Menguak Patung Verbraak yang Konon Bisa Berjalan di Taman Maluku

Menguak Patung Verbraak yang Konon Bisa Berjalan di Taman Maluku
info gambar utama

Di Bandung terdapat satu mitos yaitu sebuah patung dengan tinggi empat meter bernama Patung Pastor Verbraak. Masyarakat Kota Kembang menyebut patung yang berada di Taman Maluku di daerah Bandung Wetan ini bisa berjalan sendiri.

Dinukil dari Detik, pastor Katolik ini disebut tewas dalam kecelakaan pesawat. Sementara itu jenazahnya dikubur dalam monumen patung tersebut.

Dipercaya mata dari patung ini akan terus mengawasi langkah-langkah orang di sekitarnya. Selain itu diceritakan, patung ini sering mengangguk saat lonceng katerdal berbunyi. Sementara itu halaman buku yang dirinya pegang akan berubah setiap hari.

Banyak yang percaya, ketika malam patung ini juga sering berjalan gelapnya taman Maluku. Patung ini akan bergerak naik turun, bahkan di area ini dipercaya ada penunggu yaitu sosok raksasa dan wanita berbaju merah.

Dipaparkan oleh Correcto, banyak orang menganggap patung ini yang paling menyeramkan. Namun ada juga yang menyatakan pindahnya patung ini karena pengaruh gaib.

Kematian Nyai Dasima, Tragedi Cinta dan Bujukan yang Berbalut Agama

Biasanya makhluk gaib ini akan memanipulasi penglihatan manusia. Selain itu ada menyebut ini efek cahaya di mana hal ini terjadi karena kesalahan mata menangkap gambaran patung ketika malam hari.

"Karena patung ini terdiri dari satu warna jadi manusia sulit membedakan mana wajah dari patung tersebut," tulis Ekel Suranta Sembiring dalam artikel berjudul Patung Pastor di Taman Maluku Bandung, menyimpan misteri dapat berjalan dan pindah-pindah pada malam hari, benarkah?

Sementara itu Arya Vidya Utama dalam artikelnya berjudul Urban Legend: Menguak Misteri Patung Pastormenyatakan dalam pengamatannya memang patung ini seolah-olah melihat ke arah kita berdiri. Apalagi ketika disorot dengan lampu senter.

"Bisa jadi bagian yang seolah-olah melihat itu sebetulnya adalah bagian samping atau belakang kepala patung, bukan bagian wajah," tegasnya.

Hal ini ditambah tidak adanya penerangan di sekitar patung. Sehingga mata orang yang melihat patung ini salah menangkap objek yang dilihat, dalam kasus ini patung Verbraak.

Tidak pernah menginjakkan kaki di Bandung

Patung Pastor Verbraak memang dikelilingi oleh beragam mitos. Selain dipercaya terdapat kekuatan mistis, sampai cerita tentang kecelakaan pesawat yang dialami oleh sang pastor di lokasi tersebut.

Padahal tidak ada berita terkait kecelakaan pesawat yang dialami oleh pastor. Bahkan sebenarnya sosok Pastor Verbraak tidak pernah menginjakkan kaki di Tanah Priangan.

Dipaparkan oleh Mooi Bandoeng, Henricus Christiaan Verbraak dilahirkan di Rotterdam pada 24 Maret 1835. Awalnya, dia ingin menjadi seorang pedagang. Tetapi pada umurnya yang ke 27, dia memilih untuk belajar teologi.

Pada tahun 1869 dirinya ditahbiskan untuk menjadi seorang pendeta. Verbraak menetapkan hatinya untuk menjadi seorang misionaris di Indië. Pada 15 Oktober 1872, dirinya sampai di Padang untuk melakukan tugas pertamanya.

Dari Padang, pada tanggal 29 Juni 1874 dirinya bertolak ke Aceh dan akan tinggal di sana hingga 23 Mei 1907. Selama bertugas di Aceh, selama 33 tahun Verbraak melakukan tugas dengan penuh pengabdian walau tengah berada dikancah perang.

Tarian Nini Thowong, Permainan Boneka Arwah yang Penuh Mistis dari Jawa

Sampai tahun 1877, Verbraak bahkan harus tinggal di sebuah gubug sederhana yang sekaligus menjadi tempat pelayanannya. Dari sana dia melayani 2000 orang, 1500 di antaranya adalah tentara.

Tahun 1896-1897 menjadi tahun yang paling menyibukkan bagi seorang Pastur Verbraak. Ketika itu tiap malam ada korban yang diantar ke rumah sakit. Verbraak sudah siap duduk di samping tempat tidur untuk menghibur mereka.

Verbraak juga mengunjungi para pasien kolera. Dirinya tidak menghiraukan risiko tertular kolera di barak. Dia bahkan tidak takut berada di tengah hujan peluru untuk menghibur dan menenangkan para tentara di medan perang.

Pastor Verbraak juga layaknya seorang bapak yang penuh kasih dengan mencari panti asuhan dan orang tua angkat untuk anak-anak yang tertinggal dan tidak terurus. Semua institusi di Aceh, juga mendapat imbauan dari Verbraak untuk membantu anak-anak yatim piatu ini.

Pemerintah kemudian menganugerahkan gelar Ridder in de Orde van den Nederlandsche Leeuw (Ksatria dalam orde Singa Belanda) untuk Verbraak. Gelar ini dia terima disamping Medali Aceh dan bintang Ekspedisi yang telah dimilikinya.

Tahun 1907 Pastor Verbraak memutuskan untuk berhenti bekerja setelah 33 tahun bekerja tanpa henti di daerah tropis. Sepeninggal Verbraak, umat yang terkenang mendirikan patung Pastor Verbraak di Simpang Pante Pirak dan Peunayong, dekat gerejanya.

Setelah pensiun, Verbraak bermukim di Magelang, kota militer di Jawa Tengah. Tiga tahun kemudian Verbraak meninggal dunia. Jasadnya dikubur dengan upacara kehormatan militer.

"Musik duka terdengar di hati ribuan masyarakat yang berkabung. Verbraak telah mengabdikan hidupnya untuk orang lain, dia hidup di antara militer di Indië, pekerjaannya mengikuti dia," tulis
Ridwan Hutagalung dalam artikel berjudul Riwayat Pastor Verbraak yang Tak Pernah ke Bandung.

Sejarah Patung Pastor Verbraak

Dikabarkan dari Kumparan, sebelum di Bandung, Patung Pastor Verbraak pernah dibangun di Simpang Pante Pirak dan Peunayong, Aceh. Namun patung ini sudah tidak ada lagi.

Sementara itu pada tahun 1922, Pemerintah Kota Rotterdam memberikan penghargaan kepada
Verbraak sebagai warga kota teladan atas pengabdiannya kepada kemanusian.

Sebagai cara mengenang akan jasanya sebuah lembaga di Bandung bernama The Dutch East Indian Army mengumpulkan dana. Dana tersebut akan digunakan untuk mendirikan Patung Pastoor Verbraak.

Patung tersebut dibangun pada 27 Januari 1922 di Moulekken Park (sekarang Taman Maluku) dan dirancang oleh seniman Belanda G.J.W. Rueb. Taman Maluku dibangun pada tahun 1919 oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan nama Moulekken Park.

Dilansir dari Galamedia News, taman ini memiliki luas 6.000 meter. Lalu berganti nama ketika
Presiden Soekarno melarang penggunaan Bahasa Belanda pada tahun 1950 an.

Begitu masuk ke dalam taman, pengunjung akan serasa sedang berada di dalam hutan. Meski di luar banyak kendaraan lalu lalang, nuansa tropis bakal sangat terasa. Di taman ini sendiri banyak ditemui pepohonan jenis bungur dan ki angsret.

Naga dalam Mitologi Jawa, Dewa Pelindung yang Terukir pada Tempat Sakral

Pada awalnya, taman ini diperbolehkan untuk dimasuki oleh siapa saja. Tetapi karena sering digunakan untuk tempat mangkal PSK dan dihuni oleh tunawisma, pemerintah setempat lantas mendirikan pagar setinggi dua meter.

Sedangkan di tengah-tengah, terdapat sebuah kolam dengan ukuran cukup besar. Selain itu terdapat beberapa fasilitas seperti kursi, tempat sampah, dan juga akses WiFi gratis.

Dikabarkan dari Traveling Yuk, pada 2015 silam, pemerintah Kota Bandung menyatakan akan menyulap Taman Maluku menjadi ruang terbuka hijau. Tiga tahun berselang, harapan tersebut sedikit demi sedikit mulai terwujud.

Meski ada urban legend soal Patung Pastor Verbraak yang terdapat di Taman Maluku. Tempat ini masih menjadi salah satu tempat favorit warga Bandung untuk berkumpul.

Di pagi hari, takkan sulit menemukan sekelompok pemuda yang asyik bermain skateboard di sini. Tak sedikit pula pengunjung yang melakukan sesi foto di lokasi ini.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini