Sebagai Upaya Mitigasi, BRIN dan BMKG Rancang Pemodelan Tsunami Merah Putih

Sebagai Upaya Mitigasi, BRIN dan BMKG Rancang Pemodelan Tsunami Merah Putih
info gambar utama

Indonesia merupakan negara kepulauan yang termasuk memiliki potensi tsunami tinggi. Tsunami merupakan fenomena alam akibat gempa bawa laut atau fenomena alam lainnya yang mengakibatkan terjadinya pengangkatan atau penurunan di dasar laut sehingga air laut terganggu dan membentuk gelombang besar yang menyapu kawasan pantai.

Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang memiliki kemampuan untuk menjalar begitu cepat hingga 900 km per jam. Kecepatannya bergantung pada kedalaman laut. Pada laut dengan kedalaman 7.000 meter misalnya, kecepatannya bisa mencapai 942,9 km per jam, sama dengan kecepatan pesawat jet.

Penamaan tsunami berasal dari Bahasa Jepang. Tsu artinya pelabunan dan nami berarti gelombang laut. Pada awalnya, tsunami berarti gelombang laut yang menghantam pelabuhan. Ada banyak penyebab tsunami yaitu gempa bumi, letusan gunung api dasar laut, tanah longsor di dasar laut, atau akibat jatuhnya meteor meski jarang terjadi.

Sebagai upaya untuk mengurangi risiko dan dampak akibat bencana, termasuk tsunami, maka dilakukan mitigasi terhadap masyarakat di yang tinggal di daerah rawan bencana, baik itu bencana alam ataupun bencana akibat ulah manusia sendiri.

Tujuan dari mitigasi adalah mengurangi dampak yang ditimbulkan, sebagai pedoman perencanaan pembangunan, serta meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi dan mengurangi dampak bencana.

Adapun kegiatan mitigasi meliputi pengenalan dan pemantauan risiko bencana, perencanaan penanggulangan bencana, identifikasi dan pengenalan terhadap sumber bahaya, juga pemantauan terhadap sumber daya alam, teknologi, serta pengawasan tata ruang dan lingkungan hidup.

Tanaman Akar Wangi dan Perannya Terhadap Mitigasi Bencana

Kolaborasi BRIN dan BMKG

Ilustrasi tsunami | @bernard huard Shutterstock
info gambar

Untuk pengembangan riset mengenai tsunami, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika siap berkolaborasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Dijelaskan Plt. Kepala Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika BRIN, Widjo Kongko, pihaknya ingin berkolaborasi untuk bersama-sama membangun sistem pemodelan tsunami guna mendukung program Indonesia Tsunami Early Warning System atau InaTEWS, sistem ini disebut sebagai model tsunami merah putih.

“Mulai tahun ini dan tahun depan, optimis bisa kita lakukan dan semoga dapat berjalan dengan baik,” ujar Widjo.

Menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, BMKG siap bekerja sama untuk mewujudkan keberlanjutan teknologi pemodelan dan mitigasi tsunami di Indonesia, sekaligus untuk meregenerasi InaTEWS yang dirintis sejak tahun 2008.

Dwikorita berharap bahwa InaTEWS dengan pemodelan merah putih ini bisa segera terealisasi dalam 1-2 tahun mendatang. Ia juga mengakui bahwa di Indonesia terdapat cukup banyak pakar tsunami dan sumber daya itu harus dioptimalkan dan pengetahuan ini juga perlu diwariskan ke generasi muda.

Pada Jumat (4/3/2022), Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai BRIN Yogyakarta resmi melebur ke dalam Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika. Untuk lingkup kerjanya adalah melakukan riset bidang pelabuhan, dinamika pantai, dan penataan kawasan pantai.

Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika, khususnya Laboratorium Dinamika Pantai di Yogyakarta sebelumnya telah berhasil mematenkan BPPT-lock, yaitu satu rekayasa unit lapis lindung beton untuk pemecah gelombang di Pelabuhan atau perlindungan pantai.

Kata Widjo, BPPT-lock telah digunakan di beberapa tempat sejak tahun 2018, misalnya di PLTU Pacitan, TPPI Tuban, dan Pelabuhan Sanur Bali. Banyak pula kontraktor di bidang pelabuhan-pantai yang tertarik menggunakan BPPT-lock yang secara kinerja lebih stabil dan ekonomis.

Pada tahun 2022 ini, Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika BRIN, khususnya Laboratorium di Yogyakarta terlibat dalam riset di rumah program teknologi kebencanaan melalui Organisasi Riset Pengkajian dan Penerapan Teknologi BRIN.

Rumah program tersebut akan mewadahi riset mengenai mitigasi bencana, mulai dari teknologi peringatan dini, pencegahan dan mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, hingga rehabilitasi dan rekayasa-desain rekonstruksi.

“Kami melanjutkan riset sebelumnya dengan melakukan pengembangan pemodelan prediksi tsunami berbasis kecerdasaan artifisial dan optimasi desain hybrid untuk mengurangi dampak ancaman tsunami,” jelas Widjo.

Mitigasi Bencana Iklim dengan Mendorong Perwujudan Green Banking

Tsunami dan mitigasi bencana di Indonesia

Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, wilayah di Indonesia yang termasuk rawan bencana tsunami yaitu Nangroe Aceh Darussalam, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bengkulu, Lampung-Banten, Jawa Tengah bagian selatan, Jawa Timur bagian selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku Selatan, Balikpapan, Palu, Talaud, dan Kendari.

Seperti yang kita ketahui bahwa tsunami pernah terjadi di Indonesia. Menurut BMKG, bencana tsunami terbesar di Indonesia terjadi di Aceh pada 26 Desember 2004 yang menelan korban meninggal dunia sampai 227.898 jiwa.

Untuk mengurangi dampak buruk dari tsunami serta menekan jumlah korban jiwa dan harta benda, mitigasi bencana sangatlah diperlukan. Upaya mitigasi yang dilakukan bisa berupa pemetaan kawasan rawan tsunami dengan skala yang cukup memadai, pembuatan green belt di kawasan pantai, penataan tata ruang, pembuatan jalur dan tempat evakuasi, dan pembuatan sistem peringatan dini tsunami yang didukung dengan kecanggihan teknologi.

Mitigasi untuk bencana tsunami dapat dilakukan dengan membangun Tsunami Early Warning System (TEWS) dengan menerapkan sistem terintegrasi seperti jejaring seismograf yang rapat dan sensitif, pembangunan sistem Deep-ocean Assessment and Reporting of Tsunami’s (DART), sistem satelit, dan stasiun induk pengolahan data interpretasi.

Tentunya juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang dekat dengan zona rawan tsunami untuk selalu waspada dan memahami gejala-gejala tsunami agar dapat langsng melakukan evakuasi bila terjadi bencana.

Menilik Deretan Upaya Mitigasi Bencana yang Berjalan di Berbagai Daerah

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini