Mengenali Bahaya Minyak Jelantah Bagi Lingkungan

Mengenali Bahaya Minyak Jelantah Bagi Lingkungan
info gambar utama

Minyak goreng merupakan salah satu bahan yang sering dijumpai sehari-hari. Hampir setiap rumah tangga memasak menggunakan minyak goreng setiap hari. Selesai memasak, biasanya sisa minyak yang masih jernihakan disimpan dan dipakai kembali beberapa kali. Jika sudah berubah warna kehitaman dan tak layak pakai, minyak akan dibuang.

Minyak bekas pakai atau biasa disebut jelantah biasa dibuang langsung di saluran pembuangan air, bak cuci piring, bahkan ke tanah. Meski terbilang praktis, cara tersebut nyatanya memiliki dampak buruk bagi lingkungan. Membuang minyak jelantah sembarangan menjadi bukti kurangnya edukasi masyarakat mengenai bahaya yang mengancam.

Perlu diketahui bahwa minyak jelantah termasuk limbah B3 yang dihasilkan rumah tangga. Limbah B3 adalah limbah yang dalam konsentrasinya mengandung zat berbahaya yang dapat merusak lingkungan dan berdampak buruk pada kesehatan.

Bioplasticizer, Inovasi Kemasan Ramah Lingkungan dari Minyak Sawit

Penggunaan minyak goreng di Indonesia

Menurut keterangan dari publikasi Indonesia Oilseeds and Products Annual 2019 diketahui bahwa konsumsi minyak goreng rumah tangga di Indonesia jumlahnya mencapai 13 juta ton. Berdasarkan data United States Department of Agriculture (USDA), negara dengan konsumsi minyak goreng terbanyak pada tahun 2019 berturut-turut adalah Indonesia, India, China, dan Malaysia

Dari tingginya tingkat konsumsi minyak goreng terus pada akhirnya menghasilkan residu berupa minyak jelantah. Namun, berdasarkan kajian TNP2K dan Traction Energi Asia pada tahun 2019, minyak jelantah yang dapat dikumpulkan di Indonesia baru mencapai 3 juta KL atau hanya 18,5 persen dari total konsumsi minyak goreng sawit nasional.

Survei lain yang dilakukan oleh Katadata Insight Center (KIC) terhadap 140 rumah tangga pengguna minyak goreng pada Agustus-September 2020 menunjukka bahwa hanya 35,7 persen responden yang tidak membuang minyak goreng bekas.

Ada beberapa alasan mengapa pelaku rumah tangga tidak mengolah minyak jelantah, antara lain tidak tahu cara mengolah jelantah (73,3 persen), tidak tahu menjual ke mana (38,9 persen), tidak mau repot (34,4 persen), menganggap minyak bekas berbahaya (23,3 persen), dan lainnya (4,4 persen).

Menilik Tantangan Sekaligus Potensi Pengelolaan Sampah Elektronik di Indonesia

Bahaya minyak jelantah bagi lingkungan

Membuang minyak jelantah sembarangan akan menimbulkan berbagai masalah seperti penyumbatan pipa. Ini karena percampuran minyak bekas yang baru dituang dengan tanah di saluran drainase dapat berpotensi menyumbat saluran. Minyak juga bisa menurunkan kualitas air tanah, menyumbat pori-pori tanah, membuat tanah menjadi keras, dan kesuburannya berkurang.

Selain itu, minyak jelantah yang dibuang langsung ke sungai atau laut akan mengapung di permukaan air dan menghalangi sinar matahari. Dampaknya akan mengganggu proses fotosintesis tumbuhan dan dan menurunkan kadar oksigen yang dibutuhkan oleh biota laut.

Minyak jelantah yang dibuang ke air (sungai atau laut) akan mengapung di permukaan air dan menghalangi sinar matahari. Kondisi ini akan mengganggu proses fotosintesis tumbuhan dan menurunkan kadar oksigen yang dibutuhkan biota laut.

Menurut penjelasan Katrina Oginawati, Pakar lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB), jika akhir pembuangan minyak jelantah ke saluran air bisa menyebabkan saluran pembuangan tersumbat. Lalu jika minyak bermuara di danau atau laut, lemak minyak akan berkumpul dan membentuk lapisan yang dapat menutupi permukaan air. Lapisan tersebut akan menghalangi sinar matahari dan pasokan oksigen yang dapat berubah jadi racun dan tentunya bahaya bagi mahluk hidup.

Memang tak dapat dimungkiri bila masih banyak masyarakat yang belum paham bagaimana cara membuang minyak bekas dengan benar. Dampaknya angka Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD) meningkat dan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan mikroorganisme mengurai bahan organik menjadi makin banyak padahal kualitas air menurun.

Ahli toksikologi kimia dari Universitas Indonesia (UI), Budiawan, menjelaskan bahwa minyak goreng bekas pakai sebaiknya diperlakukan sebagai limbah dan tidak boleh dibuang sembarangan.

Menilik Sebaran Produksi Kayu Bulat di Indonesia

Membuang minyak jelantah yang benar dan alternatif pemanfaatan

Dikatakan Budiman bahwa cara aman untuk membuang minyak jelantah yaitu dengan dikumpulkan terlebih dahulu dan dikelola oleh pihak ketiga sesuai dengan kebijakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Salah satu tempat di mana Anda bisa ‘membuang’ minyak jelantah dengan aman adalah Waste4Change. Mereka memiliki program pengolagan limbah minyak jelantah dan dapat dikirim melalui jasa ekspedisi. Limbah jelantah tinggal dikirim dengan menggunakan wadah tertutup rapat dan tidak mudah bocor. Nantinya, kiriman minyak jelantah akan diolah menjadi bahan bakar biodesel.

Minyak jelantah memang harus diolah sebaik mungkin agar tidak berbahaya bagi lingkungan. Pemanfaatan minyak jelantah untuk biodesel memang jadi salah satu alternatifnya dan sudah diimplementasikan di berbagai negara seperti Finlandia, Inggris, Amerika Serikat, Belanda, Cina, Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan Malaysia.

Namun, sebenarnya masih banyak alternatif lain untuk memanfaatkan minyak jelantah. Misalnya dijadikan bahan dalam pembuatan sabun cuci baju, pupuk tambahan untuk tanaman, bahan bakar lampu minyak, cairan pembersih lantai, aromaterapi, hingga dimurnikan untuk jadi pakan unggas.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini