Tradisi Pawai Tatung yang Dirindukan dari Perayaan Imlek di Singkawang

Tradisi Pawai Tatung yang Dirindukan dari Perayaan Imlek di Singkawang
info gambar utama

Tahun baru Imlek merupakan momen perayaan yang paling dinanti oleh suku Tionghoa yang ada di berbagai penjuru wilayah Indonesia, baik itu penganut kepercayaan Buddha, Konghucu, maupun beberapa komunitas Kristen yang ada di tanah air.

Pada tahun ini (2022), perayaan Imlek akan jatuh dan dimulai pada tanggal 1 Februari. Mengikuti momen tersebut, rangkaian perayaan akan berakhir dengan momentum Cap Go Meh yang biasanya dilangsungkan secara meriah pada tanggal atau hari ke-15 setelah momen tahun baru tiba.

Biasanya, perayaan Cap Go Meh di kota-kota yang memang banyak diduduki oleh masyarakat Tionghoa akan diawali dengan kegiatan berdoa di wihara, dan dilanjut dengan iringan atau pawai ragam alat musik berupa kenong dan sambal, serta pertunjukan tradisional masyarakat Tionghoa seperti barongsai dan lain sebagainya.

Dari sekian banyak ragam tradisi yang ditampilkan di berbagai daerah, nyatanya ada satu bentuk tradisi unik di salah satu wilayah yang selalu dinanti akan kemeriahan perayaan Cap Go Meh-nya, yakni tradisi Pawai Tatung yang hanya bisa dijumpai di Kota Singkawang, Kalimantan Barat.

Singkawang, Kota Toleransi dari Kalimantan dengan Panorama Seribu Kelenteng

Tatung, manusia pilihan yang dimasuki roh dewa

Jika melakukan penelurusan mengenai tatung di mesin pencari, rentetan gambar yang muncul memang akan memperlihatkan wujud mengerikan nan menegangkan dari sekelompok orang yang menusukkan berbagai macam benda tajam ke sejumlah anggota tubuh tertentu, terutama wajah.

Menariknya, tusukan di sejumlah anggota tubuh yang dimaksud sama sekali tidak menimbulkan darah dan rasa sakit seperti luka pada umumnya. Orang-orang tersebut yang kemudian disebut sebagai tatung, atau jika didefinisikan adalah orang-orang terpilih yang dirasuki roh dewa atau leluhur.

Kenyataannya, orang-orang yang bisa menjadi tatung yang akan dirasuki oleh roh dewa dan nantinya melakukan pawai pada saat perayaan Cap Go Meh bukanlah orang sembarangan.

Selain diyakini hanya bisa dilakukan oleh kalangan yang telah diwarisi kemampuan secara turun menurun, mereka yang akan menjadi tatung disebut harus dalam keadaan suci dengan terlebih dulu berpuasa selama tiga hari dan tidak boleh memakan daging.

Selain itu, bagi mereka yang sudah memiliki pasangan juga dilarang untuk berhubungan badan dengan pasangannya minimal satu minggu. Lain itu, sebelum ditetapkan menjadi seorang tatung, mereka diharuskan untuk melempar kayu, apabila kayu yang dilempar memunculkan dua sisi yang sama secara berurutan, maka mereka dibolehkan menjadi tatung.

Berdasarkan penjelasan Indonesia Kaya, tradisi pawai tatung akan berlokasi dan dimulai dari altar sebuah wihara. Di tempat tersebut, pendeta akan memberikan persembahan kepada para Dewa dan meminta untuk diberkahi keselamatan.

Setelahnya pendeta membacakan mantra untuk memanggil roh dewa yang akan memasuki tubuh para tatung sehingga menjadi kebal ketika menusukkan berbagai macam benda tajam mulai dari besi, paku, kawat, pedang, pisau, dan berbagai benda tajam lainnya.

Selanjutnya, para tatung yang sudah menggunakan pakaian adat yang mewakili kelompok masyarakat Tionghoa dan Dayak akan diarak keliling Kota Singkawang dalam sebuah pawai yang meramaikan acara puncak perayaan Imlek atau Cap Go Meh.

Selama diarak keliling kota, para Tatung akan mempertontokan aksi kekebalan tubuh lainnya seperti menginjakkan kaki di sebilah mata pedang atau pisau, dan berdiri di atas pecahan kaca. Berlangsung selama dua jam, pawai tersebut akan kembali berakhir di salah satu wihara yang telah ditetapkan, kemudian roh dewa akan pergi dan para tatung akan kembali pulih dengan kondisi area tusukan yang sama sekali tidak mengeluarkan bekas ataupun darah.

Pawai Tatung, Tradisi Ekstrim yang Masih Lestari Hingga Kini

Hasil akulturasi kebudayaan Suku Tionghoa dan Dayak

Akulturasi budaya Dayak dan Tionghoa dalam tradisi tatung
info gambar

Menariknya, tatung ternyata bukanlah wujud tradisi atau budaya asli yang dapat ditemukan di negara asal mayoritas suku Tionghoa itu sendiri, seperti China dan sebagainya. Tatung merupakan hasil dari akulturasi atau perpaduan budaya Tionghoa dan Dayak, yang kemudian menghasilkan budaya baru tanpa menghilangkan unsur asli dari dua budaya asalnya.

Karena hal tersebut pula, tradisi hanya bisa dijumpai di Singkawang. Hal tersebut bahkan dikonfirmasi oleh XF Asali, seorang Budayawan Tionghoa di Kalimantan Barat.

“Cap Go Me (dan tradisi tatung), tidak akan pernah ditemukan di negara manapun di dunia, karena hanya ada di Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, terutama di Singkawang,” ujarnya dalam Independensi.com.

Karena Cap Go Meh sekaligus keunikan tradisi tatung terbesar ini, tak heran jika perayaan Cap Go Meh di Singkawang sejak tahun 2009 telah ditetapkan sebagai salah satu momen penting di Kalender Wisata Nasional, dan selalu menjadi momen perayaan Imlek yang paling dinanti.

Biasanya rute yang dilalui dalam pelaksanaan pawai tatung dalam perayaan Cap Go Meh di Singkawang akan melalui Lapangan Kridasana menuju Jalan Pelita, kemudian mengarah ke Jalan Yohana Godan dan Jalan GM Situt. Setelah itu perjalanan berlanjut ke Jembatan Pasar Ikan dan mengarah ke Jalan Saad, Jalan Setia Budi, Jalan Toko Obat 1001, dan ke Jalan Budi Utomo serta melewati Jembatan Rusen.

Setelahnya, pawai diarahkan menuju Jalan Kepol Mahmud dan berakhir di Muka Altar Lelang. Terakhir, para tatung berkumpul untuk melakukan sembahyang bersama kepada Thian (Tuhan) di altar pusat perayaan Cap Go Meh di Singkawang.

Sayangnya semenjak pandemi melanda atau lebih tepatnya pada tahun 2021 lalu, pawai tatung dan perayaan Cap Go Meh di Singkawang ditiadakan, dan hal yang sama juga kembali terjadi pada tahun 2022 ini, terlebih karena munculnya kembali peningkatan angka penyebaran Covid-19 yang terjadi.

“Semua pihak baik yang akan melakukan peribadatan, pemerintah, TNI, Polri, dan stakeholder (pemangku kepentingan) terkait sudah sepakat bahwa kegiatan yang sifatnya festival atau arak-arakan sementara masih ditiadakan,” ujar AKBP Adhi Wibowo selaku Kepala Polisi Resor Singkawang, mengutip Pontianak Post.

Rayakan Imlek dengan Tiga Hidangan Khas Kalimantan

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Siti Nur Arifa lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Siti Nur Arifa.

Terima kasih telah membaca sampai di sini