Dakwah Sunan Gresik, Membangun Sistem Irigasi untuk Atasi Krisis Pangan di Tanah Jawa

Dakwah Sunan Gresik, Membangun Sistem Irigasi untuk Atasi Krisis Pangan di Tanah Jawa
info gambar utama

Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim (wafat 1419 M/882 H) adalah nama salah seorang Walisongo yang dianggap pertama kali menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Dirinya dimakamkan di desa Gapurosukolilo, Gresik.

Pada batu nisan makam almarhum Syekh Maulana Malik Ibrahim tertulis ayat suci Alquran, surat Ali Imran (185), Ar Rahman (26-27), At-Taubah (21-22), dan Ayat Kursi. Ada juga rangkaian kata pujian dalam bahasa Arab bagi Malik Ibrahim.

Dia guru yang dibanggakan para pejabat, tempat para sultan dan menteri meminta nasihat. Orang yang santun dan murah hati terhadap fakir miskin. Orang yang berbahagia karena mati syahid, tersanjung dalam bidang pemerintahan dan agama.”

Dalam beberapa sumber sejarah tradisional, Sunan Gresik disebut sebagai anggota Wali Songo, tokoh sentral penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Sejarawan G.W.J Drewes menegaskan bahwa Malik Ibrahim adalah tokoh pertama yang dipandang sebagai wali.

Gelar “Syekh” dan “Maulana” yang melekat di depan nama Malik Ibrahim, menurut sejarawan Hoesein Djajadiningrat, membuktikan bahwa dia adalah ulama besar. Gelar tersebut hanya diperuntukkan bagi tokoh muslim yang punya derajat tinggi.

Sunan Bonang, Berdakwah Lewat Kesenian dan Tabuhan Gamelan

Sosoknya juga sering disamakan dengan tokoh ulama lain yang bernama Syekh Maghribi sehingga banyak asumsi yang menyebut Maulana Malik Ibrahim berasal dari daerah Maghrib, Maroko.

Ada pula yang menyamakan tokoh ini dengan Syekh Ibrahim Asmarakandi ayah dari Sunan Ampel. Namun sejarawan Agus Sunyoto menolaknya dan mengungkap bahwa dua sosok ini memiliki perbedaan.

Salah satunya dari periode kedatangan ke tanah Jawa. Maulana Malik Ibrahim datang lebih awal yakni pada tahun 1392 Masehi, sedangkan syekh Ibrahim Asmarakandi pada tahun 1440 Masehi yang bertentangan dengan tahun wafatnya Sunan Gresik yakni 1419 Masehi.

Sedangkan secara umum diketahui bahwa Syekh Maulana Malik Ibrahim merupakan putra dari Jamaludin Akbar/ Maulana Akbar al-Husain yang masih keturunan dari Zainal Abidin dan nasabnya tersambung ke Nabi Muhammad S.A.W.

Mengislamkan Tanah Jawa

Dalam kisah perjalanan dakwahnya, Maulana Malik Ibrahim pertama kali tiba di Jawa melalui pelabuhan Gresik pada tahun 1392 Masehi. Dari sumber lain diketahui, bahwa beliau tiba pertama kali di Desa Sembalo, dekat kawasan Leran.

Setelah sampai di sana, Sunan Gresik memulai kegiatan dakwahnya dengan membangun sebuah masjid yang berada di kampung Pasucinan Manyar. Setelahnya, dirinya memulai membuka warung yang menyediakan rupa-rupa kebutuhan pokok bagi masyarakat.

Warung ini letaknya di Desa Rumo, yang menurut cerita setempat berkaitan dengan kata “Rum” yaitu tempat para orang Rum (Persia/Eropa), dari warung ini, Syekh Maulana Malik Ibrahim mulai dikenal oleh masyarakat.

Banyak masyarakat yang mulai membeli kebutuhan di sana karena harganya murah, bahkan Sunan Gresik sering menggratiskan barang dagangannya kepada orang-orang yang betul-betul membutuhkan.

Muh Sidiq HM dalam artikel Sunan Gresik, Pembuka Jalan Dakwah di Tanah Jawa menyebut ketika itu masyarakat di sana masih banyak yang melakukan praktik kepercayaan animisme dan dinamisme.

Pada suatu hari, Sunan Gresik yang sedang berjalan dari rumah menuju warung menjumpai seorang gadis yang hendak dikorbankan dalam rangka upacara menurunkan hujan. Melihat hal itu, Sunan Gresik tidak tinggal diam dan menawarkan untuk menurunkan hujan.

“Setelah disepakati, maka Sunan Gresik segera melaksanakan salat Istisqa. Benar saja, tak lama setelah itu turun hujan yang sangat lebat sehingga masyarakat merasa senang dan akhirnya mereka mau mengikuti agama Islam,” jelas Sidiq.

Maulana Malik Ibrahim selain berdagang juga dikenal sebagai seorang tabib. Dirinya membuka praktek di kediamannya yang begitu bermanfaat bagi masyarakat. Sunan Gresik tidak pernah meminta uang sedikit pun kepada pasiennya.

2 Tahun Hilang, Ini Tradisi Dandangan Khas Kota Kudus Sambut Ramadan

Dari kisah kemahsyurannya itu, akhirnya Sunan Gresik diundang ke Istana Majapahit dan diangkat sebagai tabib istana. Sumber lain menyebut, dirinya diangkat sebagai Syahbandar dan penghulu bagi agama Islam di Majapahit.

“Tugasnya adalah untuk memutus perkara bagi sengketa mereka yang beragama Islam dan menjadi perantara bagi tamu-tamu yang berasal dari kawasan Barat dan Timur Tengah,” sebutnya.

Pertemuan dengan Raja Majapahit saat itu tidak disia-siakan begitu saja. Dirinya juga secara halus menyampaikan dakwah Islam kepada Prabu Wikramawardhana. Namun, usahanya belum membuahkan hasil, tetapi raja tetap menaruh hormat kepadanya.

Selain itu kedatangan Sunan Gresik di Jawa juga beriringan dengan kondisi Majapahit yang sedang mengalami krisis akibat perang Paregreg yang berkepanjangan. Oleh karena itu, masyarakat banyak mengalami kekurangan suplai makanan.

Sebagai seorang yang ahli dalam bidang pertanian dan irigasi, bersama dengan pengikut dan masyarakat sekitar, Sunan Gresik berhasil membangun sebuah bendungan dan membuka lahan pertanian.

“Dengan sistem yang tertata dan pengairan yang intensif, panen padi bisa dilakukan dua kali dalam setahun. Hal ini sangat menggembirakan bagi masyarakat di sana sehingga dengan cepat krisis yang dialami masyarakat bisa diatasi,” tutur Sidiq.

Jejak peninggalan Sunan Gresik

Melalui inskripsi yang tertulis pada batu nisannya, diketahui bahwa Sunan Gresik bukanlah seorang pendakwah biasa. Dirinya merupakan seorang tokoh penting bagi dunia Islam maupun di kalangan Majapahit.

Dari keberadaan nisan itu pula, sosok Maulana Malik Ibrahim juga diketahui bukanlah ulama penyebar agama yang datang untuk kemauan pribadi, tetapi jadi bagian dari usaha dakwah Islam yang dilakukan secara global.

Alasanya, jelas Sidiq adalah dari model batu nisan, sebagaimana diketahui model batu nisan Maulana Malik Ibrahim bentuknya serupa dengan batu nisan pada makam Sultan Malikush Saleh di Pasai.

"Ini menunjukan hubungan erat antara Maulana Malik Ibrahim dengan politik Islam di Pasai. Sekaligus hubungan antara Pasai dengan Cambay, di Gujarat India dan Bahdad sebagai tempat pusat kekuasaan Kekhalifahan Islam,” kata Sidiq.

Bahkan diungkapkan Sidiq, ada beberapa tokoh yang berpendapat bahwa Sultan Gresik adalah utusan dari Kesultanan Utsmaniyah di bawah pemerintah Sultan Muhammad I. Hal ini bedasarkan catatan perjalanan Ibnu Batutah.

Yuk Cicipi Docang, Suguhan untuk Para Wali Songo

Sementara versi lain menyebut Maulana Malik Ibrahim adalah utusan dari Kesultanan Samudra Pasai yang meminta kepada Khalifah Abbasiyah untuk mengirim juru dakwah yang terbaik ke tanah Jawa.

Dari sinilah, jelasnya, dipilih Maulana Malik Ibrahim yang diutus karena memiliki kemampuan yang dibutuhkan, karena selain menguasai ilmu agama, Sunan Gresik ini dikenal menguasai ilmu pengobatan, pertanian, dan tatanegara.

Karena kemampuan inilah, Raja Majapahit ketika itu sangat menghormati Maulana Malik Ibrahim sehinggga memberikannya sebuah tanah di kawasan Gresik tepatnya di Desa Gapura.

Dari sinilah kemudian Maulana Malik Ibrahim mendirikan sebuah kompleks pesantren untuk melanjutkan dakwah Islamnya. Sementara itu Sunan Gresik juga meninggalkan sebuah masjid di tanah Jawa.

Masjid tersebut adalah Masjid Pesucinan, di Dusun Pesucinan, Desa Leran, Kecamatan Manyar Gresik, yang kini dikenal sebagai masjid tertua di Pulau Jawa. Masjid ini memiliki bentuk dengan perpaduan antara vihara dan pura.

Masjid ini dahulu dibuat dengan tujuan agar masyarakat Hindu-Budha merasa dihargai dan lebih mudah menerima Islam. Kini masjid ini tak hanya menarik bagi orang Islam, namun juga banyak dikunjungi masyarakat non Islam berkat bangunannya yang unik.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini