Penggunaan Pestisida Nabati Demi Lingkungan yang Lebih Sehat

Penggunaan Pestisida Nabati Demi Lingkungan yang Lebih Sehat
info gambar utama

Salah satu dilema yang dialami masalah produksi pertanian, khususnya pangan, adalah penggunaan pestisida. Di satu sisi, melepaskan diri dari penggunaan pestisida akan menyulitkan para petani dalam produksi pertanian yang memadai. Namun, di sisi lain penggunaan pestisida, khususnya sintetis, yang kurang bijaksana juga merugikan lingkungan.

Untuk menghadapi persoalan tersebut, baik dari masyarakat dan pemerintah terus berupaya untuk menciptakan terobosan-terobosan sebagai alternatif yang dapat menjadi solusi perihal pestisida di dunia pertanian. Tentunya akan lebih baik bila terdapat sebuah solusi yang berpihak pada petani sekaligus ramah lingkungan.

Berangkat dari permasalahan tersebut, kemudian muncul pestida nabati yang terbuat dari tanaman organik yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan serangan hama pada tanaman, juga tidak meninggalkan residu yang berbahaya bagi lingkungan. Proses pembuatannya pun murah dan sederhana sehingga tidak memberatkan pihak petani.

Pengembangan penelitian terhadap pestisida nabati belum lama ini juga dilakukan oleh Yenny Meliana, periset bidang teknik kimia, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Seperti apa hasil penelitianya?

Memahami Peran dan Pentingnya Keberadaan Lahan Basah Bagi Lingkungan

Pengembangan produk pestisida nabati

Ilustrasi | @encierro Shutterstock
info gambar

Menurut penjelasan Yenny, pestisida nabati yang dikembangkan menggunakan bahan-bahan dari alam seperti minyak nimba, turunan sawit, cengkeh, dan serai. Peneliti yang juga menjabat sebagai Plt. Kepala Pusat Riset Kimia BRIN ini mengembangkan pestisida nabati dengan cara memformulasi pestisida nabati dalam formulasi konsentrat nano-emulsifiable. Ia pun memanfaatkan minyak nimba sebagai bahan aktif yang telah dilisensikan oleh industri pembuatan pestisida.

Yenny dan tim juga menggunakan surfaktan berbasis minyak sawit, minyak esensial, dan minyak nabati sebagai bahan aktif untuk formulasi sehingga relatif aman bagi lingkungan. Formulasi ini diterapkan dengan pengenceran 1:100 dengan air. Selain itu, produk pestisida nabati ini juga sudah dialihteknologikan kepada salah satu perusahaan nasional yang bergerak di bidang pestisida organik

“Penggunaan pestisida nabati sebagai alternatif bagi petani diharapkan dapat menjadi produk ramah lingkungan yang lebih aman, meningkatkan produktivitas pertanian, menjaga kualitas air dan makanan, mengurangi akumulasi pestisida kimia di tanah, dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat yang lebih baik,” jelas Yenny.

Saat ini, produk pestisida yang dikembangkan sudah sampai skala pilot dengan total produksi sampai 100 liter per batch.

Dijelaskan Yenny bahwa kelompok tani hortikultura di Bandung, Jawa Barat, yang menerapkan pertanian organik, sudah menggunakan pestisida nabati. Ia juga mengatakan bahwa target penggunaan produk pestisida nabati saat ini masih tertuju pada pertanian organik sehingga dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi.

“Targetnya saat ini memang masih ke petani-petani dengan label ‘organik’. Ke depan, bisa ke arah pertanian secara umum. Apalagi saat ini tren masyarakat, terutama di kota-kota besar mencari produk yang baik untuk kesehatan. Sehingga, penggunaan pestisida berbahan alam ini selain meningkatkan nilai tambah produk, juga menjaga lingkungan air dan tanah pertanian untuk masa depan kita bersama,” ujar Yenny.

Yenny berharap bahwa hasil risetnya dapat berkontribusi dalam menyelamatkan lingkungan, meningkatkan taraf hidup para petani, dan membangun perekonomian di Tanah Air.

Dari hasil riset ini pula rupanya Yenny meraih penghargaan 2021 (2nd) Hitachi Global Foundation Asia Innovation Award dalam kategori Outstanding Innovation Award. Hitachi Global Foundation Asia Innovation Award sendiri merupakan program yang bertujuan untuk memberikan penghargaan kepada individu dan kelompok atas pencapaian dalam penelitian di bidang sains dan teknologi.

Mengenal Keunikan Kubung Sunda yang Hanya Memiki Dua Spesies di Dunia

Memahami konsep pestisida nabati

Penggunaan pestisida nabati erat kaitannya dengan konsep pertanian ramah lingkungan yang didefinisikan sebagai konsep pertanian yang mengedepankan keamanan seluruh komponen di lingkungan. Pertanian ramah lingkungan juga dilakukan dengan memanfaatkan bahan-bahan murah dan peralatan sederhana tanpa meninggalkan dampak negatif bagi lingkungan. Misalnya, dengan penggunaan pestisida nabati.

Sesuai namanya, pestisida nabati dibuat dari bahan aktif berupa tanaman atau tumbihan yang berkhasiat untuk menghalau serangan hama pada tanaman. Penggunaan pestisida nabati dapat mencegah serangga memakan tanaman, menghambat reproduksi serangga, mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh serangga, bahkan dapat mengendalikan pertumbuhan jamur dan bakteri. Karena terbuat dari bahan alami, pestisida ini juga mudah terurai di alam dan tidak mencemari lingkungan, juga relatif aman bagi manusia dan hewan ternak.

Di Indonesia ada banyak jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati seperti bengkuang, bitung, serai, babadotan, sirsak, srikaya, selasih, sereh wangi, lada, jambu mete, mimba, tembakau, temu kunci, kencur, kunyit, tuba, jenu, kucai, kenikir, dan cengkeh.

Menurut Yusup Hidayat, Dosen Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian, tanaman yang berpotensi sebagai bahan pestisida di antaranya memiliki ciri beraroma kuat, rasa yang pahit, tidak disukai serangga hama, dan dapat digunakan sebagai tanaman obat. Misalnya daun pepaya, bawang putih, kipait, saliara, jarak pagar, suren, dan brotowali.

Meski memberikan banyak manfaat bagi pertanian dan lingkungan, pestisida nabati juga masih memiliki kelemahan. Misalnya lebih cepat terurai dan daya kerjanya cenderung lebih lambat. Petani yang menggunakan pestisida nabati harus mengaplikasikannya lebih sering agar dapat bekerja secara optimal.

Pulau Rambut, Surga bagi Burung-Burung Air Langka di Dunia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini