Kisah Pelesiran Putra Mahkota Rusia dan Pesohor Eropa di Tanah Priangan

Kisah Pelesiran Putra Mahkota Rusia dan Pesohor Eropa di Tanah Priangan
info gambar utama

Pada abad ke 19 Dunia Tropis yang terbentang di khatulistiwa menjadi fantasi yang tak terbayangkan terutama oleh masyarakat di belahan bumi utara seperti Amerika dan Eropa. Pesonanya telah menyihir berbagai kalangan dari petualang, ilmuwan, hingga masyarakat awam.

Dunia tropis seperti menghadirkan sihir dan magnet yang menarik bagi orang-orang kulit putih untuk datang ke wilayah ini. Kekayaan dan keanekaragaman flora dan fauna, pesona budaya timur yang eksotis dan menawan, dunia alam yang penuh misteri.

Kehidupan manusia yang masih sederhana dan tradisional menjadi imajinasi yang menumbuhkan rasa penasaran dari para orang kulit putih untuk datang dan berkunjung. Hal ini juga ditambah oleh berbagai foto, buku, dan catatan perjalanan orang Eropa yang pernah mengunjungi daerah tropis.

Salah satu kunjungan yang membuat Hindia Belanda makin tersohor adalah kedatangan Nicholas Alexandrovich, pewaris takhta Kekaisaran Rusia ke Priangan Timur. Putra Tsar Alexander III ini mengunjungi Hindia Belanda pada 1891 bersama Pangeran George II, putra mahkota Kerajaan Yunani.

Menukil dari National Geographic, seorang sastrawan Melayu Tionghoa, Tan Teng Kie menyebut rombongan pangeran ini memulai kunjungannya di Batavia. Para pejabat pemerintah turut menyambut di pelabuhan, mungkin Tanjung Priok.

Cerita Baju Baru dan Pohon Pisang dalam Perayaan Natal di Tanah Priangan

Disebutkan pula, warga Batavia menyambut kedatangan sang pangeran, mereka berjubel ingin melihat sosok yang kelak jadi kaisar terakhir Rusia ini. Di Batavia, Nicholas menyaksikan opera Sleeping Beauty di Schouwburg, kini Gedung Kesenian Jakarta.

Besoknya rombongan Nicholas melancong ke Bogor. Mereka berkesempatan berburu satwa liar. Dicatat seorang jenderal Rusia berhasil menembak empat harimau Jawa, dua mati dan lainnya masih hidup. Sementara pangeran Nicholas terlihat tersenyum atas hasil buruan.

Pangeran yang kelak naik tahta sebagai Tsar Rusia Nicholas II ini lantas melanjutkan perjalanan ke Garut. Di sana rombongan ini mencicipi berkuda sandel dan bersantap roti ararut. Diberitakan mereka juga berburu babi hutan di lembah Cikuray, Garut.

“Tanah Priangan kedatangan tamu yaitu anak Raja Rusia. Anak raja ini diceritakan berburu babi hutan di Cikuray. Bertemu jurang besar dan dalem di antara dua miringnya gunung 2800 meter di atas laut. Anak raja gagah menembak bunuh 13 babi hutan.” tulis surat kabar Bintang Barat 10 Maret 1891.

Kaisar yang kelak memerintah dari 1894-1918 ini kemudian tinggal selama dua hari di rumah Bupati Garut. Disebutkan bahwa Bupati Garut mendapat hadiah cincin emas dari anak Raja Rusia ini.

Buku harian Nicholas II menunjukan dirinya mengalami kelelahan ketika berada di Hindia Timur. Dirinya mengalami kelelahan karena perjalanan panjang untuk melihat gunung berapi. Pada waktu itu dirinya berkunjung ke Hindia Belanda saat usia 23 tahun.

Memancing para pangeran lain

Kedatangan putra mahkota Rusia, Nicholas yang tiga tahun sejak kepulangannya dari Hindia Belanda dinobatkan menjadi Kaisar Rusia ini, mendapat liputan dari media Batavia. Hal ini menggerakan keinginan penduduk kulit putih untuk mengunjungi Priangan.

Bangsawan lain yang menjadi tamu di Hindia Belanda ialah putra mahkota dari Kerajaan Austria-Hongaria pada April 1893. Tujuannya tentu berpelesir. Tidak terlalu jelas siapa nama putra mahkota Kerajaan Austria-Hungaria tersebut.

Namun sebuah artikel dari Majalah Der Spiegel yang ditulis Mathias Schulz yang berjudul Diary Rediscovered Franz Ferdinand's Journey Around The World (2013) memberikan konfirmasi bahwa putra mahkota ini adalah Franz Ferdinand Yoseph.

Ketika itu Ferdinand masih berusia 28 tahun dan didampingi oleh lebih dari 400 orang, mulai dari pendeta angkatan laut hingga bendahara kerajaan. Dalam perjalanan ini, dirinya mencatat lebih dari 2.000 halaman yang tujuan utamanya India dan Amerika Serikat.

Dari Batavia, rombongan putra mahkota ini bertolak ke Bandung. Di sana mereka dijamu di rumah Residen pada siang hari. Ketika sore hari, rombongan bertolak ke Garut. Mereka tiba di Garut pukul tiga sore.

Bebegig Sukamantri, Kesenian dari Priangan Timur

Permadani terbentang di pelataran stasiun hingga keluar halaman. Turut dalam rombongan ini para pejabat seperti Residen Priangan, beribu warga Belanda, China, hingga kaum pribumi yang ingin menyaksikan kedatangan tamu agung.

Menak (bangsawan), kepala-kepala Sunda semua pakai pakaian kebesaran berjejer di halaman stasiun, Pangeran Austria dihormati dengan musik.’ tulis surat kabar Bintang Barat 19 April 1893.

Surat kabar Provinciale Drentsche menulis lebih detail pelesiran putra mahkota yang akhirnya tewas ditembak di Sarajevo 28 Juni 1914 ini. Ketika di Batavia, Ferdinand menginap di Hotel Des Indes.

Kemudian dirinya berkunjung ke Bogor melihat Istana Gubernur Jenderal dan Taman Botani. Pada hari selanjutnya dia direncanakan pergi ke Garut, walau akhirnya tertahan di Bandung. Baru pada hari Kamis, Ferdinand sampai ke Garut untuk melakukan pendakian ke Gunung Papandayan.

Dilaporkan bangsawan ini menyaksikan kerajinan rakyat di Garut dan membeli aneka barang. Pada Sabtu, rombongan ini pergi ke Cigadog untuk berburu babi hutan. Sebelum akhirnya ke Cianjur.

“Artikel tersebut mengatakan bahwa Pangeran Franz Ferdinand menikmati kunjungannya ke Priangan, ungkapan tersebut jelas untuk membentuk citra bahwa Priangan adalah tempat terbaik di Hindia Belanda untuk dikunjungi,” tulis Andi Arismunandar dan kawan-kawan dalam Dari Pesanggrahan Hingga Grand Hotel: Akomodasi Penginapan Untuk Turis Pada Masa Hindia-Belanda Di Priangan (1869-1942).

Nama Priangan yang melejit

Kunjungan-kunjungan para pembesar tentunya mengenalkan keindahan alam Priangan ke turis-turis internasional yang haus akan petualangan-petualangan dunia ketiga yang misterius. Disebutkan oleh David Weir dalam Terra Fantastica, daya tarik utama Priangan adalah keindahannya.

Priangan memiliki lebih banyak tempat menarik untuk dinikmati dan memiliki pemandangan yang lebih indah dari tempat lain. Tidak ada daerah yang memiliki begitu banyak gunung berapi di daerah yang relatif kecil ini.

“Bukti-bukti dari gunung berapi tersebut berupa kekuatan alam seperti mata air panas, kawah aktif, solfatara dan lain-lain, terletak di tengah-tengah vegetasi yang paling indah, memberikan pesona Priangan yang sulit dibandingkan,” tulis buku panduan pariwisata yang diterbitkan tahun 1913 oleh Vereeniging Toeristenverkeer.

Iklim di Priangan menjadi salah satu yang paling sehat, udaranya sejuk dan menyegarkan. Ini ditambah dengan bentang alam dan konturnya berupa pegunungan dan penduduk lokal yang ramah. Tentunya bisa mengundang kunjungan para turis untuk menikmati keindahan alam tatar Priangan.

R.E Scidmore dalam Java The Garden of the East menyatakan Priangan memiliki pemandangan paling indah di seluruh Jawa yang seharusnya terkenal di dunia. Dan dengan pesona itu seolah mustahil jika dianggap selalu berlebihan mendeskripsikannya.

Geliat turisme di Priangan mengalami masa perkembangan yang begitu pesat dari mulai abad ke 19 hingga awal abad ke 20. Di Garut misalnya menjadi destinasi unggulan sampai dekade pertama abad ke 20.

Bahasa Sunda dan Urgensi Perlindungan Bahasa Daerah

Industri pariwisata di Garut mencapai puncak keemasannya antara tahun 1920 sampai 1930. Sepanjang 1928, misalnya, Raja Leopold III dan Permaisuri Astrid, penguasa Kerajaan Belgia mengunjungi Garut.

Komedian Charlie Chaplin, aktris dan penyanyi Renate Muller dan aktor serta penyanyi Hans Albers, keduanya dari Jerman menyaksikan keindahan Gunung Papandayan dan pedesaan Garut dari dekat.

Keresidenan Priangan merupakan salah satu wilayah di Hindia Belanda yang membuat orang Eropa merasa nyaman. Udara yang sejuk, nyaman dan indah begitu mempesona orang-orang Eropa.

M.A.W Brouwer seorang Belanda yang sempat tinggal di Bandung mengatakan bahwa “Bumi Pasundan Diciptakan Ketika Tuhan Sedang Tersenyum”. Tentunya pendapat ini tidak berlebihan mengingat pesona Bumi Parahyangan.

Karena pesona ini, wilayah-wilayah di Priangan pun dijuluki Europe in de Tropen dari orang Eropa. Selain itu ada juga julukan-julukan seperti Paris van Java (Bandung), Switzerland van Java (Garut).

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini