Pembebas Derita Buaya Berkalung Ban Itu Bernama Tili

Pembebas Derita Buaya Berkalung Ban Itu Bernama Tili
info gambar utama

Masyarakat Indonesia tentu masih ingat dengan situasi menyedihkan dari seekor buaya di sebuah sungai Kota Palu, Sulawesi Tengah, yang menjalani tahun demi tahun hidupnya dengan terjerat pada sebuah ban bekas sepeda motor.

Meski baru ramai diberitakan pada tahun 2018, kala itu kesaksian sejumlah warga setempat menyebut jika kemunculan buaya ‘berkalung’ ban yang dimaksud, sebenarnya sudah terlihat sejak tahun 2016. Hewan yang terkenal buas tersebut kerap beberapa kali melipir ke pinggiran sungai seolah meminta pertolongan.

Warga setempat juga diketahui sempat melakukan berbagai upaya untuk melepas ban yang melilit leher buaya itu, seperti dengan memancingnya ke pinggir sungai dengan ayam maupun daging segar. Namun apa daya, usaha yang dilakukan tak kunjung membuahkan hasil.

Sampai akhirnya, pada hari Senin (7/2/2022) kemarin, setelah enam tahun berselang buaya yang dimaksud mendapatkan kebebasannya berkat bantuan warga setempat yang diinisiasi oleh seorang pria bernama Tili (34).

Penangkaran Buaya Terbesar Se Asia Tenggara Ada di Kota Medan

Gunakan uang pribadi hingga Rp4 juta

Sosok Tili
info gambar

Aksi penyelamatan buaya tidak akan berhasil tanpa inisiasi dan niat besar yang dimiliki oleh Tili, seorang pria yang sebenarnya mengaku berasal dari Sragen, Jawa Tengah. Apa yang dilakukan Tili juga berjalan dengan persiapan besar yang berlangsung cukup lama. Terlebih, semuanya diakui menyita banyak hal tidak hanya waktu melainkan juga materi.

Sebelum memulai penyelamatan, Tili menceritakan bahwa dirinya mengamati buaya berkalung ban selama tiga minggu lamanya. Setelah memahami pola pergerakan hewan tersebut, ia mulai melakukan persiapan seperti membuat tali jebakan yang dipenuhi dengan umpan.

Menurut penuturan Tili, ia menghabiskan uang sekitar Rp4 juta dari dana pribadi untuk membeli tali kuat sepanjang 300 meter, yang kemudian diikat dengan umpan berupa 35 ekor ayam dan merpati.

Yang membuat nelangsa, dari sekitar 300 meter tali yang dibeli nyatanya hanya tersisa 100 meter karena sebagian dicuri oleh orang tak bertanggung jawab. Mulai menjalankan rencananya, setiap sore Tili diketahui memasang tali umpan ke sungai dengan dibantu oleh warga.

Pelepasan ban dari leher buaya yang terjadi pada hari Senin kemarin, nyatanya bukanlah percobaan pertama yang langsung berhasil. Tili sempat gagal sebanyak dua kali karena tali yang sebelumnya digunakan tidak cukup kuat.

“Banyak orang tidak percaya sama saya (soal niat ini), mereka mengira saya tidak serius” ujar Tili, mengutip pemberitaan AFP.

“Saya hanya ingin membantu, saya benci melihat hewan terjebak dan menderita,” tambahnya.

Sampai akhirnya hari pembebasan itu tiba, pada hari Senin sore di area sungai sekitar Jembatan Palu II, Jalan I Gusti Ngurah Rai Kota Palu, ketika buaya mulai memakan umpan yang dipasang, Tili dibantu oleh puluhan warga menariknya ke daratan dan langsung mengikat serta menutupi area wajah buaya tersebut.

Dilanjutkan dengan pemotongan ban motor yang selama enam tahun menjerat, proses pelepasan ban itu baru selesai pada malam hari. Saat buaya berenang dan kembali ke sungai, suasana langsung riuh dipenuhi sorak gembira para warga yang mengiringi kebebasannya.

Upaya Penyelamatan Bekantan, Satwa Hidung Besar Endemik Pulau Kalimantan

Mencuri perhatian dan pemberitaan dunia

Matt Wright
info gambar

Sebenarnya bukan baru pertama kali ini upaya pembebasan dilakukan. Sejak awal kabar buaya berkalung ban ini mencuat, berbagai media asing terutama yang bergerak di bidang lingkungan juga ramai menyoroti situasi buaya tersebut.

Beberapa sosok pencinta satwa mulai dari Panji Petualang sampai pakar pemerhati buaya asal Australia, yakni Matt Wright dan Christ Willson pada tahun 2020 lalu juga pernah mencoba melakukan upaya pembebasan yang sama.

Wright dan Willson diketahui menghabiskan waktu selama 10 hari dengan memakai berbagai macam alat mumpuni mulai dari perangkap baja hingga drone tombak, tapi tetap tidak dapat menangkap buaya yang ditargetkan untuk membebaskannya.

“Ini jelas merupakan salah satu buaya tersulit yang pernah saya tangkap dalam karier saya,” ujar Wright kala itu.

Terakhir, Foresst Galante bersama tim Discovery Channel juga pernah mencoba melakukan hal serupa, tapi hasil yang sama tetap didapat.

Sebenarnya sejak lama kejadian buaya berkalung ban ini juga sudah menjadi perhatian pihak Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah. Bahkan, kala itu BKSDA sampai mengadakan sayembara berhadiah kepada siapa saja yang berhasil membebaskan buaya tersebut, meski dalam pengumuman sayembara pihak BKSDA tidak menjelaskan apa atau seberapa besar detail hadiah yang dimaksud.

Tak disangka kebebasan justru didapat buaya berkalung ban dari seorang warga lokal biasa, yang kesehariannya bekerja sebagai pedagang burung. Apa yang dilakukan oleh Tili kembali sukses mencuri perhatian dunia, dan tak henti menjadi pemberitaan media luar yang disertai dengan kekaguman mulai dari AFP, Reuters, ABC News, dan masih banyak lagi.

Pentingnya Memahami Makna Hak Asasi Hewan

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Siti Nur Arifa lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Siti Nur Arifa.

Terima kasih telah membaca sampai di sini