Menilik Fenomena Gaya Hidup Cashless di Era Digital

Menilik Fenomena Gaya Hidup Cashless di Era Digital
info gambar utama

#FutureSkillsGNFI

Cashless merupakan sistem pembayaran yang tidak melibatkan uang tunai dalam transaksinya atau biasa kita kenal dengan pembayaran non-tunai. Pembayaran cashless sendiri pertama kali tercetus oleh Bank Indonesia dengan Gerakan Nasional Non Tunai atau GNNT yang tercanang pada 14 Agustus 2014.

Pergerakan ini bertujuan untuk menciptakan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar. Selain itu, sistem ini juga dapat meminimalisasi adanya kendala dalam pembayaran tunai, sepeti uang lusuh yang tidak layak edar dan human error.

Cashless society adalah perpindahan penggunaan uang tunai dalam bertransaksi menjadi non-tunai. Hal ini berdasarkan kemajuan teknologi yang mengarah ke dunia digital. Saat ini, hanya dengan smartphone pun kita sudah dapat melakukan berbagai macam transaksi elektronik, baik untuk belanja, transportasi, hingga transaksi uang.

Melihat Presentase Data

Ilustrasi cashless | Foto: Pexels
info gambar

Berdasarkan catatan dari Bank Indonesia (BI) dalam lima tahun kebelakang, transaksi cashless semakin meningkat dan banyak terjadi. Lonjakan tertinggi terjadi pada 2017--2018 dengan pertumbuhan sebesar 209,8 persen.

Tak hanya itu, berdasarkan data Ipsos untuk Asia tenggara, selama pandemi COVID-19 ini pun terjadi lonjakan pembayaran melalui sistem elektronik dengan angka 44 persen.

Kemudian pada 2021 berdasarkan penelitian terbaru dari YouGo dan ACI Worldwide, lebih dari separuh masyarakat Indonesia memilih metode cashless yang sudah terhubung dengan rekening bank mereka dalam bertransaksi dengan persentase 55 persen.

Baca juga: Memulai Terbiasa Puasa di Kala Pandemi

Untuk penggunaan dompet digital sendiri, seperti Gopay, Shopeepay, Ovo, Dana, dan sebagainya, persentase menunjukan angka 72 persen yang kemudian tersusul oleh pembayaran tunai dengan persentase 68 persen.

Pertimbangan utama penggunaan pembayaran digital ini adalah kemampuan untuk melakukan transaski secara real time, baik untuk mengirim uang ataupun membayar. Namun, jika melihat lebih spesifik lagi, berdasarkan penelitian yang ada, ada alasan di balik popularitas uang elektronik di kalangan millennial.

1. Promo, Diskon, dan Cashback

Banyaknya alternatif dalam pembayaran digital baik internet banking maupun digital wallet, membuat penawar jasa ini bersaing untuk mendapatkan pengguna. Salah satu strategi yang kerap mereka lakukan adalah dengan memberikan berbagai penawaran yang menarik. seperti promo, diskon, dan cashback.

Penawaran yang ada ini pun tak tanggung-tanggung. Akhirnya, pengguna pun jauh dapat menghemat pembayaran jika melakukan transaksi dengan e-money tersebut. 

2. Praktis dan Fleksibel

Fitur yang tak kalah menggiurkan dari penggunaan transaksi digital ini adalah kemudahannya untuk kita akses sehingga dapat menghemat waktu dan tenaga. Bahkan, untuk trasnsaksi di luar negeri sekalipun.

Baca juga: Kiat Tingkatkan Motivasi untuk Diri Sendiri

3. Higienis

Dengan penggunaan transaksi digital membuat sistem transaksi tidak memerlukan kontak langsung. Maka, sangat kita butuhkan terutama di situasi pandemi COVID-19.

4. Dorongan Ajakan Sekitar

Mulai banyaknya masyarakat yang menggunakan sistem pembayaran ini juga secara tidak langsung memancing pengguna lain untuk mengikutinya.

5. Dapat Terkontrol

Memudahkan pengguna untuk men-tracking keluar-masuknya transaksi. Maka, pengelolaan anggaran lebih mudah kita lakukan dengan penggunaan media yang sama.

Masih belum selesai, selain memiliki manfaat untuk tiap-tiap individu, pembayaran cashless juga berguna untuk perekonomian negara. Salah satunya peningkatan koleksi pajak negara secara signifikan.

Baca juga:Ragam Kolak Khas Nusantara, Mana Favoritmu?

E-wallet Vs. E- money

Transaksi | Foto: Pexels
info gambar

Di tengah ramainya penggunaan sistem cashless, ternyata penggunaan e-wallet (dompet elektronik) lebih masyarakat sukai daripada dengan penggunaan e-money (uang elektronik).

Hal ini berdasarkan riset dari KIC atau Katadata Insight Center yang mengatakan bahwa 11,1 persen responden dapat menggunakan e-wallet berupa aplikasi Dana. Sementara urutan kedua ada penggunaan e-money pada merek Flazz BCA, Mandiri, hingga Brizzi.

Namun, berdasarkan sumber lain, yaitu iPrice dan App Annie, GoPay sebagai pemimpin e-wallet teraktif dengan pengguna aktif tiap bulannya selalu di posisi teratas sejak 2019 hingga 2020.

Meskipun, banyak sekali kemudahan yang ada dari penggunaan transaksi digital, sebagai pengguna kita tetap harus berhati-hati dalam bertransaksi. Jangan sampai kemudahan ini malah membuat Goodmates sulit mengontrol akan pengeluaran dana. 

Referensi: Jurnal Dini Haryati, S. E., & Ak, M. (2021). Fenomena Cashless Society pada Generasi Milenial dalam Menghadapi Covid-19. transfer, 3(1) | website BI | website OJK

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini