Memahami Sistem Kurikulum Prototipe, Lebih Unggul Dibanding Kurikulum Sebelumnya?

Memahami Sistem Kurikulum Prototipe, Lebih Unggul Dibanding Kurikulum Sebelumnya?
info gambar utama

Indonesia akan kedatangan kurikulum baru di tahun 2022 mendatang, yakni kurikulum prototipe. Sementara itu dalam dunia pendidikan, kurikulum memang memiliki peran sangat penting dalam kelangsungan proses dan sistem pembelajaran berupa rancangan pengajaran baik bagi guru maupun siswa.

Adapun jika didefinisikan secara lebih detail menurut Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 19, dijabarkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Faktanya dua tahun semenjak merdeka, Indonesia telah memiliki kurikulum pertama dalam rangka merancang kelangsungan proses pendidikan agar masyarakat tanah air mulai dapat membentuk karakter dengan latar belakang pendidikan yang berkualitas.

Lebih detail, kurikulum pertama yang dimiliki Indonesia lahir pada tahun 1947 dengan masih menggunakan nama ‘Rencana Pelajaran 1947’. Penggunaan istilah ‘kurikulum’ sendiri baru digunakan pada tahun 1968 dan terus bertahan hingga saat ini.

Bedanya, dari waktu ke waktu kurikulum pasti juga ikut mengalami perubahan yang terus disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Terbaru, nama Kurikulum Prototipe mencuat sebagai sistem kurikulum baru yang kabarnya sudah mulai bisa digunakan di tahun 2022.

Perubahan Kurikulum di Indonesia, Apa Manfaatnya?

Ihwal kemunculan kurikulum prototipe

Sekolah daring
info gambar

Situasi pandemi yang juga memberi dampak kepada dunia pendidikan memang membuat proses pembelajaran menjadi lebih terhambat. Sekadar informasi, pada saat pandemi pertama kali terjadi pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) telah menghadirkan kurikulum darurat.

Kurikulum darurat sendiri merupakan salah satu pilihan yang dapat diambil oleh pelaksana pendidikan atau dalam hal ini sekolah yang melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) baik untuk jenjang mulai dari PAUD hingga SMA/SMK dengan menyederhanakan kompetensi dasar.

Di saat yang bersamaan, meski ikut melaksanakan PJJ selama pandemi nyatanya tetap ada sekolah yang menggunakan kurikulum 2013 secara penuh.

Hasilnya, Kemendikbud-Ristek melihat bahwa sekolah yang menggunakan kurikulum darurat ternyata lebih maju empat sampai lima bulan baik dari segi kualitas dan waktu pembelajaran dibanding sekolah yang masih menggunakan kurikulum 2013 secara penuh.

Melihat kondisi tersebut, menghadapi tahun 2022 mendatang yang dibarengi dengan target untuk memulihkan pembelajaran secara nasional, akhirnya Kemendikbud-Ristek menghadirkan kurikulum baru yakni Kurikulum Prototipe.

Belajar Daring Selama Pandemi, Kesehatan Mata Anak Memburuk

Menghilangkan penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa di tingkat SMA

Ilustrasi penjurusan
info gambar

Dalam keterangan resmi yang dipublikasi, dijelaskan bahwa kurikulum prototipe pada dasarnya merupakan lanjutan dari kurikulum darurat. Satu hal yang perlu diperhatikan, sifat kurikulum ini opsional sehingga tidak bisa disebut sebagai kurikulum dasar 2022.

Artinya, setiap sekolah dibebaskan apakah ingin tetap menggunakan kurikulum 2013, kurikulum darurat, atau berpindah ke kurikulum prototipe, selama tetap mengacu pada standar nasional pendidikan di Indonesia.

Seperti apa sistem dari kurikulum prototipe dan perbedaan apa yang dibawa?

Anindito Aditomo, selaku Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) menjelaskan, bahwa kurikulum prototipe bertujuan untuk memberi ruang yang lebih luas bagi pengembangan karakter dan kompetensi dasar siswa.

Lebih detail, kurikulum prototipe disebut memiliki tiga karakter utama yang terdiri dari;

  • Pengembangan kemampuan non-teknis (soft skills) yang mendapat porsi khusus melalui pembelajaran berbasis proyek,
  • Berfokus pada materi esensial untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar, dan
  • Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan murid.

Ketiga karakter tersebut pada akhirnya memunculkan kondisi bahwa bagi sekolah yang menggunakan kurikulum prototipe di waktu yang akan datang, tidak akan lagi menerapkan pengelompokan berdasarkan penjurusan IPA, IPS, atau Bahasa, karena siswa lebih diarahkan untuk fokus kepada bidang serta minat yang mereka miliki.

“Alih-alih dikotakkan ke dalam jurusan IPA, IPS dan Bahasa, siswa kelas 11 dan 12 akan boleh meramu sendiri kombinasi mata pelajaran yang sesuai dengan minatnya,” ujar Anindito, mengutip Kompas.com.

Lebih detail, adapun yang dimaksud dengan ‘meramu’ adalah setiap siswa bisa memperkirakan dan memilih sendiri kira-kira mata pelajaran apa saja yang memang cocok dengan rancangan karier dan masa depan yang sudah mereka miliki di waktu yang akan datang.

Misal, ketika ada seorang siswa yang ingin menjadi insinyur, mereka bisa fokus untuk mengambil mata pelajaran matematika lanjutan dan fisika lanjutan tanpa mengambil biologi.

Yang perlu diperhatikan, tetap ada mata pelajaran wajib serta muatan lokal (mulok) yang harus diambil untuk pembentukan karakter di mana mata pelajaran wajib tersebut terdiri dari Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, PJOK, Sejarah, dan Seni.

Pemberdayaan Konselor Sekolah Pada Pengenalan Potensi Belajar Siswa

Respons masyarakat dan hasil evaluasi

Munculnya kabar dan kehadiran kurikulum baru ini terpantau mendapat cukup banyak respons positif dari masyarakat. Meskipun awalnya, kabar kemunculan kurikulum baru sempat mendapat respons skeptis mengenai ‘tradisi’ pergantian kurikulum setiap pergantian Menteri Pendidikan yang dinilai kurang memberikan hasil maksimal.

Selama ini, masyarakat khususnya di kalangan pelajar memang banyak yang mengharapkan bahwa sistem pendidikan Indonesia dapat mengadopsi sistem yang diterapkan di negara lain, di mana setiap pelajar atau siswa dapat menjalani pendidikan yang lebih fokus terhadap pengasahan soft-skill dan materi pembelajaran yang berhubungan dengan minat masing-masing siswa.

Di lain sisi, Anindito juga menjelaskan bahwa kurikulum prototipe ini sejatinya sudah diterapkan secara terbatas di sebanyak 2500-an sekolah penggerak di seluruh Indonesia melalui program sekolah penggerak.

“Bagaimana hasil evaluasinya? Detailnya sedang diolah oleh tim, tapi secara keseluruhan sangat positif…” pungkasnya.

Punya Kurikulum Berbeda, Bagaimana Sistem Pendidikan Sekolah Internasional di Indonesia?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Siti Nur Arifa lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Siti Nur Arifa. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini