Kota Tua Kalianget, Kawasan Modern Pertama di Madura Pada Masa Hindia-Belanda

Kota Tua Kalianget, Kawasan Modern Pertama di Madura Pada Masa Hindia-Belanda
info gambar utama

Selama ini Madura dikenal sebagai destinasi wisata religi di Jawa Timur. Tak mengherankan bila banyak sebutan tersebut disematkan pada Madura mengingat di sana memang banyak situs-situs beserta makam ulama yang dihormati. Misalnya Makam Syaikhona Cholil, Batu Ampar, Aeng Mata Ebuh, Asta Tinggi, Asta Sayyid Yusuf Talango, dan Makam Sunan Cendana.

Tentunya berkunjung ke Madura tak hanya untuk wisata religi sebab masih banyak tempat lain yang dapat dijadikan tujuan berlibur. Salah satunya adalah kawasan Kota Tua Kalianget yang menjadi saksi bisu pusat peradaban di Madura di masa lampau.

Sebagaimana kawasan kota tua di daerah-daerah lain, yang ada di Madura pun kurang lebih pemandangannya serupa. Anda akan melihat bangunan-bangunan tua dan berbagai peninggalan dari masa penjajahan. Perjalanan ke Kota Tua Kalianget akan membawa pengunjung merasakan bagaimana suasana kehidupan modern yang pernah terjadi di masa lalu.

Pesona Pulau Dodola, Perpaduan Keindahan Alam dan Sisa-Sisa Peninggalan Perang Dunia

Sejarah Kota Tua Kalianget

Saat ini Kota Tua Kalianget mungkin identik dengan bangunan-bangunan kuno. Namun, tahukah Anda bahwa kawasan ini dulunya merupakan kota modern pertama yang ada di Pulau Madura dan dibangun pada masa VOC.

Kalianget pada saat itu memang dikembangkan sebagai kota karena memiliki lokasi strategi dan merupakan daerah pelabuhan tersibuk di Selat Madura. Pelabuhan tertua yang ada di Sumenep ialah Pelabuhan Kertasada yang jaraknya sekitar 10 kilometer dari pusat kota Sumenep.

Pada tahun 1705, Sumenep jatuh ke tangan VOC dan mulai dibangun benteng di Kalianget Barat. Namun, saat itu posisinya kurang strategis serta berbatasan dengan laut di Selat Madura. Benteng tersebut pun tidak jadi dibangun dan dikenal oleh masyarakat dengan sebutan Loji Kantang.

Sesaat setelah kongsi dagang VOC dibubarkan, Pemerintah Hindia Belanda mengambil alih kekuasaan termasuk lahan garam yang ada di Sumenep. Kemudian guna memperkuat posisi ekonomi dan politik pemerintah Hindia-Belanda di Sumenep, tahun 1989 dibangun Pabrik Garam Briket, sebuah pabrik modern pertama di Indonesia.

Pembangunan pabrik tersebut juga memiliki berbagai fasilitas pendukung industri seperti lapangan tenis, gedung bioskop, kolam renang, taman kota, dan pemukiman bagi para pekerja. Di sana juga terdapat berbagai sarana pendukung untuk distribusi hasil garam, gedung pembangkit listrik, pelabuhan, dan transportasi berupa trem uap.

Menurut penuturan Budayawan Sumenep Ibnu Hajar, pembangunan Pabrik Garam Briket saat itu menjadi tanda kemajuan di Kalianget. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Madura masih identik dengan bangunan joglo yang menghadap ke selatan. Namun, di Sumenep sendiri sudah ditemukan bangunan-bangunan dengan arsitektur modern.

Dijelaskan Ibnu bahwa saat di daerah lain masih bernuansa keraton atau kerjaan yang sarat budaya, di Kalianget saat itu bahkan sudah modern dan melampaui zamannya. Bahkan, ketika masa itu alat-alat tradisional masih digunakan di daerah lain, Kalianget sudah menggunakan teknologi modern. Sebagai buktinya, ada lori kereta untuk mengangkut garam, padahal di Madura saat itu orang-orang masih mengandalkan dokar atau delman.

Dengan adanya pabrik garam, kawasan Kalianget menjadi pusat produksi sekaligus distribusi garam yang sangat produktif sampai-sampai Pulau Madura dijuluki sebagai Pulau Garam. Kini, Kota Tua Kalianget juga baru diajukan sebagai Cagar Budaya Sumenep untuk menambah daftar objek cagar budaya lain seperti Museum Keraton, Masjid Jamik, dan Asta Tinggi.

Museum Mulawarman, Situs Cagar Budaya Bekas Istana Kutai Kartanegara

Menyusuri berbagai peninggalan masa lalu di Kota Tua Kalianget

Mengunjungi Kota Tua Kalianget yang kini dimiliki oleh PT Garam (Persero), wisatawan bisa melihat suasana kota lama yang dibangun sekitar tahun 1700-an dan tentunya menyaksikan aktivitas padat khas pelabuhan. Masih banyak bangunan peninggalan kolonial Belanda seperti Pabrik Garam Briket, gedung-gedung dengan arsitektur klasik Eropa, dan daerah pertahanan yang dibangun pada masa VOC.

Fasilitas pendukung Pabrik Garam Briket pun masih dapat ditemukan seperti kapangan tenis, kolam renang, taman kota, dan bioskop. Wisatawan juga dapat mengunjungi spot jam dinding tua di Pos Jaga Lonceng yang berada di pintu masuk timur pabrik garam. Dulunya tempat tersebut merupakan check point bagi para pekerja pabrik.

Selain itu juga masih ada Gedung Pembangkit Listri Sentral yang dibangun tahun 1914. Gedung yang kini terkesan angker tersebut dulunya memenuhi kebutuhan listrik semua rumah di lahan pergaraman.

Lori yang dulunya digunakan sebagai penarik kereta berisi garam pun masih bisa dilihat sampai saat ini, begitu juga dengan bangunan lain seperti bekas benteng Loji Kantang.

Menjelajahi Keindahan Alam di Desa Rindu Hati Bengkulu Tengah

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini