Dampak Nyata Polusi Cahaya Bagi Lingkungan dan Kesehatan

Dampak Nyata Polusi Cahaya Bagi Lingkungan dan Kesehatan
info gambar utama

Pencemaran lingkungan yang terjadi selama ini dapat memberikan dampak ketidakseimbangan pada ekosistem dan menimbulkan masalah kesehatan. Selama ini kita mungkin sudah mengetahui pencemaran udara yang disebabkan oleh asap pabrik, asap kendaraan bermotor, juga pencemaran air dari limbah pabrik dan sampah. Selain itu, ada satu lagi pencemaran yang perlu diketahui yaitu polusi cahaya.

Bola lampu listrik dianggap sebagai salah satu penemuan terbesar manusia sepanjang masa. Kehadiran lampu listrik begitu dicintai manusia karena timbulnya rasa aman saat keluar pada malam hari serta membuat rumah lebih terang dan nyaman untuk berkegiatan.

Sayangnya, penggunaan cahaya buatan berlebihan dapat memberikan dampak buruk pada kesehatan manusia, perilaku hewan, dan lingkungan hidup. Terangnya cahaya dari lampu yang tersebar di berbagai sudut kota ini pada akhirnya menutupi cahaya alami dari langit. Hal ini pula yang membuat kita pada akhirnya kesulitan mengamati bintang atau menemukan kunang-kunang di halaman rumah.

Pohon Tabebuya, Si Penyerap Polusi Udara di Jalanan Kota

Apa itu polusi cahaya?

Disebut polusi cahaya jika kondisi cahaya buatan berpendar secara berlebihan dan menimbulkan gangguan bagi makhluk hidup. Penyebab polusi cahaya terdiri dari berbagai faktor, seperti sistem pencahayaan yang salah arah, berlebihan, dan tidak perlu. Misalnya di perkotaan terdapat banyak pencahayaan buatan yang berlebihan dan sumber-sumber cahaya tersebut diarahkan ke langit atau diarahkan ke bawah dan terpantulkan ke atas.

Polusi cahaya juga disebabkan oleh penggunaan lampu-lampu di luar rumah seperto penerang jalan, lampu taman, lampu gedung, serta cahaya berlebihan dari billboard.

Mengutip penjelasan dari Observatorium Bosscha, komponen cahaya meliputi beberapa hal seperti berikut:

  • Skyglow: Pendar langit malam di atas area yang dihuni dan berasal dari cahaya buatan berlebihan yang terpancar ke atas kemudian dihamburkan oleh aerosol seperti awan, bulir air, atau partikel kecil seperti polutan di atmosfer. Skyglow sendiri menjadi efek yang terlihat sebagai cahaya dan energi yang terbuang.
  • Light trespass: Cahaya luber yang disebabkan oleh jatuhnya cahaya di tempat yang tidak sesuai tujuan atau kebutuhan dan mengganggu kesehatan.
  • Glare: Silau merupakan sensasi visual yang dialami seseorang ketika melihat cahaya menyimpang. Efek glare dapat menimbulkan ketidaknyamanan, mengurangi kontras, persepsi warna, dan kinerja visual.
  • Clutter: pengelompokan sumber cahaya yang terang, membingungkan, dan berlebihan.
Mengenal Pencemaran Suara di Lautan Kita

Dampak fatal bagi kehidupan makhluk hidup dari polusi cahaya

Iustrasi polusi cahaya | @EpicStockMedia Shutterstock
info gambar

Semenjak penerangan buatan ditemukan, cahaya terus menerangi kehidupan di seluruh dunia. Kini, khususnya di kota besar, jalanan tampak begitu indah dengan perpaduan lampu-lampu aneka warna dari penerang jalan, papan reklame, hingga gedung-gedung. Rasanya begitu sulit membayangkan kehidupan malam tanpa adanya penerangan buatan.

Namun, kembali lagi pada prinsip sederhana di mana sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, penerangan berlebih juga tanpa disadari memberikan dampaknya.

Seperti yang kita tahu, setiap makhluk hidup memiliki sebuah ritme yang siklusnya terhubung dengan cahaya alami dari matahari, bulan, dan bintang sebagai indikator bagi aktivitas biologis. Contohnya, hewan dan tumbuhan bergantung pada siklus harian dengan ritme terang-gelap dari bumi untuk mengatur berbagai perilaku dalam kehidupan, seperti makan, tidur, reproduksi, dan berlindung dari pemangsa.

Manusia, hewan, dan tumbuhan semuanya bernavigasi pada bintang-bintang. Namun, penerangan berlebihan dan penggunaannya tidak tepat berpotensi menganggu ritme tersebut. Ketika ritme terganggu, kehidupan makhluk hidup juga ikut terganggu.

Hewan-hewan nokturnal yang terbiasa hidup dengan penerangan seadanya menjadi terganggu karena cahaya begitu menyilaukan saat harusnya gelap. Pada malam hari, di mana hewan-hewan bersembunyi saat mengintai buruan, malah terkena efek cahaya terang yang membuatnya kesulitan mencari tempat persembunyian. Begitu juga dengan hewan yang biasa bersembunyi di malam hari, menjadi sulit menjaga diri agar tidak ditangkap pemangsa.

Sama halnya dengan burung-burung yang bermigrasi pada malam hari, mereka akan mudah menabrak bangunan tinggi di perkotaan karena kebingungan akibat banyaknya sumber cahaya. Kemudian ada lagi tukik atau penyu yang baru menetas yang ikut terganggu dengan cahaya lampu di sekitar pantai. Karena salah menilai cahaya dari lampu sebagai sinar bulan purnama, mereka malah kembali ke daratan alih-alih merangkak ke arah laut. Begitu jelas dampak polusi cahaya ini bagi ekosistem dan dapat mengakibatkan populasi hewan liar terus menurun.

Pada manusia, terlalu banyak terkenal cahaya memiliki dampak buruk bagi kesehatan. Manusia memiliki ritme sirkadian yang membutuhkan pola cahaya terang di siang hari dan gelap saat malam. Ketika ritme terganggu, dampaknya dapat menyebabkan insomnia, depresi, kecemasan, stres, penyakit kardiovaskular, bahkan kanker.

Bagi lingkungan, polusi cahaya juga berarti pemborosan energi. Penerangan berlebihan menyebabkan pemborosan listrik. Banyak sumber cahaya buatan di perkotaan yang sebenarnya tidak efektif dan tidak dibutuhkan karena menerangi tempat yang tidak seharusnya.

Mengingat berbagai dampak yang terjadi akibat polusi cahaya, tentu dibutuhkan upaya serius dalam penanganannya. Salah satu upaya sederhana yang dilakukan untuk mengurangi dampak dari persoalan ini misalnya program Earth Hour, di mana semua orang diharapkan mematikan lampu dan sumber listrik yang tidak terpakai selama satu jam.

Sebenarnya insiasi untuk mengurangi dampak dari polusi cahaya bisa dimulai dari diri sendiri. Caranya pun sederhana, yaitu bijak menggunakan pencahayaan buatan dan memastikan penggunaannya pun tepat. Setiap orang dapat mengambil tindakan dan tentunya akan berdampak baik bila semakin banyak orang yang mengikuti.

Mulailah dengan memastikan lampu luar ruangan mengarah ke bawah dan bukan ke arah langit, menggunakan pencahayaan bila memang diperlukan, menggunakan pencahayaan dengan intensitas rendah, segera matikan lampu jika sudah tidak digunakan, memilah area di mana harus menggunakan cahaya atau tidak, menutup jendela serta tirai dalam rumah agar cahaya tetap terjaga di dalam ruangan, dan kembali membiasakan diri serta menerapkan kembali konsep bahwa gelap adalah hal yang wajar terjadi saat malam tiba.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini