Jawara dari Banten, Tradisi dan Ilmu Kedigdayaan Berupa Kekuatan Magis

Jawara dari Banten, Tradisi dan Ilmu Kedigdayaan Berupa Kekuatan Magis
info gambar utama

Bantan sebagai Kerajaan Islam membuat posisi ulama di wilayah ini tentu sangat kuat dan memiliki hierarki sosial yang signifikan di dalam struktur masyarakat. Hal ini dikarenakan kedudukan ulama adalah perpanjangan tangan sultan dalam proses Islamisasi.

Disamping dikenal sebagai daerah kiai, Banten pun dikenal sebagai tempatnya para jawara. MH Tihami membedakan antara kiai, santri, dan jawara. Dalam masyarakat Banten, kiai adalah tokoh sentral. Sedangkan jawara dan santri adalah murid dari kiai.

“Perbedaan antara jawara dan santri terletak pada ketekunan mereka ketika berguru. Santri lebih menekuni ilmu-ilmu keagamaan, sedangkan jawara lebih menekuni bidang yang terkait dengan pengolahan raga dan batin,” tulisnya dalam tesis berjudul Kyai dan Jawara di Banten, Studi Tentang Agama, Magi, dan Kepemimpinan di Desa Pesanggrahan, Serang, Banten.

Sebagian orang menginterpretasikan jawara berasal dari kata “juara” yakni orang yang menang dalam suatu kompetisi, atau orang pilihan nomor satu. Sedangkan mengenai definisi jawara, banyak akademisi dan budayawan yang menyusun definisinya.

Michael C Willims dalam bukunya Communism, Relegions, and Revolt in Banten mendeskripsikan jawara sebagai kelompok orang yang mengangkat sumpah janji dan ketaatan tegas kepada sang pemimpin.

Debus, Ilmu Kebal di Tanah Jawara untuk Melawan Kolonial Belanda

Kelompok ini bertujuan untuk membangun kekuatan supranatural dengan cara mengembangkan unsur-unsur mistis, dan magis yang selanjutkan diformulakan ke dalam amalan-amalan ataupun sejenis jimat, rajah, dan wafak.

Kekuatan magis yang dimiliki jawara, merupakan proses transformasi dari seorang guru (kiai) kepada muridnya. Ilmu kedigdayaan magis ataupun kanuragan ini hanya berhak dipergunakan oleh si murid yang menerimanya.

Walau kadang dicirikan negatif, pada awalnya jawara ini dianggap seorang sebagai seorang yang pemberani dan dipercaya menjadi pengawal pribadi dan umum. Selain itu mereka disebut sebagai pendekar, kesatria dan pembela orang lemah.

Jawara pun termasuk orang yang saleh, karena merupakan murid dari kiai yang mendalami ilmu-ilmu kanuragan dan magis. Jawara juga dianggap sebagai sosok pahlawan masyarakat Banten. Karena bersama kiai melakukan pemberontakan melawan pihak Belanda.

Muncul dan berkembangnya citra buruk jawara sebagai pemberontak lebih di dominasi permasalahan politik pada masa penjajahan dan pasca kemerdekaan. Hal ini terjadi akibat tekanan pihak kolonial kepada rakyat Banten dan sulitnya ekonomi kala itu.

“Jawara pada masa sekarang cenderung menjadi simbol kelompok yang ingin turut serta berkontribusi dalam peran kemasyarakatan dengan memiliki skill keberanian dan kekuatan fisik,” beber Tihami.

Awal mula jawara dan kondisi sosial masyarakat

Fahmi Irafani dalam buku Jawara Banten: Sebuah Kajian Sosial, Politik, dan Budaya menyebut jawara juga dikenal sebagai orang yang memiliki kemampuan bela diri dalam mengolah tubuh dan tenaga dalam.

“Seperti halnya ilmu kekebalan tubuh, ilmu brajamusti, kanuragan, kekuatan magis, dan kewibawaan karisma, selain itu dia melakukan kegiatan sosial dengan spirit perjuangan, membela rakyat lemah dan heroisme,” tulisnya

Menurut Fahmi, jawara berperan dalam lingkup pemimpin tradisional (informal) menjadi jaro, lurah atau guru silat, saat ini banyak dari kalangan kelompok jawara berprofesi sebagai (pemimpin formal) anggota dewan, penguasa, dan pejabat pemerintah.

Sedangkan munculnya jawara dipercaya sudah ada pada masa Kesultanan Banten. Peranan jawara dalam kehidupan masyarakat mulai muncul ke permukaan pada masa akhir keruntuhan Kesultanan Banten.

Pasca dihapuskan pemerintahan Kesultanan Banten oleh Herman Willem Dandles, tekanan kepada masyarakat pribumi makin besar sehingga memunculkan konflik di masyarakat. Kekacauan inilah berakibat pada pemberontakan yang dilakukan para kiai.

Dari kondisi ini, para jawara muncul dan tampil bersama para kiai sebagai pemimpin informal masyarakat. Hal ini dimungkinkan karena jawara memiliki keterampilan bela diri, silat, ilmu magis sebagai keterampilan khusus untuk menghadapi Belanda.

Sejarah Hari Ini (15 Desember 1947) - Uridab, Mata Uang Daerah Pertama di Pulau Jawa

Lain halnya dengan Sartono Kartodirjo dalam buku Pemberontakan Petani Banten 1888 menyebut jawara mucul akibat hancur dan ambruknya tatanan sosial masyarakat akibat dihapuskan kesultanan, sehingga memunculkan perilaku kriminal dan bandit sosial.

Sebagai pemimpin informal, jawara berupaya untuk memulihkan keadaan, tidak sedikit di antara mereka kemudian ada yang berprofesi sebagai jaro, baik pada masa kolonial, pasca kemerdekaan, orde baru, bahkan sampai saat ini.

Ada juga versi lain yang menyatakan bahwa jawara lahir dari dunia persilatan di Banten. Tidak heran, karena daerah Banten telah dikenal kuat sebagai daerah persilatan. Sejarah dunia persilatan di Banten bahkan telah ada dalam Serat Centhini.

Pada masa lalu, tradisi persilatan di Banten nampaknya menjadi suatu kebutuhan bagi induvidu-induvidu tertentu untuk mempertahankan kehidupan dan kelompoknya. Hidup di daerah terpencil dan rawan dari tindakan kriminal membuat kemampuan bela diri sangat diperlukan.

Dalam dunia persilatan terdapat turnamen-turnamen, di mana para pesilat bertarung untuk menjajal kemampuan bela diri mereka. Dapat dimungkinkan bahwa istilah jawara nampaknya muncul karena tradisi ini.

“Seorang jawara yang terkenal dan ditakuti oleh lawan maupun kawan, dapat dipastikan karena memiliki keunggulan dalam hal keberanian dan menaklukan lawan-lawannya,” ucap Fahmi.

Ilmu magis dan klasifikasinya

Fahmi menyatakan dalam dunia jawara ada pengklasifikasian dan pembagiannya menjadi dua aliran, yaitu jawara beraliran putih dan jawara yang beraliran hitam. Pembagian tesebut bedasarkan dan sumber magis yang diperoleh para jawara.

Sumber magis jawara aliran putih biasanya didapati dari ajaran Islam. Sumber-sumber magis tersebut biasanya bersumber dari tarekat-tarekat dan sebagian lain dari tradisi animisme. Sumber animisme inilah yang digunakan jawara aliran ilmu hitam.

Jawara yang beraliran putih dipandang dekat dengan kiai. Sumber magis yang mereka dapatkan berasal dari kiai sebagai mentor ataupun gurunya. Selain itu mereka juga memiliki amalan-amalan ritual tetapi tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

Beberapa ritual yang terlihat paling penting adalah amalan dan puasa. Kedua bentuk ritual ini memilki pengaruh yang sangat besar. Puasa merupakan latihan pengendalian diri menahan hawa nafsu.

Ritual puasa di sini tidak seperti puasa Ramadan yang lazim dilaksanakan, biasanya puasa yang dilakukan oleh seorang murid dijalankan selama 3-7 hari bahkan ada yang sampai 40 hari.

Sejarah Hari Ini (4 Oktober 2000) - Kelahiran Provinsi Banten

Sementara amalan merupakan kegiatan zikir. Ini biasanya dilakukan dengan mengulang beberapa kalimat atau ayat-ayat Alquran. Bentuk zikir disesuaikan dengan kemampuan yang ingin diperoleh.

“Ritual zikir ini biasanya dilakukan setelah salat wajib atau tahajud,” jelas Fahmi.

Sedangkan dalam menjalani kehidupan ada perbuatan yang dilarang atau dikenal dengan pantangan, seperti dilarang mencuri, tidak boleh sombong, tidak boleh meninggalkan salat, dilarang bermain perempuan dan sebagainya.

Di sisi sebaliknya, jawara aliran ilmu hitam menggunakan doa atau mantra dari kepercayaan animisme dan dinamisme yang disebut Jangjawokan. Bahasa mantra yang digunakan biasanya berasal dari bahasa Jawa kuno dan Sunda kuno.

Ritual mereka disebut sering bertentangan dengan ajaran Islam, seperti memberikan persembahan atau sesajen kepada benda-benda tertentu, antara lain seperti halnya keris, golok ataupun benda-benda yang dianggap keramat.

“Tetapi sebagian jawara Banten, umumnya mencampur adukan sumber magis tersebut. Sehingga dapat dijumpai praktik-praktik magis yang diawali dengan pembacaan dua kalimat syahadat atau ayat-ayat Alquran kemudian disambung mantra Jangjawokan,” pungkasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini