Pernah Jadi Hobi Kaum Bangsawan, Prangko dan Filateli Riwayatmu Kini

Pernah Jadi Hobi Kaum Bangsawan, Prangko dan Filateli Riwayatmu Kini
info gambar utama

Setiap tahunnya, tanggal 29 Maret diperingati sebagai Hari Filateli Indonesia. Peringatan ini akan menjadi pengingat masyarakat mengenai hobi yang pernah mengetren pada zamannya. Dari raja-ratu, hingga berbagai kalangan masyarakat di dunia pernah punya hobi filateli, termasuk di Indonesia.

Istilah filateli merujuk kepada studi atau penelitian mengenai prangko dan sejarah pos. Namun, di sisi lain filateli juga berarti kegiatan mengoleksi prangko, melakukan studi tentang prangko, atau mengapresiasi prangko dan produk filateli lain seperti karnet, kartu, sampul, dan dokumen-dokumen filateli.

Orang yang mengoleksi benda-benda pos kemudian disebut filatelis. Mereka mengumpulkan prangko dan benda-benda pos, baik itu edisi lama maupun edisi baru dari berbagai negara. Tentunya semakin lama usia benda tersebut dan semakin langka, akan memberikan kepuasan tersendiri dalam mengoleksinya.

Kini, gaung dari hobi tersebut semakin meredup, apalagi prangko dan kegiatan surat-menyurat sendiri sudah semakin jarang dilakukan di tengah kemajuan teknologi dan kemudahan berkirim pesan di era modern ini.

Namun, untuk memperingati Hari Filateli Indonesia, tak ada salahnya bila kita mempelajari hobi yang sempat hit tersebut.

Pos Bloc, Tempat Kongko dan Ruang Kreatif Baru di Gedung Kantor Pos

Filateli, hobi ekslusif pada masanya

Prangko | @Arief Budi Kusuma Shutterstock
info gambar

Filateli termasuk salah satu hobi tertua di dunia. Bahkan, hobi ini sempat dianggap ekslusif karena hanya kalangan bangsawan dari kerajaan di Eropa yang melakukannya. Bahkan, filateli sempat disebut “king of hobbies and hobby of the kings” karena para raja dan ratu juga pernah menjalankan hobi filateli, seperti Ratu Elizabeth, Ratu Monaco, hingga Raja George.

Namun, seiring berjalannya waktu dan prangko semakin sering digunakan untuk surat-menyurat, hobi ini pun perlahan menyebar ke berbagai kalangan masyarakat umum di berbagai negara.

Di Indonesia, pernah ada perkumpulan kolektor prangko yang mendirikan klub filateli bernama Postzegelverzamelaars Club Batavia pada 29 Maret 1922 dan momen tersebut kemudian diperingati sebagai Hari Filateli Indonesia.

Filateli sendiri bukan hanya sekadar mengoleksi benda-benda pos, tetapi juga mempelajari benda tersebut untuk memperluas pengetahuan. Tak sampai di situ, benda koleksi ini juga dianggap sebagai investasi karena memang banyak diburu kolektor dari berbagai negara dan sebuah koleksi yang dianggap menarik bisa saja dijual dengan harga ratusan juta.

Untuk memfasilitasi kebutuhan filateli, Pos Indonesia memiliki layanan filateli. Di sana terdapat penjualan prangko dan produk filateli, dan layanan khusus yang diberikan sesuai permintaan.

Adapun beberapa produk filateli yang dijual di Pos Indonesia termasuk prangko bentuk tertentu, seperti lembaran yang belum dipotong dan tersedia berbagai ukuran, minisheet, souvenir sheet yang diterbitkan untuk memperingati peristiwa tertentu, buku prangko untuk menyimpan koleksi prangko, dan benda-benda pos seperti sampul dan kartu pos.

Bahkan, Pos Indonesia juga punya layanan Prangko Identitas Milik Anda (Prisma), di mana kita bisa mendesain prangko sesuai keinginan, tetapi tetap resmi dan dapat digunakan untuk pengiriman.

Sejarah Hari Ini (29 September 1983) - Digagas Tien Suharto, Museum Prangko Indonesia Diresmikan di TMII

Riwayat prangko di Indonesia

Filateli | @Kachor Valentyna Shutterstock
info gambar

Sebagai salah satu benda yang dikoleksi filateli, tentu kurang lengkap bila tidak membahas prangko. Kata prangko berasal dari bahasa Belanda yaitu franco yang artinya ongkos kirim yang dibayar oleh si pengirim.

Tampilan prangko hanyalah secarik kertas berukuran kecil, bisa bergambar atau tidak, dan membuat nama negara penerbit atau tanda yang jadi ciri khas negara, memiliki nominal tertentu sesuai biaya pengiriman. Prangko sendiri dicetak di atas material sekuriti berupa kertas, tinta, foil, dan teknik cetak sekuriti seperti cetak offset, rotogravure, intaglio, hot stamping, screen print, perforasi, serta digital numbering.

Untuk penggunaannya akan ditempelkan ke amplop atau kartu pos sebelum dikirim ke alamat tujuan. Dengan menempelkan prangko, berarti biaya pengiriman suatu barang telah dilunasi si pengirim.

Prangko pertama diterbitkan di Inggris pada 6 Mei 1840 dan dikenal dengan nama Penny Black yang menampilkan gambar Ratu Victoria. Penny Black merupakan prangko berperekat pertama di dunia yang digunakan dalam sistem pos umum. Sedangkan prangko pertama di Indonesia terbit tahun 1864 memuat gambar Raja Willem III dari Belanda yang didesain oleh TW Kaiser dari Amsterdam.

Meski namanya kian meredup dan tak banyak orang yang mengirim barang dengan menggunakan prangko, nyatanya benda pos ini masih bisa digunakan sampai saat ini, pun di Indonesia setiap tahunnya masih menerbitkan prangko-prangko terbaru dengan tema yang berbeda.

Pada bulan Februari 2021, Presiden Joko Widodo menandatangani prangko seri Gerakan Vaksinasi Nasional COVID-19. Prangko ini diterbitkan sebagai simbol kesiapan bangsa dalam memerangi pandemi Covid-19.

Kemudian pada Desember 2021, Kementerian Kelautan dan Perikanan juga meluncurkan prangko seri Ikan Hias Endemik Indonesia. Penerbitan prangko ini menjadi salah satu upaya pemerintah dalam mempublikasikan kekayaan biodiversitas jenis ikan endemik. Adapun ikan-ikan endemik yang dijadikan ilustrasi prangko adalah ikan cupang kepala ular, ikan cupang alam, ikan ringau, dan ikan capungan banggai.

Baru-baru ini bertepatan dengan diselenggarakannya ajang MotoGP Mandalika 2022 atau Pertamina Grand Prix of Indonesia, Pos Indonesia Mataram menerbitkan prangko edisi khusus bergambar Pertamina Mandalika International Street Circuit. Secara ekslusif, prangko ini hanya diproduksi oleh Kantor Pos Mataram dan hanya dijual 735 keping.

Memasuki tahun 2022, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) juga menerbitkan prangko digital secara hibrid, yaitu prangko konvensional yang dilengkapi fitur barcode atau QR code untuk melacak kiriman. Namun, jenis prangko ini belum bisa diterapkan ke seluruh terbitan karena masih uji coba.

Selain versi digital, gambar dalam prangko pun akan menggunakan teknologi augmented reality (AR), bahkan akan segera bergeser ke teknologi crypto. Untuk mempersiapkan prangko digital dan crypto, Kominfo melalui Direktorat Pos terus menelaa dan melakukan kajian bersama pihak-pihak terkait.

Prangko edisi spesial ala Tintin untuk HUT RI ke-70


Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini