Di balik keindahannya, industri fesyen atau pakaian nyatanya membawa sederet dampak buruk yang signifikan terhadap lingkungan. Melansir dari situs Business Insider, sekitar 10 persen emisi karbon dunia merupakan buah dari proses produksi dalam industri tersebut.
Terlebih lagi, angka ini berpotensi terus mengalami peningkatan seiring dengan maraknya merk fast fashion. Oleh karena itu, perlu sebuah alternatif baru untuk mengatasi masalah yang ada, dan trashion hadir sebagai jawabannya.
Sejak beberapa tahun ke belakang, istilah “sustainable” atau berkelanjutan sering menjadi perbincangan di media sosial. Berkelanjutan di sini merujuk terhadap sebuah sistem ramah lingkungan yang mampu memberikan keuntungan positif terhadap ekosistem dan sekitarnya.
Industri pun mulai menerapkan sistem yang lebihbersifat sustainable dengan trashion (trash fashion). Konsep ini merupakan perpaduan antara dunia fesyen, seni, dekorasi, serta objek pendukung lain yang tercipta dari berbagai jenis barang bekas tidak terpakai.
Untuk mengusung konsep trashion, terdapat dua hal yang dapat kamu lakukan. Pertama, recycle alias melakukan daur ulang, sedangkan yang kedua adalah upcycle atau mengalihfungsikan barang tidak berguna menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat.
Baca juga: Castile Soap, Sabun Berbahan Dasar Ramah Lingkungan
Pentingnya Menerapkan Trashion
Meningkatnya label fast fashion di dunia membawa dampak terhadap bertambahnya produksi dan konsumsi barang fesyen. Mengutip dari penelitian oleh lembaga konsultan McKinsey & Company (2014), produksi garmen dunia bahkan sudah mencapai angka 100 triliun. Artinya, setiap orang membeli 14 pakaian baru dalam setahun.
Apalagi, ketersediaan kapas sebagai bahan utama pakaian sangat bergantung pada seberapa banyak jumlah air, pestisida, serta pupuk. Proses pembuatan 1 kg kain ternyata juga melepaskan 23 kilogram zat rumah kaca. Dengan begitu, kehadiran trashion dapat menjadi solusi atas persoalan tersebut.
Pengolahan kembali barang fesyen yang sudah tidak terpakai menjadi produk baru dapat menekan angka limbah tekstil. Selain itu, emisi karbon yang timbul juga akan berkurang mengingat trashion tidak membuat pakaian dari bahan mentah.
Sekarang, banyak pula peneliti dan desainer yang mulai mengembangkan garmen lewat proses daur ulang sampah, seperti botol plastik dan sisa makanan. Dari sini terlihat bahwa trashion membawa dampak positif yang luas dan mampu membantu industri lain selain fesyen.
Baca juga:Kunjungi Board Games Cafe di Bandung, Ide Ngabuburit Asyik
Menyulap Barang Tidak Terpakai jadi Trashion
Mungkin ada yang pernah bertanya di benak masing-masing, bagaimana cara memastikan agar produk akhir mempunyai kualitas yang tetap terjamin? Padahal, bahan utamanya sendiri berasal dari barang bekas. Nah, melansir dari Cosmopolitan, berikut ini cara untuk mengolah barang tidak terpakai menjadi trashion.
1. Rencanakan Proses dengan Matang
Sebelum memulai, pikirkan dan buat rencana secara matang terkait barang apa yang akan saja yang akan kamu buat. Jangan sampai di tengah-tengah proses, kamu baru menyadari kalau baju atau celana yang ingin kamu buat tidak bisa menjadi produk akhir yang sesuai dengan harapan.
Baca juga: 5 Tips Merawat Kamera Agar Awet dalam Jangka Waktu Lama
2. Cuci Bersih Bahan yang Ingin Kamu Olah
Langkah penting lainnya yang tidak boleh kamu lupakan adalah membersihkan bahan pakaian lama terlebih dahulu. Di samping lebih higienis, proses ini akan membantumu dalam mendeteksi ada tidaknya kelunturan warna pada pakaian atau tidak.
3. Kesabaran adalah Kunci
Mengolah benda-benda tidak terpakai menjadi sesuatu yang lebih berguna jelas akan memakan waktu, tenaga, bahkan biaya yang tidak sedikit. Maka dari itu, kamu harus menanamkan kesabaran dalam diri demi berhasil menciptakan sebuah karya yang apik dan berkualitas.
Referensi: Cosmopolitan | Ketiknews | Greeners
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News