Terlanjur Sayang

Nicky Hogan

Pernah menjadi Direktur Pengembangan PT Bursa Efek Indonesia

Terlanjur Sayang
info gambar utama

“Jaga Jarak Jangan Terlalu Dekat, Nanti Sayang”

Truk penyiram tanaman itu berjalan perlahan di kanan, saya mengambil sisi kirinya, melewatinya sambil tersenyum, gara-gara tulisan di bawah pelat nomor mobil itu.

Hiburan segar, malam usai IG Live, dari kantor kecil di pojok sebuah gang sempit di Selatan Jakarta. Melintas jalan-jalan lengang, Jakarta yang tidak lagi sama.

Percakapan akrab live tadi masih menarikku, bermain di kepalaku. Dan sebuah kalimat pamungkas yang menggantung: “Investor mengamankan aset, trader mempertaruhkan aset”.

Akhirnya saya tiba juga di titik ini. Lega. Sebuah garis tebal harus ditarik, supaya jelas. Untuk siapapun.

Investor yang membeli saham (dan reksa dana) dengan harapan uangnya tidak dikonsumtifkan (diboroskan), dan tidak tergerus inflasi (nilainya menurun), yang berinvestasi untuk simpanan bekal rencana nikah, punya bayi, anak sekolah dan kuliah, hingga keinginan pensiun tua makmur, plus mimpi indah financial freedom, jelas sudah, itulah “mengamankan aset”, mengubah bentuk aset uang anda yang rentan ke bentuk instrumen lain, untuk tujuan mengamankan.

Kenaikan harga saham, plus dividen berkala, menjadi harapan agar mampu menaikkan (baca: mengamankan) nilai asetnya, untuk nantinya cukup menutupi semua kebutuhan keluarga dan kehidupan, serta mimpi masa depan di kemudian hari (Syukur-syukur semesta berbaik hati, ada hasil lebih).

Itulah yang namanya investasi. Itulah pengertian mengamankan aset. Titik. Sederhana.

Kalau tujuan Anda membeli saham bukan untuk itu semua, artinya bukan untuk mengamankan uang Anda yang dipakai untuk membeli saham itu, ingatlah, Anda tidak sedang berinvestasi. Anda sedang berdagang, trading, mengubah bentuk aset uang Anda menjadi barang dagangan.

Anda belum berinvestasi! Anda sedang bekerja. Anda sedang berusaha menghasilkankan uang lebih banyak dengan aset uang yang Anda miliki.

Tujuannya? Boleh jadi untuk tambahan penghasilan bulanan, untuk tambahan belanja dapur, untuk tambahan uang laki-laki (dan perempuan). Atau bisa juga, tambahan penghasilan dari trading saham itulah yang justru nantinya akan Anda investasikan.

Teman trader di acara itu mengingatkan dan memperingatkan, trader itu “mempertaruhkan aset”, jadi harus selalu berhati-hati.

Ya, trading saham bertujuan menghasilkan uang dari barang dagangan yang namanya saham, dengan--apa boleh buat--mempertaruhkan aset uang kita.

Salah? Tentu saja tidak.

Tidak ada yang salah dengan berdagang, bekerja. Baik malah. Tetapi kalau “pekerjaan” anda ternyata tidak menghasilkan apapun, atau malah sebaliknya membuat anda selalu tekor--karena tidak mengerti apa yang “dikerjakan”, karena “bekerja” hanya ikut-ikutan saja akibat dengar si ini baca si itu, dan--terutama--karena Anda salah kaprah antara investasi dan trading!, maka, rehatlah sejenak.

Lakukan evaluasi, perbanyaklah belajar, dan cepatlah sadar. Mungkin saja ini bukan “pekerjaan” yang cocok untuk Anda harapkan dapat penghasilan tambahan. Carilah pekerjaan sambilan yang lain.

Lalu mulailah berinvestasi!

Memang benar truk itu. Kalau keburu terlalu dekat, jadinya terlanjur sayang.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Nicky Hogan lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Nicky Hogan.

Tertarik menjadi Kolumnis GNFI?
Gabung Sekarang

Terima kasih telah membaca sampai di sini