Peneliti BRIN Temukan 13 Tumbuhan Baru yang Didominasi Tanaman Hias

Peneliti BRIN Temukan 13 Tumbuhan Baru yang Didominasi Tanaman Hias
info gambar utama

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati dan disebut sebagai megabiodiversitas karena memiliki banyak keunikan genetik, tingginya jenis spesies, ekosistem, dan endemisnya.

Tak berpuas hati, para peneliti terus berupaya untuk melakukan eksplorasi dan identifikasi tumbuhan baru sebagai salah satu cara konservasi. Pada akhir tahun 2021 sampai awal 2022, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah berhasil menemukan 13 jenis tumbuhan baru yang didominasi oleh tanaman hias.

Di penghujung tahun 2021, peneliti dari Pusat Riset Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya – BRIN menemukan tujuh tumbuhan baru seperti Hoya batutikarensis, Hoya buntokensis, Dendrobium dedeksantosoi, Rigiolepis argentii, Begonia robii, Begonia willemii, dan Etlingera comosa.

Kemudian, pada 18 Januari 2022, BRIN juga mengumumkan bahwa para peneliti telah menemukan tambahan berupa enam jenis baru Begonia dari Sumatra, yaitu Begonia araneumoides, Begonia batuphila, Begonia panjangfolia, Begonia hijauvenia, Begonia perunggufolia, dan Begonia mursalaensis.

“Dengan ditemukannya jenis baru ini, keanekaragaman hayati Indonesia bertambah. Penemuan ini juga memberikan informasi terkait kekayaan biodiversitas Indonesia dan mendukung penelitian lebih lanjut terkait pemanfaatannya secara berkelanjutan,” ujar Kepala Pusat Riset Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya Sukma Surya Kusumah.

Penemuan tumbuhan baru ini dikatakan Kepala Pusat Riset Biologi BRIN Anang menambah daftar kekayaan hayati Indonesia dan semakin menguatkan posisi Indonesia sebagai negara peringkat pertama megabiodiversitas di dunia.

Menilik Potensi Budidaya Kakao Secara Organik untuk Lestarikan Hutan Kalimantan

Penemuan begonia jenis baru di Indonesia

Temuan tumbuhan baru | Dok. BRIN
info gambar

Wisnu Handoyo Ardi selaku Peneliti Pusat Riset Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya mengatakan bahwa Begonia merupakan salah satu marga tumbuhan berbunga yang terbesar. Saat ini diketahui ada 2052 jenis Begonia tersebar di Kawasan pantropis dunia. Indonesia diperkirakan sebagai negara kaya akan Begonia di Asia Tenggara dan saat ini memiliki 243 jenis dan akan terus bertambah.

“Upaya konservasi dan pengungkapan jenis-jenis baru Begonia secara aktif dilakukan oleh BRIN dan saat ini telah berhasil melakukan konservasi terhadap lebih dari 100 jenis Begonia yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia,” jelas Wisnu.

Peneliti Pusat Riset Biologi BRIN, Deden Girmansyah menjelaskan bahwa selain Begonia yang sudah dibudidayakan, nyatanya masih banyak Begonia jenis lain yang hidup liar di alam bebas. Indonesia sendiri memiliki berbagai habitat yang sesuai bagi Begonia untuk bisa tumbuh liar. Umumnya, jenis Begonia liar dapat ditemukan di dataran tinggi dan batuan karst dan hanya beberapa ditemukan di dataran rendah.

Kata Deden, Pulau Sumatra menjadi daerah dengan jenis Begonia paling tinggi. Sampai saat ini terdapat lebih dari 70 jenis Begonia dan lebih dari 20 jenis Begonia sudah diterbitkan dalam jurnal-jurnal internasional.

Pohon Bintaro, Tanaman Beracun yang Dapat Dikembangkan Menjadi Energi Alternatif

Berkenalan dengan tumbuhan jenis baru

Temuan tumbuhan baru | Dok. BRIN
info gambar

Tumbuhan baru yang pertama dari jenis Begonia adalah Begonia araneumoides. Tanaman ini memiliki corak warna daun perpaduan hijau dengan pertulangan daun menjari berwarna putih. Tulang daun sekundernya melingkar seperti sarang laba-laba sehingga diberikan nama araneumoides yang berarti sarang laba-laba. Jenis endemik Sumatra ini memiliki bunga berwarna putih dengan buah bersayap tiga berwarna kecokelatan.

Kemudian ada Begonia batuphila yang memiliki variasi warna daun antara hijau muda sampai kecokelatan. Jenis ini tumbuh di dataran rendah di Sumatra sampai ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Ciri khasnya adalah bunga jantan memiliki empat tenda bunga sedangkan betina memiliki tiga tenda bunga berwarna putih.

Selanjutnya Begonia panjangfolia yang merupakan jenis dari seksi Jackia, dengan ciri khas tumbuhan menjalar. Bentuk daunnya agak berbeda karena memanjang, sedangkan seksi Jackia lain umumnya berbentuk bulat. Bunganya berwarna putih dan memiliki buah muda berwarna putih kehijauan sampai hijau dengan sayap tiga.

Masih dari endemik Sumatra, ada Begonia hijauvenea. Corak daunnya kecokelatan dengan peruratan daun yang hijau. Daunnya berbentuk bulat telur dengan tangkai berbulu putih panjang. Berbeda dengan jenis lain yaitu Begonia perunggufolia yang daunnya berwarna perunggu dengan urat daun hijau kekuningan. Buahnya berwarna hijau muda dengan tangkai buah kemerahan.

Lalu ada Begonia mursalaensis koleksi Pulau Mursala yang ciri khasnya adalah tangkai daun bagian atas berbulu merah tegak dan kaku. Ada pula Begonia yang sangat berpotensi menjadi tanaman hias karena memiliki corak daun atraktif dan memiliki karakter batang serupa rimpang, daun asimetris, dan kombinasi warnanya antara hijau dan merah keungungan.

Jenis Begonia lainnya yang ditemukan baru-baru ini adalah Begonia willemii endemik Sulawesi. Tumbuhan satu ini ditemukan di perbukitan kapur dataran rendah dan tumbuh merayap pada bongkahan batu kapur atau menempel di dinding-dinding batu kapur. Begonia ini dikoleks dari hutan di Kabupaten Luwuk Banggai, Sulawesi Tengah dan penemuannya merupakan hasil kolaborasi peneliti BRIN dengan peneliti dari Singapore Botanic Gardens Daniel C. Thomas.

Selain Begonia, ada pula tanaman lain yang ditemukan yaitu Etlingera comosa yang merupakan hasil eksplorasi di pegunungan Tentena, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Kemudian, ada Rigiolepis argentii, tumbuhan semak berkayu anggota suku Ericaceae.

Jenis yang satu ini ditemukan dan dikoleksi dalam kegiatan eksplorasi Begonia Sulawesi pada tahun 2018-2019 di di perbukitan Eran Batu dan Gunung Sesean, wilayah Kabupaten Enrekang dan Toraja Utara.

Di Sulawesi sebelumnya diketahui hanya memiliki satu jenis yaitu Rigiolepis Henrici. Baru pada tahun 2021 ditemukan jenis baru kedua yaitu Rigilepis argentii. Tumbuhan ini berhasil dideskripsikan oleh peneliti dan staf Pengajar Universitas Samudra Langsa Aceh yaitu Wendi A. Mustaqim dan Wisnu Handoyo Ardi dari Pusat Riset Konservasi Tanaman dan Kebun Raya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini