). Dulunya, F15 adalah pesawat tempur buatan McDonnell Douglas sejak pertengahan tahun 70an. Pada tahun 1997, Boeing mengakuisisi McDonnell Douglas melalui stock-swab senilai 13 milyar dolar AS.

Sedangkan Rafale merupakan jet tempur yang dibuat oleh perusahaan Dassault Aviation yang bermarkas di Paris, Prancis. Pesawat tempur ini diperkenalkan secara resmi pada tahun 2001, dan saat ini sudah ada tiga negara penggunanya, yakni Prancis, India, Qatar, dan UAE yang baru saja melakukan pembelian.

Lalu, siapa yang lebih unggul dari keduanya?

Pesawat tempur F-15EX dikembangkan oleh Boeing untuk melengkapi daya gempur pesawat-pesawat tempur AS terbaru, yakni F-35 buatan Lockheed Martin. Pesawat ini adalah varian terbaru dari seri F-15 yang legendaris itu.

F-35 sendiri memang pesawat siluman yang mampu menghindari deteksi radar musuh, tapi F-15EX mampu terbang lebih tinggi, lebih jauh dan lebih cepat dan membawa lebih banyak persenjataan.

Keduanya akan saling melengkapi dalam berbagai jenis skenario pertempuran. F-35 akan menjadi garis depan sementara F-15EX masih bisa menjadi pekerja keras. F-15EX juga akan menggantikan F-15C yang menua dan mengimbangi kecepatan akuisisi F-35 yang lebih lambat juga.

AU Amerika Serikat (USAF) sendiri membutuhkan F-15EX sebagai pesawat stop gap yang melengkapi pesawat tempur barunya F-35.

Saat ini, pengguna F15 berbagai seri tersebar di antara sekutu-sekutu AS, yakni Israel, Jepang, Korsel, Qatar, Saudi Arabia, Singapura, dan tentu saja Amerika Serikat. Menurut Boeing, sejauh ini F-15 telah menembak jatuh lebih dari 100 pesawat musuh dalam konflik di seluruh dunia, tanpa sekalipun ditembak jatuh dalam pertempuran udara.

Sumber: Boeing
info gambar

F-15 pada awalnya dimaksudkan untuk menjadi pesawat tempur yang ditujukan untuk pertempuran di udara melawan pesawat tempur musuh, hingga kemudian varian multiperannya, F-15E Strike Eagle, muncul pada 1980-an. F-15EX sendiri didasarkan pada varian F-15E yang dijual ke Qatar dan Arab Saudi dalam dekade terakhir.

Menurut Angkatan Udara AS, F-15EX berbeda dari pendahulunya terkait arsitektur sistem yang memungkinkan kemudahan upgrade. F-15EX akan memiliki kontrol penerbangan fly-by-wire baru, sistem peperangan elektronik baru dan sistem kokpit canggih dan akan dilengkapi untuk peperangan net-centric. F-15EX muncul sebagai akibat dari kekhawatiran atas biaya pesawat tempur siluman F-35 yang terlalu besar.

Sementara, Rafale tergolong pemain ‘baru’, meski tentu saja Prancis sama sekali bukan pemain baru dalam membuat pesawat. Pesawat-pesawat Mirage sudah lama kita kenal dan penggunanya pun menyebar ke berbagai negara. Dalam hal bobot dan dimensi, F-15EX secara signifikan lebih besar dari Rafale. F-15EX memiliki berat lepas landas maksimum sekitar 36 ton.

Boeing mengklaim F-15EX dapat membawa lebih dari 13 ton senjata dan bahan bakar di bawah sayap dan badan pesawatnya, yang jauh di atas kapasitas muatan yang dipublikasikan Rafale sebesar 9,5 ton. Selain itu, F-15EX memiliki tangki bahan bakar konformal untuk meningkatkan jangkauan dan peralatan navigasi canggih untuk misi serangan darat tingkat rendah.

Boeing mengklaim satu F-15EX dapat membawa hingga 22 rudal udara-ke-udara, jauh lebih banyak daripada pesawat tempur mana pun yang diproduksi sekarang.

Sumber : AFP
info gambar

Rafale dan F-15 telah banyak berkompetisi dalam tender pesawat di tahun-tahun sebelumnya. Kedua pesawat tersebut merupakan 'finalis' dalam kontrak di Korea Selatan dan Singapura pada awal 2000-an. Pada tahun 2002, Korea Selatan memilih varian F-15E daripada Rafale dalam kesepakatan untuk 40 jet, sementara pada tahun 2005, Singapura juga memilih jet AS tersebut.

Keberhasilan F-15E, kemudian, dikaitkan dengan kematangan relatif dari desain, dibandingkan dengan Rafale, yang saat itu baru dalam ekosistem AU Prancis. Selain itu, hubungan strategis yang kuat yang dimiliki Korea Selatan dan Singapura dengan AS juga dikaitkan sebagai faktor signifikan.

Sementara itu, India memutuskan untuk membeli Rafale (yang beberapa unit sudah mulai berdatangan memperkuat AU India). Pada saat tender, Rafale berkompetisi dengan Eurofighter Typhoon (Inggris), Lockheed Martin F-16IN (AS), Boeing F/A-18E/F (AS), Saab JAS 39 Gripen (Swedia), and Mikoyan MiG-35 (Russia).

India sendiri akhirnya memilih Rafale karena biaya operasional dan pemeliharaan yang lebih murah dibandingkan para pesaingnya.

Sebenarnya, membandingkan F-15EX dengan Rafale rasanya kurang tepat. Keduanya berada di kategori yang berbeda, untuk pertempuran yang berbeda. Seperti membandingkan senapan mesin ringan dengan senapan serbu, keduanya penting, mematikan, tapi tentu saja berbeda.

Meski begitu, jika harus dibandingkan, keduanya punya keunggulan masing-masing. Untuk F-15EX, seperti sudah disampaikan di atas, adalah pesawat besar dengan kemampuan bermacam-macam, terbang lebih cepat dari Rafale, lebih tinggi, dan mampu membawa persenjataan jauh lebih banyak.

Namun, Rafale juga punya keunggulan. Pesawat tempur ini memiliki Radar Cross Section (RCS) yang jauh lebih kecil, jadi lebih sulit didekteksi radar musuh, meski tentu masih bisa terdeteksi radar. Selain itu, jika Prancis mengijinkan Indonesia memiliki semua fitur Rafale, maka kemampuan untuk membawa hulu ledak nuklir tentu akan menjadi pembeda, karena di sisi lain F15EX yang juga memiliki kemampuan serupa, namun AS tak akan menyertakan fitur tersebut untuk pemakai luar negeri.

Rafale juga memiliki proses “multi-sensor data fusion” yang disediakan oleh semua sensor pesawat. Intinya, konsep ini yang memungkinkan pilot untuk bertindak sebagai “pengambil keputusan taktis” sejati, daripada hanya menjadi operator sensor. Sesuatu yang tidak dimiliki oleh F-15EX. Rafale juga tergolong pesawat baru, sehingga platform dan ‘sasis-nya’ lebih baru dari F-15.

Jadi, pilih yang mana, pak Prabowo?

Referensi:

The Week | Janes | Aviatia |

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

AH
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini