Mau Stop Overthinking? 5 Buku Ini Bisa jadi Solusi

Mau Stop Overthinking? 5 Buku Ini Bisa jadi Solusi
info gambar utama

Masa pandemi mengharuskan kita untuk beradaptasi secara digital, mulai dari bekerja, belajar, dan kegiatan lainnya. Di tengah kesibukan, tidak jarang tentunya kita memiliki waktu kosong. Tanpa kita sadari, waktu kosong tersebut malah kita gunakan untuk overthinking.

Diambil dari kata “over” dan “thinking”, overthinking secara harfiah diartikan sebagai berpikir berlebihan. Overthinking membuat kita tenggelam dalam pemikiran kita sendiri yang berujung pada kecemasan yang tidak berkesudahan.

Dilansir dari jurnal karya Domina Petric yang berjudul Emotional Knots and Overthinking, beberapa ahli berpendapat bahwa overthinking dapat mengaktifkan beberapa bagian otak yang dapat menstimulasi perasaan takut dan khawatir. Kebiasaan berpikir berlebihan secara terus-menerus dapat mengganggu beberapa sistem kognitif dan fungsi otak.

Berpikir berlebihan juga dapat menyebabkan kita sakit secara fisik seperti terganggunya sistem pencernaan, merusak kesehatan kulit, hingga dapat mengganggu fungsi jantung. Banyak dampak negatif yang dapat dihasilkan dari overthinking ini.

Ada berbagai cara yang dapat kamu lakukan untuk bisa mengurangi aktivitas berpikir berlebihan ini, salah satunya dengan membaca. Berikut beberapa rekomendasi buku yang bisa membantumu untuk mengatasi kebiasaan overthinking-mu.

1. Filosofi Teras - Henry Manampiring

Ilustrasi | Foto: https://tariseptiari.blogspot.com/2019/01/membaca-filosofi-teras-yuk.html
info gambar

Buku ini sempat ramai diperbincangkan publik. Mengadaptasi stoisisme atau pandangan filsafat stoa dari Yunani atau Romawi kuno, buku ini mengajak para pembacanya untuk bisa lebih merelakan hal-hal yang berada di luar kendali kita.

Salah satu nilai yang paling menarik perhatian para pembacanya adalah dikotomi kendali. Singkatnya, dikotomi kendali memberikan kita pemahaman untuk bisa membedakan hal apa yang dapat kita kendalikan dan hal apa yang berada di luar kendali kita.

“Ada hal di bawah kendali kita, ada hal-hal yang tidak di bawah kendali kita.” Kalimat tersebut merupakan salah satu nilai jual dari buku ini. Dalam buku ini, Manampiring atau lebih akrab disapa Om Piring ingin menekankan agar kita bisa melepaskan hal-hal yang tidak berada dalam kendali kita, serta fokus dalam hal-hal yang berada di bawah kendali kita.

2. Hidup Damai Tanpa Berpikir Berlebihan - Tsuneko Nakamura dan Hiromi Okuda

Dalam buku yang terbit di beberapa negara ini, Psikiater Tsuneko Nakamura menekankan mengenai bagaimana kita dapat berkompromi dengan pikiran kita di dunia yang penuh tuntutan. Tuntutan untuk melakukan ini-itu, sering membuat banyak orang menjadi kecewa jika tidak memenuhi ekspektasi tersebut.

Bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti, juga kisah yang berdasarkan dari pengalaman sang penulis sendiri, menjadi nilai tambah dalam buku ini. Buku yang ditulis berdasarkan pengalaman dan sudut pandang dari dokter Tsuneko Nakamura ini, memberikan kita pemahaman bahwa semua manusia memiliki jalan hidupnya masing-masing.

Nikmati hidup yang sudah ada, serta tidak perlu membanding-bandingkan apa yang kita miliki dengan kepunyaan orang lain. Sederhananya, jangan ambil pusing.

3. The Power of Now - Eckhart Tolle

The power of now |Foto: humanities
info gambar

Untuk kamu yang masih suka overthinking soal kejadian masa lalu atau kamu yang masih suka takut akan terjadi di masa depan, buku ini cocok untuk kamu. Pikiran kita akan menjadi sebuah instrumen yang kuat jika kita fokus di masa kini.

Keseimbangan adalah salah satu nilai yang ditonjolkan dalam buku ini. Pikiran yang proporsional dan terkendali dapat membuat hidup kita menjadi lebih tenang. Segala keresahan kita mengenai masa lalu adalah sebuah hal yang sia-sia dan membuat waktu kita terbuang.

Dalam penyampaiannya, Tolle menggunakan contoh di kehidupan sehari-hari yang membuat buku ini cocok bagi kamu yang suka sesuatu dengan contoh nyata. “Realize deeply that the present moment is all you have. Make the ‘now’ the primary focus of your life.”

4. The Subtle Art of Not Giving A F*ck - Mark Manson

Buku bersikap bodo amat |Foto: Pratimasharma
info gambar

Kalau yang satu ini adalah salah satu top tier buku penolong para overthinker. Secara harafiah, arti dari judul buku ini adalah sebuah seni untuk bersikap bodo amat. Lalu, apa bagusnya bersikap cuek? Bukannya itu sesuatu yang buruk, ya? Manson berhasil menjelaskan segala pertanyaan tersebut dalam bukunya.

Bahasanya yang blakblakan berhasil membuat para pembaca menjadi ‘tertampar’ dengan kenyataan yang ada. Salah satu kalimat yang menohok dalam buku ini adalah bagaimana Manson berpikiran bahwa kita semua. yang sedang berpikir berlebihan mengenai banyak hal adalah kita yang sedang lari dari kenyataan yang ada.

Buku ini mengajak kita untuk bersikap sedikit acuh mengenai hal-hal yang tidak berkesudahan. Bagi kamu yang lebih tertarik membaca buku dalam bahasa Indonesia, buku ini sudah tersedia dalam versi bahasa Indonesia dengan judul Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat.

5. The Untethered Soul - Michael A. Singer

Buku Michael A. Singer |Foto: Bilabongretreat
info gambar

Apakah kamu sering mendengarkan suara-suara negatif di kepala kamu? Untuk bisa mengurangi suara-suara tersebut, buku ini bisa membantumu. Buku ini menegaskan bahwa semua suara atau pikiran yang ada di kepalamu adalah bukan dirimu.

Jika kamu berhasil memisahkan pikiran ini dengan perasaanmu, kamu akan mencapai ketenangan yang kamu dambakan. “Only you can take inner freedom away from yourself, or give it to yourself. Nobody else can.” Sederhananya, hanyalah kamu yang bisa menguasai kebebasan dirimu sendiri. Bukan orang lain dan bahkan bukan suara di dalam kepalamu.

Overthinking kadang menjadi isyarat dari tubuh kamu untuk beristirahat. Melalui buku ini, diharapkan kamu bisa menghadapinya. Jangan lupa untuk tetap menjaga kesehatan mentalmu di masa seperti ini, ya!

Referensi: IDNtimes | Harnas.co | Cosmopolitan

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini