Kenali Bahaya Toxic Productivity, Sebaiknya Segera Kamu Hindari

Kenali Bahaya Toxic Productivity, Sebaiknya Segera Kamu Hindari
info gambar utama

Pesatnya perkembangan teknologi masa kini secara tidak langsung memengaruhi kehidupan manusia, terutama dalam hal produktivitas. Sejatinya, menjadi produktif itu baik, asalkan tidak terlalu ekstrem atau berlebihan. Produktivitas yang 'kelewatan' dan bersifat tidak sehat ini dikenal dengan sebutan toxic productivity.

Istilah toxic productivity berarti sebuah obsesi seseorang untuk terus mengembangkan diri atau bekerja, serta merasa bersalah jika tidak dapat melakukan banyak hal di saat itu.

Padahal, menjalani hidup dengan toxic productivity justru bisa berakibat fatal karena membawa segudang bahaya bagi diri seseorang. Lantas, apa saja bahaya dari produktivitas beracun yang mesti dihindari?

Menjadi akrab dengan burnout

Ilustrasi burnout | Foto: Andrea Piacquadio/Pexels.com
info gambar

Goodmates, pasti kamu sudah tidak asing lagi dengan istilah ini. Kata tersebut sering kali diucapkan saat merasa ‘kewalahan’ dalam menangani banyaknya pekerjaan. Benar saja, burnout menjadi hal yang paling memungkinkan untuk dialami akibat toxic productivity.

Burnout sendiri merupakan kondisi di mana seseorang mengalami kelelahan, bagi dari segi fisik, emosional, serta dan mental akibat pekerjaan yang dijalankan. Biasanya, keadaan ini ditandai dengan gejala kurang atau hilangnya semangat dalam bekerja, mudah lelah dan sakit, bahkan sampai membenci pekerjaannya tersebut.

Berbagai pekerjaan dan kegiatan lain yang selalu dilakukan dapat membuat kamu merasa stres sekaligus kelelahan. Namun sayangnya, adanya toxic productivity akan terus membuat manifestasi bahwa kamu masih sanggup dan tidak merasa capek.

Stres dan lelah berlebihan dalam waktu yang berkepanjangan inilah yang dapat memicu timbulnya burnout. Kalau sudah seperti ini, bukan mustahil pekerjaan yang kamu laksanakan akan membuahkan hasil yang tidak maksimal.

Membahayakan kesehatan fisik

Ilustrasi sakit | Foto: Polina Tankilevitch/Pexels.com
info gambar

Contoh yang paling sederhana dari toxic productivity adalah bekerja sampai larut malam. Alhasil, waktu yang seharusnya digunakan untuk tidur malam diganti menjadi waktu bekerja sehingga menggangu jam biologis yang akan membahayakan kesehatan fisik.

Lebih lanjut, produktivitas yang berlebihan juga bisa membuat seseorang lupa waktunya makan dan beristirahat saking terobsesinya dengan bekerja. Sementara itu, tubuh kamu memerlukan istirahat yang cukup sehabis beraktivitas.

Bahkan, robot dan mesin saja tidak boleh overwork karena bisa memicu kerusakan atau ledakan, apalagi manusia. Tentunya kamu masih ingat dengan pepatah “kesehatan adalah harta yang paling berharga”, bukan?

Berpotensi menimbulkan gangguan mental

Ilustrasi gangguan kecemasan | Foto: Andrew Neel/Pexels.com
info gambar

Tidak hanya kesehatan fisik, toxic productivity juga bisa menyerang kesehatan mental kamu, lo. Disadari atau tidak, toxic productivity akan terus membuat seseorang merasa tidak puas dan diliputi rasa bersalah kalau tidak melakukan kegiatan yang produktif atau memilih beristirahat.

Gangguan mental seperti anxiety (kecemasan), stres, sampai depresi adalah beberapa masalah yang berpotensi timbul sebagai akibat dari produktivitas yang berlebihan.

Rasa cemas tersebut dapat terasa apabila kamu terlalu memforsir diri untuk tetap bersikap produktif hari demi hari. Semakin lama, kecemasan ini dapat memengaruhi emosi dan memicu stres, bahkan bisa mengarah kepada depresi.

Kalau sudah mengalami hal semacam itu, tentu kamu akan kesulitan lagi untuk berpikir dengan jernih dan beraktivitas seperti sedia kala. Terlebih lagi, proses treatment-nya bisa memakan waktu yang tidak sebentar.

Merasa gelisah dan sulit untuk bersosialisasi

Ilustrasi bersosialisasi | Foto: Elevate/Pexels.com
info gambar

Umumnya, salah satu kegiatan yang dilakukan untuk melepas penat dan stres adalah dengan berkumpul atau hang out bersama teman maupun keluarga. Namun, bagi mereka yang menjalani kehidupan dengan toxic productivity, hal seperti itu justru dapat membuatnya gelisah dan tidak nyaman.

Padahal, manusia sejatinya merupakan makhluk sosial yang memerlukan adanya interaksi dengan orang lain. Baik untuk memperoleh atau memberikan bantuan, berkolaborasi, bercengkerama, sampai memenuhi kebutuhan emosional.

Dalam hal ini, toxic productivity secara tidak langsung akan membuat kamu cenderung menghabiskan banyak aktivitas untuk selalu bekerja. Akibatnya, kamu jadi tidak punya waktu luang untuk bisa bebas bersosialisasi seperti biasanya.

Orang-orang dengan produktivitas semacam ini biasanya senang untuk ‘mengurung’ diri dalam rumah atau kantor supaya tetap produktif. Di samping itu, mereka juga menganggap bahwa nongkrong merupakan kegiatan sia-sia yang hanya membuang waktu sehingga harus dihindari.

Wah, berbahaya sekali, bukan dampak yang ditimbulkan dari toxic productivity? Maka dari itu, yuk bersama-sama kita hindari gaya produktivitas yang toksik ini supaya tidak menggangu kehidupan pribadi, apalagi sampai kesehatan kita.

Referensi: Kumparan | Beautynesia | Kompas

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini