Tanaman Akar Wangi dan Perannya Terhadap Mitigasi Bencana

Tanaman Akar Wangi dan Perannya Terhadap Mitigasi Bencana
info gambar utama

Bagi yang gemar menggunakan minyak atsiri, mungkin sudah tidak asing dengan tanaman akar wangi atau vetiver. Seperti namanya, tanaman mirip rumput liar ini banyak dimanfaatkan industri kosmetik untuk menjadi bahan parfum, sabun, obat kumur, dan minyak pijat. Jika bagian akarnya dikeringkan, secara tradisional juga bisa digunakan sebagai pengharum lemari dan benda-benda berharga seperti batik dan keris.

Tanaman ini diketahui hanya tumbuh subur di tiga wilayah yaitu Haiti, Jamaika, dan Indonesia. Di Tanah Air, nama akar wangi punya berbagai sebutan berbeda di setiap daerah, misalnya akar banda, larasetu, anggarawastu, babuwa mendi, ruju-ruju, dan karabistu.

Tak melulu soal wewangian, peran akar wangi rupanya begitu besar bagi lingkungan bahkan disebut-sebut dapat dimanfaatkan untuk mitigasi bencana sebagai salah satu upaya mencegah longsor dan erosi. Apa saja keunggulan dan manfaat dari tanaman akar wangi? Berikut penjelasannya:

Mitigasi Bencana Iklim dengan Mendorong Perwujudan Green Banking

Apa itu akar wangi?

Meski sekilas tampak seperti rumput liar, perbedaannya adalah bagian akar tanaman ini memiliki kandungan minyak. Struktur daunnya kasar, tipis, tegak, berumbai besar, dan memiliki bunga berwarna cokelat keunguan dengan paku panjang. Warna tanamannya sendiri ungu kehijauan dan dapat tumbuh setinggi 1-2 meter. Tanaman akar wangi dikenal dengan aromanya yang unik, agak mirip wangi serai dengan sedikit herbal dan sitrat, tetapi tidak terlalu tajam.

Mengutip laman Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, akar wangi dapat tumbuh lebat di tanah berpasir atau tanah abu vulkanik di lereng-lereng bukit. Ia akan tumbuh dengan baik pada ketinggian 300-2.000 mdpl dan memerlukan curah hujan yang cukup dengan suhu antara 17-27 derajat Celsius. Akar wangi menyukai sinar matahari langsung, bila ditanam di tempat teduh malah akan berpengaruh pada sistem pertumbuhan akar dan kualitas minyak yang dihasilkan.

Salah satu kandungan dalam akar wangi adalah antioksidan yang membantu mengurangi stres dan penyakit kronis. Akar wangi telah lama digunakan sebagai tonik yang dapat menenangkan masalah saraf, kecemasan, stres, nyeri otot, dan insomnia. Minyak akar wangi bisa ditambahkan ke dalam air mandi untuk menstimulasi aliran darah, meredakan nyeri, dan meningkatkan relaksasi. Mengingat manfaatnya untuk menenangkan begitu besar, tak heran bila akar wangi menjadi salah satu bahan menjanjikan untuk aromaterapi, selain lavender.

Secara topikal, akar wangi juga digunakan untuk mengusir serangga, rayap, nyamuk, bahkan kutu. Tanaman ini juga dapat digunakan sebagai antiseptik untuk mengobati luka dan menghilangkan bekas luka. Di Garut, Jawa Barat, akar wangi juga dimanfaatkan untuk menjadi bahan kerajinana seperti tas, tempat lampu, lukisan, taplak meja, partisi, dan sarung bantal.

Menilik Deretan Upaya Mitigasi Bencana yang Berjalan di Berbagai Daerah

Peran akar wangi bagi lingkungan

Selain karena wanginya, tanaman ini juga rupanya dikenal memiliki beragam manfaat untuk pelestarian lingkungan. Akar wangi diketahui telah digunakan lebih dari 100 negara dan menjadi elemen utama dalam sistem biaya rendah dan efisien untuk konservasi tanah dan air, stabilisasi infrastruktur, pengendalian polusi, pengolahan air limbah, mitigasi dan rehabilitasi, pengendalian sedimen, pencegahan kerusakan akibat badai, dan masih banyak lagi.

Daunnya bisa menyerap karbon, jadi pakan ternak, pengusir hama, atap rumah, dan bahan baku kertas. Akarnya dapat mencegah longsor dan banjir, , melindungi infrastruktur, memperbaiki kualitas air, menyerap racun, dan menyuburkan tanah.

Menurut penjelasan Agus Wibowo yang pada tahun 2020 menjabat sebagai Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), akar wangi juga dapat digunakan untuk konservasi lahan bekas pertambangan, pencegah erosi lereng, penahan abrasi pantai, dan stabilisasi tebing melalui teknologi vetiver grass technology (VGT) atau vetiver system (VS).

Teknologi tersebut rupanya bukan hal baru sebab sudah ada selama lebih dari 200 tahun di India dan memang dikenal sebagai teknologi sederhana, murah, praktis, mudah dipelihara, dan efektif untuk mengontrol erosi dan sedimentasi tanah, konservasi air, serta stabilisasi, dan rehabilitasi lahan.

Segala peran akar wangi terhadap lingkungan tak terlepas dari sistem perakarannya yang unik. Tanaman ini punya akar serabut yang lurus, bukan menyamping seperti rumput lain, dan akarnya masuk sangat jauh ke dalam tanah. Pada usia setahun, akarnya bahkan bisa mencapai kedalaman 3-4 meter dan mampu menembus lapisan setebal 15 cm yang keras. Di lereng-lereng berbatu, ujung-ujung akarnya bisa menembus dan menjadi semacam jangkar yang begitu kuat.

Dengan akar yang masuk begitu jauh ke dalam tanah membuat akar wangi menjadi kuat, stabil, dan dianggap tanah longsor. Bahkan, akar wangi punya kemungkinan besar untuk tetap kokoh walau diterjang arus air, ditambah lagi ia juga tahan hama, penyakit, bahkan api.

Deden Girmansyah sebagai peneliti di Pusat Penelitian Biologi Lembaga ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan bahwa akar wangi adalah tamanan perawat. Ia mampu merawat tanah yang sakit dan mampu memperbaiki struktur tanah pada kawasan rawan longsor akibat pengikisan oleh air dan angin. Selama tumbuh di tempat yang tepat, akar wangi sangat toleran terhadap kondisi ekstrem seperti kekeringan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini